Ayo berangkat

5K 543 50
                                        

Mark merentangkan kaki dan tangannya, membuat kasur menjadi habis tempat karna di tutupi oleh tubuh Mark yang merentang menghalangi tempat, saat Jeno ingin tidur di kasur juga.

"Lo mau ngapain, emang ada izin buat lo tidur disini".

"Geser, gue juga mau tidur di kasur. pegel tidur di sofa."

"gak ada. sono ah ganggu aja".

Jeno menghela nafas, bersidekap dada, berdiri di samping ranjang sambil menatap Mark yang kini menarik selimut sampai ke batas dagu dengan ke dua tangan yang mengintip memegang ujung selimut.

"Lo kenapa sih, kita cuma tidur. lo berbagi tempat tidur sama gue aja, tempat tidurnya masih luas kan".

"Ya tapi gua gak biasa tidur berdua, apalagi sama orang asing kayak lo".

"Alesan, geser cepet".

Mark menggelengkan kepalanya masih keukeuh mempertahankan wilayahnya jangan sampai cowok sinting itu merebahkan diri di sampingnya, euwh Jeno itu penjahat, siapa tau Jeno akan mencuri curi kesempatan saat dia tidur nanti.

"Gue aduin ke papa lo nih. kalau anaknya gak bolehin menantunya tidur di kasur" ancam Jeno.

"Dih cepu lu, yang ada gua laporin balik ke bejatan lo di sekolah sama papa dan mama lo, kalau anaknya yang sok alim ini mau berbuat zina di dalem kamar mandi sama Ryujin".

"Oh jadi lo ngejauhin gue karna itu hm? lo . . . cemburu"

uhuk!

Si agustus terbatuk.

Cemburu!

cemburu?!

cemburu pantat kambing lima. Mark tidak pernah cemburu dengan siapapun apalagi dengan kedekatan Ryujin dan Jeno.

"Pede banget, gua di kira cemburu. lawak lu".

"Yaudah kalo lo mau bilangin soal di sekolah, seterah lo".

"Lo gak takut kena amuk".

"Kan ada lo".

"Maksud." Mark memberikan jari tengahnya untuk Jeno, membuat si tampan terkekeh ringan. lalu mendorong kaki dan tangan Mark sampai menyingkir dari sisa tempat, Mark berteriak kesal saat Jeno tidur di sampingnya dan memeluk tubuhnya.

"Lepasss. gila nih orang makin lama" dengus Mark.

"tidur tidur, udah malem" ujar Jeno memeluk erat tubuh Mark bagaikan guling, Mark menggigit lengan Jeno tapi tidak mempan cowok sinting itu malah mengeratkan pelukannya dan nakal menelusupkan wajahnya di ceruk leher Mark.

"Ah! rese".





•••






Mark memakai tasnya, lalu membenarkan letak dasinya, di belakang Haechan bersenandung kecil sambil memainkan kunci motor yang di putar-putar, cowok agustus itu menoleh sekejap melihat Haechan yang tampak sumringah.

"Seneng amat perasaan, kenapa lo jatuh cinta".

Haechan menatap kakaknya dan tersenyum sangat lebar, lelaki tan itu memekik kesenangan lalu berjalan menuju Mark dan mencubit kedua pipi kakaknya gemas, sampai Mark menepis dan mendorong tubuh Haechan.

Mark meringis memeganggi pipinya yang sakit dan memerah, Haechan terkekeh melihat wajah cemberut Mark seperti anak marmut.

"Lucu banget sih lo ka, kalau bukan kakak gua udah gua semein lo njir".

Mark memukul kepala Haechan, pemikiran gila bocah itu membuat Mark gemas, untung saja adiknya kalau bukan sudah Mark tendang sampai ke pluto.

"Ngarang, gua juga milih milih kali".

" nye nye nye nye. Ngok" julid Haechan.

"Chan nebeng ya".

"Kagak dulu ya, gua mau jemput Renjun soalnya wkwk".

"Ah lo mah gituuu males" wajah Mark berubah murung, sudah jam berapa ini jika Haechan tidak memberikan tumpangan maka Mark akan kesiangan.

"Changbin tuh calling calling lah".

Changbin ya. dia bisa minta tolong Changbin tapi rasanya tidak enak, kemarin malam Mark sudah menyusahkan cowok itu tapi . . . Kalau tidak meminta Changbin dia akan terlambat.

"Yaudah lah ya, gua duluan bye!" Haechan segera berlari keluar dengan suara berisik, dan juga deruman motornya yang heboh.

"Eh echan!".

Terlambat sudah.

Mark mengeluarkan handphonenya mencari nama Changbin di kontak handphonenya, sekali lagi dia harus meminta tolong Changbin.

"Mana sih giliran di cari aja" gumamnya kesal.

"Berangkat bareng gue" tiba tiba saja suara manusia sinting itu membuat mood Mark turun, anjlok sampai terjatuh ke dasar.

Mark menghiraukan Jeno yang kini berdiri di sampingnya dengan tubuh tegap dan tas yang di kenakan hanya sebelah lengan saja, Mark memincing. mentang mentang tinggi dan Jeno sok sekali belum saja Mark membuat Jeno menyusut.

Anak itu masih fokus mencara cari nomer Changbin sampai ketemu, baru ingin menghubunginya temannya itu, Handphone Mark kembali di rebut, lengannya di tarik oleh Jeno keluar rumah, Mark menggebuk tangan Jeno dengan penuh emosi.

Meminta untuk mengembalikan ponselnya "kurang ngajar! apasih mau lo hah!".

"Gua bilang lo berangkat bareng gua".

"Kagak, lo mau semua orang di sekolah nuduh gue macem macem hah, nuduh kita ada hubungan!".

Jeno memberikan handphone Mark yang dia rampas, si agustus menerimanya dan mempelototi Jeno, namun Jeno menghela nafas menyugar rambutnya kebelakang lalu sedikit membungkuk dan mencondongkan wajahnya tiba tibat sehingga Mark terkejut dan hampir saja melayangkan tabokan di wajah Jeno.

"Bangs- pfuh!" Mark melirik jari Jeno yang mengatup mulutnya

Dengan gemas Mark menggigit jari Jeno yang menempel di bibirnya, cowok april itu menarik narik jarinya yang tidak di lepaskan oleh Mark, sampai kepala Mark bergerak gerak akibat tangan Jeno yang berusaha melepaskan diri dari gigitan Mark "sakit woi sakit lepas" Jeno mendorong kening Mark. namun Mark semakin gregetan menggigit jari Jeno.

Jeno menggibaskan jarinya setelah di lepaskan dari mulut Mark, lelaki tampan itu menatap jarinya yang memerah, sementara sang pelaku hanya memasang wajah tanpa dosa, Jeno meringis "lo serigala ya".

"Iya. kenapa ada masalah!"  jutek Mark.

"Udah sekarang naik. dan lo pikir kalo lo berangkat sama Changbin orang orang gak berasumsi kalau kalian ada hubungan".

"Biarin lah, kenapa lo cemburu ya".

"Cemburu? Wkwkwk  ngakak" habis itu Jeno memakai helmnya, dan menggunakan helm pada kepala Mark, memasangkan kaitan helm untuk menjaga kepala cowok mungil itu saat nanti berkendara.

Jeno tersenyum dan menepuk nepuk permukaan atas helmnya. "Udah siap berangkat."

"Hng."

Jeno tertawa.

•••

Ngok.


NoMark | MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang