dering

6.1K 522 82
                                    


•••

"gue gak bisa"

suara tamparan nyaring menggema memenuhi kesunyian kamar Haechan, Mark menampar Jeno dengan kuat meluapkan kekesalannya, kenapa cowok di depannya ini egois, Jeno tidak punya otak atau bagaimana.

"kenapa gak bisa? tunggu apalagi brengsek"

Jeno menghempas tubuh Mark, menabrak tembok di belakangnya pria itu mencengkram dagu si agustus dengan tatapan tajam, Mark menatap wajah Jeno yang bahkan hanya berjarak beberapa cm dari hadapannya, nafas hangat cowok itu menggelitik wajahnya.

"lo gila, gua ngelepas lo sama aja gua ngelepas kesempatan, gua bakal jadiin lo alat supaya papa sama mama setuju sama hubungan gua dan Ryujin" jelas Jeno, mata bulat itu berkaca kaca, kenapa Jeno jahat sekali, Mark mencengkram sisi pakaian Jeno tidak bisa melakukan apa apa, percuma memberontak.

pria licik seperti Jeno pasti akan menjeratnya lagi.

Jeno terkekeh pelan, menatap wajah pasrah Mark dalam kuasanya, manik hitam itu bergerak menatap setiap inci wajah Mark yang tersamarkan gelap, namun Jeno masih bisa melihat jelas wajah ketakutan itu.

"terutama. . . ,

pandangan Jeno jatuh pada bibir kering berwarna pink pucat yang selama ini ia lihat, terlihat menggoda dan kenyal.

"gua mau nyobain bibir lo, lumayan kan" Jeno meraup bibir kering itu tanpa izin, melumat bagian atas bibir Mark tanpa adanya perlawanan, secara insting Mark membalas ciuman itu sambil memejamkan mata, Jeno tersenyum simpul, merasakan Mark yang kini mulai mengeratkan cengkramannya di pakaian yang Jeno pakai.

mereka terbawa suasana.

lenguhan Mark terdengar, pasokan oksigen menipis, Jeno melepas tautan bibir mereka yang menciptakan benang saliva membentang diantara bibir keduanya, nafas Mark terengah berat,

terlihat seksi, dan menggairahkan, Jeno memundurkan langkahnya, melepas cengkraman pada dagu Mark, cowok itu mengusap wajah kasar sembari mengusap bibirnya.

menatap Mark yang bahkan tidak berkutik dari tempat tadi.

itu ciuman pertama Mark.

"Kak lo gak kenapa kenapa kan?! kalo ada apa apa, teriak nama gue" Mark dan Jeno menoleh bersama kearah pintu, suara Haechan terdengar dengan ketukan pada pintu yang di ketuk beberapa kali.

jadi Haechan sudah mendengarkan keributan mereka, Jeno menggelengkan kepalanya pelan, atensinya kembali ia taruh kepada Mark, cowok itu bergetar ketakutan beringsut di tembok sambil meremas baju yang dia pakai, kepalanya menunduk.

Jeno mengeraskan rahangnya, menghela nafas perlahan lahan "sorry. . .

"gua gak ada niatan buat kasar kayak gitu, tapi seengaknya lo pikirin dulu"

Jeno meniup udara, mengacak acak rambutnya, awalnya dia ingin berbicara baik baik dengan Mark, berusaha menemukan titik terang dan solusi namun semua niatnya hancur karna kelakuannya sendiri.

Drttt

Handphone Mark berdering, Mark mendongak, melihat ponselnya yang menyala diatas kasur, seseorang menelphone tengah malam seperti ini, Jeno ikut memperhatikan deringan ponsel Mark yang tidak kunjung berhenti, walaupun ada jeda ketika deringnya mati, namun tidak lama ponsel itu berdering lagi.

Mark melangkahkan kakinya, mengambil ponsel yang ia letakkan di kasur sambil mengusap air mata yang membasahi pipinya, nama kontak yang Mark berikan untuk Changbin muncul.

Mark mengerutkan dahi, untuk apa cowok itu menelphonennya malam malam begini, Mark berdeham singkat sebelum mengangkatnya, sambungan telphone tersebut tersambung.

lebih dulu suara serak Changbin dari sebrang sana menyapanya, Jeno yang berdiri di tempatnya memutar arah memperhatikan Mark yang tengah mengangkat telphone.

Jeno mendengar suara familiar yang dia kenali, suara teman Mark yang waktu itu terlihat mencurigakan karna perlakuan berlebihan pria itu, jika hanya teman kenapa di perlakukan spesial.

mana ada teman seperti itu, Jeno tersenyum mengejek menginggat perlakuan bodoh teman Mark itu, sudah tau hanya dianggap teman masih saja gencar mendekati.

Mbinmbin
Mark belum tidur, em?

Mark
udah tidur kok cuma kebangun, mau pipis

Mbinmbin
lo kenapa, suara lo kok gitu, habis nangis?

Mark mengeratkan ponsel di tangannya, mencoba untuk natural, dia tidak mau mengkhawatirkan Changbin terus terusan.

Mark
kan Mark habis bangun tidur, makanya suaranya kayak gini suara mbin juga serek gitu, minum sana

Mbinmbin
udah kok, cuma suara lo ag----

saluran telphone Changbin di putus, Mark mendongak menatap tangannya yang terbuka, saat Jeno merampas ponselnya begitu saja, Mark menggeram kesal.

Mark
udah udah, ngapain telphone malem malem, ganggu orang aja, mau buat dia peka tapi gak bisa, sia sia usaha lo

itu bukan suara dari Mark, melainkan suara Jeno, setelah menjawab telphone Changbin lewat ponsel Mark, Jeno mematikan sambungan telphone tersebut dan menyimpannya, Mark mencoba untuk merebut namun tangan Jeno malah menahan dahinya.

"Jeno balikin!"

Jeno tersenyum, mengangkat tangan kirinya yang memegang ponsel Mark, lalu di gerak gerakan, membuat Mark semakin bergerak brutal namun kepalanya di tahan, alhasil Mark seperti akan menyeruduk Jeno.

"mau?"

"Jeno jangan jail!" protes Mark, dia sedang tidak ingin di jahili oleh cowok itu.

"enggak gua gak jail, kalo bisa ya ambil"

alis Mark menukik tajam, namun malah di respon tawa renyah, cowok April itu tertawa begitu puas sampai matanya tidak terlihat, akhirnya Mark menyerah dan membiarkan Jeno memegang ponselnya.

Jeno menyelesaikan tawanya, melihat wajah Mark yang bete "ini, mau gak?" Jeno menyodorkan ponsel Mark.

namun Mark diam saja,

Jeno terkekeh singkat meletakkan kembali ponsel Mark di kasur, cowok April itu memegang kedua sisi kepala Mark dengan telapak tangannya, membuat wajah Mark terpaksa harus menatap kearah Jeno.

satu kecupan lembut di keningnya, kala bibir Jeno menempel di dahi Mark, lalu cowok itu tersenyum tipis.

"good night" bisik Jeno.

Mark terdiam beberapa saat, dia mencoba mencerna apa yang di lakukan Jeno, apa Jeno melakukan ini agar Mark berubah pikiran, tapi Jeno hanya menggunakannya sebagai alat, memangnya Mark mainan bisa seenak cowok itu mainkan.

"tapi gue benci lo" tutur Mark.

"selamat tidur" lanjut Jeno, tidak menggubris kalimat Mark, lalu cowok itu beranjak dari sana, membuka kunci pintu dan keluar dari kamar, saat ingin keluar Jeno berpapasan dengan Haechan, bahkan cowok itu langsung masuk hingga menabrak pundaknya, Jeno menoleh sebentar melihat Haechan menyentuh pundak Mark dan terlihat cowok itu mengkhawatirkan sang kakak.

•••

NoMark | MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang