Enjoy
___Semilir angin menerbangkan surai panjangnya yang hitam legam, beberapa lembar kertas berserakan tidak tentu arahnya. Meja batu berbentuk bundar menjadi saksi bagaimana si manis mengerjakan tugasnya seorang diri.
Hening, kedua telinganya tersumbat airpods berwarna putih senada dengan kulit susunya. Langit pun nampak teduh siang ini, beberapa burung juga bernyanyi dengan bebasnya.
Gedung abu-abu yang berada di belakangnya menjulang tinggi bagai pilar yang berdiri begitu tegak menyongsong ke langit.
Jemari kecilnya menari di permukaan kertas berwarna putih, beberapa kali meremuk dan mencoret kala tidak sesuai dengan keinginannya.
Desahan halus keluar dari bilah bibirnya, punggung kecilnya bersandar pada pohon beringin besar di belakangnya.
"Huftt... Gyu ngga mengerti~"
Bilah bibir bawahnya mencebik. Ini sudah hampir dua jam si manis duduk di taman belakang sekolah. Tak ada siapa yang menggunakan taman ini, taman ini dibiarkan terbengkalai karena letaknya terlalu pojok dan paling belakang.
Tempat ini si manis gunakan kala dirinya sedang berada di perasaan yang kurang baik di sekolah, atau jika ia memiliki tugas yang belum selesai, ia akan menuntaskannya di sini.
Sepi, tidak ada yang menyakiti atau melemparkan ucapan pedas kepadanya di sini.
Beomgyu suka, mungkin.
"Gyu harus bagaimana?"
Tanyanya dengan nada lesu, kedua bahunya meluruh. Dua airpords yang menyumbat telinga juga sudah di lepasnya. Dua netra boba yang awalnya menatap coretan kertas, kini beralih menatap birunya langit.
Begitu teduh dengan gumpalan awan putih yang membumbung di atas langit. Bilah bibirnya tersenyum kecil dengan mata yang sedikit menyipit.
"Kenapa sepi sekali? apa Gyu benar ngga punya teman?"
Si manis memejamkan matanya, ia sempat tertawa hambar. Mengapa ia bertanya jika sudah tahu akan jawabannya?
Bukankah ia tidak perlu bertanya jika bukti sudah mendatanginya? lagipula ia sadar diri, mana ada yang mau berteman dengan anak sepertinya.
"Mama? apa disana Mama punya banyak teman? seberapa banyak teman Mama?"
"Ah, pasti sangat banyak ya Mama? tidak seperti Gyu, hehe..."
"Mama? Gyu ingin punya teman yang banyak. Jika Gyu menyerah, apa Gyu akan memiliki teman yang banyak seperti Mama disana?"
"Apa Gyu harus bergabung dengan Mama?"
Gumamnya begitu lirih dengan mata yang masih terpejam. Ia tidak suka sepi, ia tidak suka kesunyian. Ia suka tertawa bersama teman-temannya. Ia ingin berbagi cerita dengan teman-temannya, berkeluh kesah tentang dirinya, bersenang-senang ke taman bermain atau sekedar nongkrong di cafe.
Bolehkah dirinya memiliki teman walau hanya satu?
Bisakah seseorang menerimanya menjadi teman?
Mustahil.
Ya, itulah jawaban yang ia dapat dari angan-angan dibenaknya. Begitu perih rasanya jika mengingat-ingat perkataan yang mereka lemparkan terhadapnya.
Sudah sangat jelas, untuk apa berangan-angan yang tiada arti? itu akan menimbulkan lebih banyak luka bagi dirinya. Ia sudah banyak luka dihatinya, ia tidak ingin menambah goresan lagi. Rasanya sangat pedih hingga dada terasa tercekik dibuatnya.
"Sedang memikirkan apa?"
Sebuah suara lembut mengalihkan dirinya dari jurang angan-angan miliknya. Perlahan ia buka kelopak mata tipisnya, bulu mata lentik nya naik turun menyesuaikan cahaya. Ia tolehkan wajahnya kesamping kiri menghadap suara yang menginterupsinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelas Kaca || Beomgyu
FanficBeomgyu hanya mau Papa, kak Mark, kak Jeno, dan kak Sungchan menyayangi Gyu dan berhenti menyebut Gyu sebagai anak pembunuh dan pembawa sial. ft. Jung familly. Angst? tidak tahu, baca saja ceritanya.