BAB 2

117 5 0
                                    

Hari senin yang sangat sibuk di kantor. Semua desain harus selesai hari ini karena esok hari sudah harus di laporkan dan di presentasikan di hadapan Reiga. Semua divisi sedang dalam mode busy tak terkecuali Kaia. Membuat desain yang menarik, efektif dan efisien tak semudah dibayangkan. Berkali-kali Kaia harus mengedit desain nya hingga semenarik mungkin. Tak terasa hingga melewati jam pulang kerja Kaia masih berada di kantornya. Sedangkan rekannya satu divisi sudah lebih dulu pulang. Jam menunjukkan pukul 7 malam, Kaia sedang menunggu kertas print out dari desain yang sudah ia buat.

Drrt…drrrt…drrrt… ponsel Kaia bergetar. Terlihat sebuah pesan singkat masuk. Kaia membuka pesan itu yang tak lain dari Eki.

Lembur Kai? Isi pesan itu.

Iya kak. Jawab Kaia singkat.

Tak ada lagi jawaban dari Eki. Namun tak lama kemudian Eki datang menghampiri Kaia dan memberikan minuman ringan dalam kaleng.

“loh kakak masih di kantor juga?” tanya Kaia terkejut.

“masih. Pak Rei masih di kantor. Kamu pulang jam berapa?” tanya Eki.

“ini udah mau pulang kok kak” jawab Kaia.

“yaudah pulangnya hati-hati. Tadinya kalau masih lama mau kakak ajak pulang bareng. Tapi kamu udah mau pulang jadi lain kali aja pulang barengnya. Kakak harus nganter pak Rei pulang dulu kan soalnya” ucap Eki.

“iya kak gak apa-apa. Makasih banyak kak minumannya ya” ucap Kaia.

“iya sama-sama. Yaudah kakak balik ke ruangan pak Rei ya. Kamu hati-hati pulangnya” ucap Eki.

“iya kak. Sekali lagi makasih ya minumannya” ucap Kaia. Eki menganggukkan kepalanya.

Kaia menyelesaikan pembuatan laporan seluruh desain yang akan di presentasikan esok hari di hadapan para direksi. Sebenarnya itu adalah tugas managernya, namun kali ini Reiga meminta semua yang membuat laporan turun tangan untuk mempresentasikannya. Dan kali ini Kaia lah yang bertugas mempresentasikan seluruh desain karena 75 % desain itu Kaia yang membuatnya.

Keesokan harinya Kaia tiba di kantor tepat pukul 7 pagi. Kaia tiba lebih pagi karena ia harus mengecek ulang dan menyiapkan laporan yang akan ia presentasikan. Sudah ada pak Tio yang bersedia membantu Kaia. Pak Tio memang seorang manager yang baik. Ia selalu membantu karyawannya. Apalagi kali ini adalah kali pertama Kaia maju untuk presentasi.

“sudah siap semua Kai?” tanya pak Tio.

“sudah pak” jawab Kaia yang baru saja selesai menaruh laporan di setiap meja di ruang rapat.

“kamu pasti bisa. Gak usah gugup ya. Saya nanti kan ikut rapat juga, nanti akan saya bantu kalau ada kendala” ucap pak Tio.

“baik pak terimakasih” jawab Kaia.

“masih ada waktu sampai rapat mulai. Kalau belum sarapan, sarapan dulu sana” ucap pak Tio.

“saya udah sarapan kok pak. Tapi saya agak ngantuk. Kayanya saya mau ngopi sebentar di balkon” ucap Kaia.

“yaudah kalau gitu. Nanti 15 menit sebelum rapat mulai, kamu harus udah disini ya” ucap pak Tio.

“baik pak” jawab Kaia.

Pak Tio dan Kaia berjalan keluar dari ruang rapat. Kaia berjalan menuju pantry untuk membuat kopi instan. Kaia membawa kopi itu menuju ke balkon yang ada di ujung kantor. Balkon itu berada dari ujung gedung ke ujung gedung lainnya. Biasanya para karyawan duduk beristirahat di balkon itu. Dari hanya sekedar duduk, makan siang sambil menikmati pemandangan kota Jakarta, atau bersantai sambil meminum kopi atau teh hangat.

“lagi ngopi Kai?” terdengar suara wanita dari arah pintu masuk balkon yang tak lain adalah Gina. Senior sekaligus rekan kerja Kaia di divisi desain.

“iya mba Gin. Udah datang mba?” tanya Kaia.

“iya” jawab Gina sambil duduk di sebelah Kaia.

“gimana udah siap presentasi?” tanya Gina.

“insyaAllah udah mba” jawab Kaia.

“kamu pasti bisa. Hasil lembur kita selama seminggu ini pasti di acc pak Rei. Optimis ya Kai” ucap Gina.

“iya mba, pasti. Makasih ya mba” jawab Kaia.

Waktu menunjukkan pukul 8.15 pagi, rapat akan dimulai pukul 8.30. Kaia pun masuk kedalam ruang rapat yang juga sudah mulai dipenuhi oleh para karyawan perwakilan dari berbagai divisi. Terlihat sebagian karyawan gugup karena tidak tahu bagaimana watak Reiga. Apakah dia termasuk direktur yang galak dan rese atau sebaliknya. Tak terasa jam menunjukkan tepat pukul 8.30 pagi, Reiga pun memasuki ruang rapat bersama Eki kepala sekretarisnya. Eki melihat Eki dan memberikan semangat dengan isyarat tangan.  Rapat pun segera dimulai dari divisi keuangan, produksi dan terakhir marketing. Para karyawan bisa mengetahui bagaimana watak Reiga. Bukan direktur yang murah senyum tapi juga bukan direktur yang terbilang galak namun ia direkrur yang sangat teliti.

Selama hampir dua jam, akhirnya rapat pun selesai. Hasil rapat cukup memuaskan bagi seluruh divisi termasuk divisi produksi yang menaungi Kaia. Pak Tio juga cukup puas dengan presentasi Kaia dan pak Tio tak malu memberikan pujian untuk Kaia.

“Kai, kamu sendiri yang minta tanda tangan pak Rei ya” ucap pak Tio.

“baik pak” jawab Kaia.

Setelah mengecek ulang laporannya, Kaia pun berjalan menuju ruangan Reiga yang berada dua lantai tepat diatas lantai ruangan Kaia bekerja. Gedung perusahaan memiliki 7 lantai dimana lantai 7 adalah ruang rapat dan kantor direktur utama. Divisi produksi dan marketing berada di lantai 5, divisi keuangan, humas dan lainnya berada di lantai 6.

Tok…tok…tok… sekretaris Reiga mengetuk pintu ruangan dan memberitahukan Reiga bahwa Kaia dari divisi produksi bagian desain datang untuk meminta tanda tangan Reiga. Reiga pun mempersilahkan Kaia untuk masuk. Kaia berjalan masuk menghampiri Reiga dan memberikan laporan yang tadi ia presentasikan saat rapat. Kaia tak melihat keberadaan Eki kepala sekretaris Reiga di dalam ruangan itu membuat Kaia bertanya-tanya dalam hatinya.

“untuk iklan TV kira-kira kapan bisa di tayangkan ya mba?” tanya Reiga.

“untuk iklan di TV biasanya memakan waktu tiga minggu sampai satu bulan pak” jawab Kaia.

“web bisa langsung di upload kan?” tanya Reiga.

“setelah selesai di recheck bisa langsung di upload pak” jawab Reiga.

“oke kalau gitu” Reiga memberikan laporan yang sudah ia tanda tangani pada Kaia.

“baik pak. Terimakasih. Saya akan kembali ke ruangan” Kaia mengambil laporan itu dan berjalan keluar ruangan. Tepat diluar ruangan, Kaia bertemu dengan Eki.

“habis minta tanda tangan Kai?” tanya Eki.

“iya kak” jawab Kaia.

“presentasi kamu hebat tadi” puji Eki.

“makasih kak. Kai balik ke ruangan dulu ya kak” jawab Kaia.

“iya Kai” ucap Eki. Kaia berjalan menuju lift dan Eki berjalan masuk ke ruangan Reiga.

“kamu kenal sama karyawan itu ki?” tanya Reiga pada Eki yang sedang memberikan laporan kepada Reiga.

“iya pak. Tetangga saya” jawab Eki. Reiga hanya menjawab dengan anggukan kepala.



Hari demi hari berlalu hingga beberapa bulan berlalu. Jumat malam di bulan Oktober, Kaia baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Tepat jam 8 malam, Kaia berjalan menuju lift. Saat pintu lift terbuka, Kaia terkejut karena di dalam lift ada Reiga dan Eki.

“masuk aja mba gak apa-apa” ucap Reiga mempersilahkan Kaia untuk masuk ke dalam lift.

Sebenarnya Kaia memang ragu untuk masuk ke dalam lift itu karena merasa tidak nyaman berada di dalam ruangan sempit dengan bosnya. Namun karena Reiga mempersilahkannya masuk, tidak mungkin Kaia menolak.

“lembur ya Kai?” tanya Eki dengan sedikit berbisik. Eki berdiri bersebelahan dengan Kai sedangkan Reiga berdiri di depan mereka.

“iya kak. Kakak lembur juga?” tanya Kaia balik dijawab dengan anggukkan kepala dan senyuman oleh Eki.

Drrrt…drrrt…drrrt… ponsel Kaia bergetar saat lift sudah hampir tiba di lantai satu. Saat pintu lift terbuka, Kaia segera mengangkat telepon itu yang berasal dari Lisa, ibunya.

“Assalamu’alaikum mah” ucap Kaia yang berjalan perlahan berusaha untuk tetap berada di belakang Reiga dan Eki.

“Wa’aikumsalam. Kamu masih belum selesai kerjaannya?” tanya Lisa.

“udah kok mah. Ini Kai baru aja keluar lift” jawab Kaia.

“oh yaudah. Mamah kira masih belum selesai kerjaannya” ucap Lisa.

“mamah udah makan? Mau Kai beliin apa?” tanya Kaia.

“mamah lagi pengen sate deh. Tolong beliin sate aja ya Kai” jawab Lisa.

“oke mah nanti Kai beliin ya” ucap Kaia.

“iya. Kamu pulangnya hati-hati ya” ucap Lisa.

“iya mah. Pasti” jawab Kaia sambil menutup teleponnya.

“hati-hati pulangnya Kai” ucap Eki saat mereka tiba di depan pintu utama kantor dan Reiga sudah duduk di dalam mobilnya.

“iya kak. Kakak juga hati-hati” Kaia berjalan menuju gerbang kantor untuk menunggu ojek online yang sudah ia pesan. Sedangkan Eki langsung duduk di balik kemudi untuk melajukan mobilnya mengantar Reiga pulang kerumahnya.

“siapa nama karyawan itu Ki? Saya lupa” tanya Reiga saat Eki melajukan mobilnya perlahan.

“Kaia, pak” jawab Eki.

“kamu udah lama jadi tetangga dia? Kelihatan akrab banget” tanya Reiga.

“sejak saya lulus SMA pak” jawab Eki.

“kurang lebih udah sepuluh tahun berarti ya. Memang akrab dari dulu?” tanya Reiga.

“gak pak. Akrab sejak saya kuliah tahun kedua atau ketiga gitu pak” jawab Eki. Reiga hanya menganggukkan kepalanya.

Eki pun terus melajukan mobilnya mengantar Reiga pulang ke rumahnya, lebih tepatnya apartamentnya.

Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang