•••
Jeno pulang dengan keadaan raut wajah yang kusut, saat Jeno menghampiri Ryujin, mereka sempat bertengkar hebat bahkan Ryujin menamparnya dengan kuat, Jeno sudah menjelaskan alasan mengapa dia terlambat padahal awalnya dia sudah ingin pergi namun mama mertuanya itu meminta tolong, tidak mungkin Jeno menolak.
Jeno yang memang selalu mengalah dan meminta maaf terlebih dahulu pada Ryujin untuk menyelesaikan masalah akhirnya bisa sedikit membaik ketika Ryujin menerima tawarannya untuk berkencan di restaurant private bergaya jepang.
namun Ryujin, terus saja menyindirnya dengan membawa bawa nama Mark, gadis itu berfikir bahwa kedatangan Mark dalam hidup Jeno hanya menghambat hubungan mereka akan di restui.
setelah puas mengajak Ryujin berjalan jalan sekaligus membuat mood gadis itu membaik, Jeno pulang ke rumah dengan makanan di tangannya.
setiap pulang ke rumah dia sering sekali membeli makanan, makanan untuk Mark, melihat cowok Agustus itu sepertinya suka sekali makan.
ini bukan karna Jeno peduli dengan Mark.
cuma kalau gak ada tentengan di tangan waktu pulang ke rumah rasanya kayak ada yang kurang.
Jeno masuk kedalam rumah, suasanannya sepi, biasanya setiap masuk rumah kedengeran suara Haechan teriak teriak.
teriak teriak karna dianiyaya sama Mark, Mark kalo udah gedeg biasanya suka nyubit Haechan, makanya Haechan teriak teriak aja kerjaanya.
"Kok sepi, yang lain pada kemana?" Jeno bergumam pelan, lalu berjalan lagi dan menemukan Haechan duduk di tangga sambil main hp.
"Haechan"
Haechan ngelirik sebentar, ngeliat ada Jeno yang baru dateng.
"naon?"
"yang lain pada kemana?"
Haechan sibuk menggerak gerakkan ponselnya, dengan ibu jari yang terus terusan memencet cepat layar ponsel dengan ponsel yang miring.
"gua nanya?"
Ish, Haechan berdecak. ganggu aja lagian si Jeno udah tau Haechan lagi main game.
"mama ke rumah mama lo tadi"
"Ngapain?"
bahu Haechan bergidik "ya mana saya tau, emangnya gua cenayang"
"lo gak nanya?"
"Kagak buset, gua gatau apa apa"
Jeno mengangguk, ngobrol sama Haechan kayaknya lebih gak guna dibanding ngomong sama tembok, cowok April itu lebih memilih untuk naik keatas namun ternyata Mark baru saja keluar dari dapur dengan Headphone yang berada di lehernya.
lantas, segera Jeno mengurungkan niat buat naik keatas, cowok itu menghampiri Mark, menyentuh pundak Mark dan menepuknya beberapa kali, Mark membalikkan badan, melihat Jeno ada disini tiba tiba.
"nih buat lo"
Jeno mengangkat tentengan yang dia bawa untuk Mark.
dahi Mark mengerenyit menatap plastik tersebut, maksudnya apaan nih "yakin buat gue?"
"yaiyalah, buat siapa lagi?"
Mark tertawa sumbang "kesambet apa lo?"
"kasih aja sama Haechan tuh, dia lebih membutuhkan dibanding gue" tutur Mark, menunjuk Haechan yang ada di tangga dengan dagunya.
"maksudnya? ini buat lo, ambil"
"enggak"
"lo mancing ribut atau gimana sih?" genggaman tangan Jeno pada plastik di tangannya mengerat.
"gua gak mancing ribut, tapi kalo lo kepancing emosi, berarti lo emang emosian!" tegas Mark menatap Jeno dengan tatapan tajam.
"gua udah capek Jen, eneg gua di rumah mulu, gak bisa bebas"
Jeno kira hubungan kayak gini semudah itu di jalanin, di pihak Jeno mah enak, sesuka hati cowok itu datang dan kembali tanpa ada larangan tapi untuk Mark sendiri, bahkan keluar rumah saja harus izin, kenapa?
dia cowok juga, bukan perempuan yang harus di khawatirin berlebih, lagian juga gak ada penjahat yang perduli sama cowok kayak dia.
"terus lo mau kayak gimana?" tanya Jeno.
Mark hanya diam, menatap Jeno seolah olah Jeno adalah satu satunya cowok yang dia benci.
benci banget sampe kayaknya Mark bakalan ngelakuin hal yang gak pernah dia lakuin, kayak nonjok Jeno sampai mati.
"lo mau main keluar? atau lo mau pergi kemanapun lo suka, oke kalau kayak gitu lo bisa sesuka lo pergi, sekarang gua gak ngekang lo" tutur Jeno masih dengan nada santai.
Mark menggeleng.
"Gue gak butuh itu lagi" tegas Mark serius, menatap Jeno dengan pandangan datar.
"terus mau lo apa, ada ya cowok gak jelas kayak lo"
"Ayo pisah" Mark dengan cepat menyela Jeno.
suasana di rumah mendadak senyap, suara game online Haechan berhenti, cowok Lee itu mengantungi ponselnya dan berdiri menatap kedua pasangan itu, melihat gerak gerik keduanya.
Haechan hanya berjaga jaga takut Jeno main tangan.
"enggak, kasih gua alesan yang jelas, lo ngomong kayak gitu karna lo lagi marah"
"gue udah mikirin hal ini, keputusan gue tetap. gue mau pisah dari lo, buat hubungan lo sama Ryujin, tenang aja aman, gue gak akan bawa hubungan lo sebagai perusak disini"
Jeno hanya diam, mendengarkan ucapan Mark.
sorot tajamnya berubah, Jeno menyugar rambutnya kebelakang dengan dijambak kasar.
"gua capek bangsat, lo kira gua mau nikah sama lo, apalagi lo masih ada pacar, itu buat gua stress mikirin gimana kita kedepannya" Mark melirih, siapa yang tidak capek di hantui rasa bersalah karna telah menghalangi Jeno dan Ryujin, ini bukan kemauannya.
"gini deh Jen, kita renungin dulu. setelah suasana lebih baik kita ngobrol lagi, gue gak mau ribut sama lo" Mark berjalan pergi meninggalkan Jeno, cowok itu melihat kearah Haechan, naik ke tangga melewati sang adik.
"chan, gue pinjem kamar lo aja ya"
Mark berhenti di tangga, kembali bersuara."oke" balas Haechan.
•••
minggir Nomark mau ribut dulu😇
KAMU SEDANG MEMBACA
NoMark | MINE
FanfictionMark itu Bar-Bar,Cerewet,sama Cemburuan cuma Tsundure sementara dia Harus Nikah sama Jeno yang Mageran,Sok Cool ya intinya Males sama Uke cerewet modelan Mark BxB NoMark JENOXMARK