berani

4.9K 412 63
                                    



ehehe.


000

"aku mau pisah sama Jeno."

Taeyong dan Ten yang baru mendudukkan dirinya di sofa menoleh melihat si sulung berkata seperti itu.

"Mark, jangan bercanda. nikah itu gak boleh di buat main main" Ten buka suara, belum sebulan mereka berdua menikah, Mark sudah meminta pisah, Mark kira itu hal yang mudah.

"tapi buat apa kalo Jeno sama Mark gak ada rasa sama sekali."

"pelan pelan aja perasaan itu gak instan sayang"

Mark menatap mamanya kecewa, lelaki manis itu begitu menggebu gebu menyuruhnya untuk dekat dengan Jeno,

"mama gak mau ngerti perasaan Mark, mama kira Mark gak tau soal di club itu, mama papa sama orangtuanya Jeno yang nyusun rencana jelek"

"kenapa harus Mark yang kena, Mark kan gak jahat sama mama, sama papa" suara Mark bergetar, atmosfer di sekitar ruangan menipis, menekan dadanya hingga sesak.

Taeyong yang tadi terdiam berubah raut wajahnya menjadi pucat pasi, lelaki itu menatap Mark, putranya menangis, Taeyong bangun dari tempatnya dan segera membawa Mark dalam dekapannya, sudah lama tidak melihat Mark menangis, Taeyong tidak tega melihat Mark seperti itu.

mereka akui jika, pernikahan ini adalah skenario mereka. bahkan keduanya sampai merelakan putra mereka sendiri tercebur kedalam rencana buruk tersebut, awalnya Taeyong fikir rencana mereka akan baik baik saja, tapi ternyata semua di luar rencana.

Taeyong berbisik, mengusap punggung Mark yang bergetar, lalu Ten bangkit untuk mengusap rambut Mark.

"Mark, minta maaf kalau ada salah" isak Mark, suaranya teredam di bahu sang papa.

"Mark, gak ada salah. mama sama papa yang salah, mama minta maaf ya, gak ngerti perasaan kamu, kita gak ada niat buat kayak gitu, tapi kita cuma mau kalian dekat"

Taeyong melirik Ten, lelaki manis itu mengisyaratkan suaminya lewat tatapan mata, Taeyong menghela nafas perlahan dan mengangguk angguk kecil.

"papa bakal coba bicara sama Mingyu, urusan di tolak atau di terimanya urusan nanti, karna semua keputusan ada di kamu, karna papa gak mau kalau kamu gak nyaman" final Taeyong.

•••

setelah kejadian tadi siang, Taeyong dan Ten datang ke kediaman Kim untuk membicarakan hal yang cukup penting, menyangkut kedua putra mereka,

salah satu pelayan yang membukakan pintu tadi, mempersilahkan Taeyong dan Ten duduk di ruang tamu, di suguhkan dua gelas teh hangat selagi menunggu sang tuan rumah.

tidak lama sang tuan rumah akhirnya muncul, Mingyu sedikit terkejut melihat kedatangan Taeyong dan Ten disini, tanpa ada kabar apapun, biasanya jika mereka datang kesini akan mengirimi pesan terlebih dahulu menannyakan ada di rumah atau tidak, namun besannya ini tiba tiba saja datang.

Taeyong dan Ten bangun dari tempatnya.

"bang Taeyong, bang Ten" Mingyu dan Jaehyun menyalami kedua pria yang lebih tua itu,

Lalu menyuruh mereka untuk duduk lagi.

Mingyu dan Jaehyun mendudukan diri bersama, menatap Taeyong dan Ten dengan senyum kebingungan.

"saya kaget kalian tiba tiba singgah kesini, biasanya sebelum itu ada komunikasi terlebih dahulu" Mingyu membuka suara.

"tapi saya seneng kita bisa kumpul begini" Mingyu tersenyum kepada kedua orang di hadapannya, sudah lama tidak bertamu akhinya Taeyong dan Ten sendiri yang berkunjung kerumah mereka.

Taeyong tersenyum tipis "gak sempat untuk memberi pesan, soalnya saya tadi habis dari luar, karna jarak ke rumah kalian deket makanya datang kesini aja sekalian, udah lama gak ketemu juga, lagi pula ada hal penting yang mau saya bicarain"

Mingyu dan Jaehyun mengangguk, Jaehyun sudah lama tidak tau kabar putranya, Jeno jika di kirimi pesan sama sekali tidak di gubris bahkan setiap ingin di telphone malah tidak aktif, apa Jeno mulai melupakan orangtuanya.

walaupun mereka tau, hubungan Jeno diantaranya dan Mingyu sedikit meregang akibat kejadian yang sudah lalu, Mingyu yang menolak tegas ketika Jeno meminta restu dan izin untuk membawa Ryujin ke rumah, keduanya memang menentang hubungan Jeno dan Ryujin.

bukannya membenci Ryujin, namun Jaehyun pikir jika Ryujin bukanlah orang yang tepat untuk Jeno, melihat keduanya menjalin hubungan sebagai pacar saja kelakuan mereka sangat buruk.

terlalu bebas, Jaehyun tidak mau Jeno putranya semakin buruk.

"ada hal penting"

Mingyu melirik kearah Jaehyun melempar tatapan bingung.



.




Jeno menyelinap masuk kedalam kamar dan memegang tangan Mark yang tengah merapihkan tempat tidur, sesudah ia berantakan tempat tidur tersebut karena di tempati untuk dirinya bersantai sambil menonton film, Mark menoleh melepaskan genggaman tangan Jeno.

yang lebih tua, melirik tak suka, sementara Jeno menghela nafas. seharian penuh ia di diamkan oleh Mark, bahkan Mark menatapnya saja enggan, walau Jeno sudah berusaha untuk mengajaknya bicara.

"mau apa lagi?" tanya Mark.

dia sudah benar-benar lelah, tidak bisakkah Jeno menyetujuinya tanpa harus menentang dan mengatakan ini itu, Mark sudah kelewat muak, berhadapan dengan manusia bejat seperti Jeno.

Jeno berdecak "gue cuma mau ngomong, pikirin lagi deh. mau lu, buat orangtua kita sedih, status lo gimana kalau kita pisah, ga malu?" tanya Jeno dengan raut serius, Mark berdecih peduli apa dia, Mark tidak mau memikirkan atau menimbang nimbang tawaran Jeno, lebih cepat ia bebas lebih baik dibanding terjerat dengan pria licik.

"ngapain malu, orang juga gak peduli."

Jeno menyugar rambutnya, susah berbicara dengan orang kepala batu seperti Mark, ia mengatakan ini juga untuk menyelamatkan diri masing masing, Mark tidak bersyukur masih mending Jeno menerimanya untuk ia nikahi.

"yakin? orang juga mundur waktu deketin lo, pas dia tau lo bekasan gue" kekeh Jeno, Jeno menyeringai, cowo itu menghindar kan wajahnya dengan telapak tangan yang sigap menangkap tangan Mark yang hampir mendarat di pipinya, Jeno meremas tangan Mark, memajukan wajah di depan wajah Mark, menatap lamat ekspresi benci yang begitu kentara di tunjukkan kepadanya.

Mark mencoba menarik tangannya namun tak bisa, Jeno tidak mau melepaskan. dengan dada yang bergemuruh, wajah rupawan Jeno kini di ludahi oleh Mark dengan sangat tidak sopan, senyuman Jeno luntur, kedua matanya tertutup ketika Mark meludahi wajahnya.

"pantes buat cowo mulut bacot kayak lo" Mark tersenyum miring.

lantas, Mark segera injak kaki Jeno dan mendorong tubuh yang lebih muda sehingga kini ia bebas dan lari dari sana meninggalkan Jeno yang hampir terjungkal.


000

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NoMark | MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang