Keesokan paginya tepat pukul 8, Reiga bangun dari tidurnya. Badannya sudah terasa lebih segar dari sebelumnya, kepalanya pun sudah tak terasa pusing dan sakit lagi. Reiga bergegas mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah selesai mandi, Reiga berjalan keluar untuk melihat apakah Kaia masih tertidur pulas atau tidak. Kaia tak terlihat ada di sofa ruang tamu, Reiga berpikir mungkin Kaia tidur di dalam kamar tamu. Reiga pun mengetuk pintu kamar tamu dan memanggil-manggil nama Kaia, namun tak ada jawaban. Gavin membuka pintu kamar itu dan ia tak melihat Kaia di dalamnya. Reiga tahu, mungkin Kaia sudah pulang kerumahnya. Reiga berjalan menuju dapurnya untuk melepaskan dahaganya. Ia terkejut melihat ada makanan yang tertutup tudung saji diatas meja makan. Reiga membuka tudung saji itu. Ia melihat bubur nasi dan juga dua buah telur rebus yang diletakkan di piring kecil tepat di sebelah bubur nasi itu. Ada secarik kertas yang tertindih piring kecil itu. Reiga mengambil kertas itu dan membaca isi tulisan di dalamnya.
Maaf pak saya pulang tanpa pamit sama bapak.
Terimakasih banyak sudah mengizinkan saya beristirahat di apartement bapak. Saya harap keadaan bapak saat ini sudah lebih baik. Sebagai ucapan terimakasih saya, saya buatkan bubur dengan wortel juga telur rebus untuk bapak. Semoga bubur ini sesuai dengan selera bapak dan saya harap bapak bisa menghabiskan bubur ini.
Maaf juga pak karena saya pakai bahan-bahan yang ada di kulkas bapak untuk membuat bubur ini tanpa izin dulu sama bapak.
Sekali lagi, terimakasih banyak sudah mengizinkan saya beristirahat di apartement bapak.
“dia pasti capek banget. Masak bubur dan dapur juga langsung dia bersihin” ucap Reiga.
“dia sendiri tadi sarapan dulu gak ya sebelum pulang. Ngomong-ngomong tidurnya nyenyak gak semalam, dia pulang naik apa ya. Padahal gw niat mau antar dia pulang” cemas Reiga.
Reiga duduk dan segera mencicipi bubur buatan Kaia. Bubur itu terlihat sangat lezat, dan benar saja bahwa rasanya pun selezat penampilannya. Reiga bahkan memakan bubur itu sampai tak tersisa sedikitpun. Setelah selesai makan, Reiga meminum obatnya dan duduk beristirahat di ruang tamunya yang cukup luas. Entah kenapa, Reiga terus memikirkan Kaia. Wajah Kaia saat tertidur di bangku rumah sakit, masih saja terngiang-ngiang oleh Reiga. Reiga juga terus memikirkan kenapa Kaia mau susah payah menolongnya padahal mereka tidak begitu saling mengenal.
Drrrt…drrrt…drrrt… ponsel Reiga bergetar. Reiga melihat nama Indah ibu kandungnya meneleponnya. Reiga pun segera mengangkat telepon itu.
“halo mah” ucap Reiga.
“Rei, katanya kamu dibawa ke rumah sakit semalam. Sekarang gimana keadaan kamu?” tanya Indah panik.
“Rei gak apa-apa kok mah. Rei cuma kecapekan dan telat makan aja. Rei sekarang udah gak demam dan udah segar lagi kok. Mamah gak usah khawatir ya” jawab Reiga.
“beneran gak apa-apa?” tanya Indah memastikan lagi.
“iya mah. Beneran gak apa-apa kok” jawab Reiga.
“syukurlah kalau gak apa-apa. Terus kamu sekarang udah makan belum? Dapat obat gak semalam dari rumah sakit?” tanya Indah.
“Rei udah makan mah, Rei juga udah minum obat. Rei beneran udah gak apa-apa sekarang” jawab Reiga.
“maaf ya sayang mamah gak ada disana saat kamu sakit” ucap Indah.
“gak apa-apa mah, Rei juga sudah dewasa gak perlu khawatir” ucap Reiga.
“kakek gimana mah?” tanya Reiga.
“kakek sudah bisa diajak ngobrol lagi. Makannya juga sudah banyak” jawab Indah.
“syukurlah kalau kakek sudah lebih baik” ucap Reiga.
Setelah beberapa menit berbincang-bincang, Reiga pun menutup teleponnya dan beristirahat tidur agar tubuhnya semakin fit dan bertenaga lagi seperti biasa.
---
“Assalamu’alaikum” ucap Kaia sambil membuka pintu gerbang rumahnya.
“Wa’alaikumsalam. Kaia kamu semalam tidur dimana? Kok jam segini baru sampai rumah?” tanya Lisa ibundanya.
“semalam Kai lembur sampai jam 9 mah. Terus bos Kai sakit dan Kai antar bos Kai ke rumah sakit. Kai mau telepon mamah tapi Kei tahu mamah pasti udah tidur. Makanya Kai sms mamah, mamah pasti belum buka ya” jawab Kaia.
“kamu sms mamah?” Lisa mencari ponselnya dan membuka pesan dari Kaia.
“oh iya ada sms dari kamu” ucap Lisa.
“Kai ngantuk banget mah, Kai mau tidur dulu ya mah” Kai pun berjalan menuju kamarnya dengan lunglai.
“gak mau sarapan dulu ra?” tanya Lisa namun tak ada jawaban dari Kai.
“beneran ngantuk banget kayaknya si Kai” gumam Lisa.
Satu jam kemudian tepat jam delapan pagi, Eki datang mendatangi rumah Kaia.
“Assalamu’alaikum” ucap Eki.
“Wa'alaikumsalam. Masuk ki” Lisa mempersilahkan Eki untuk masuk ke dalam rumah.
“ada Kaia nya tante?” tanya Eki.
“ada sih tapi Kai baru aja tidur tuh ki. Tante gak mau bangunin dia, dia baru pulang kasihan lagi ngantuk banget tadi tante lihat” jawab Lisa.
“baru pulang tante?” tanya Eki heran.
“iya. Kamu ada apa cari Kai? Mau tante sampein sesuatu ke Kai nanti kalau dia udah bangun?” tanya Lisa.
“semalam Kai telepon Eki beberapa kali tapi karena Eki udah tidur jadi gak ke angkat sama Eki. Eki mau tanya ada apa malam-malam telepon Eki sampai berkali-kali” ucap Eki.
“tapi Kai gak kenapa-kenapa kan tante?” tanya Eki khawatir.
“gak, Kai gak kenapa-kenapa kok. Kai baik-baik aja” jawab Lisa.
“dia semalam telepon kamu mau minta bantuan kamu kali ki” ucap Lisa.
“bantuan? Bantuan apa tante?” tanya Eki.
“katanya semalam bos nya ada yang sakit. Dia antar bosnya itu ke rumah sakit. Makanya dia juga baru pulang satu jam yang lalu” jawab Lisa. Eki hanya terdiam heran mendengar ucapan Lisa.
“nanti kalau Kai sudah bangun, tante kasih tahu Kai deh kalau kamu kesini. Nanti biar Kai yang kerumah kamu” ucap Lisa.
“minta tolong suruh telepon Eki aja tan. Nanti Eki yang kesini” ucap Eki.
“yaudah kalau begitu” ucap Lisa.
Eki pun kembali kerumahnya membantu kedua orang tuanya. Hari ini Eki pergi ke restaurant di sore hari. Karena hari sabtu memang restaurant lebih ramai di sore hingga malam hari. Waktu terus berlalu hingga jam menunjukkan pukul 1 siang. Keia baru saja bangun dari tidurnya. Tubuhnya yang lemas karena kelelahan kini sudah kembali segar.
“mamah masak apa hari ini?” Kaia berjalan ke dapur setelah ia selesai mandi.
“mamah masak urap sama goreng ayam tuh. Makan dulu sana” ucap Lisa.
“iya mah” Kaia menaruh nasi diatas piring bersama lauk pauk yang sudah disiapkan oleh Lisa.
“tadi pagi Eki kesini nyariin kamu. Katanya kalau kamu udah bangun kamu suruh telepon dia” ucap Lisa.
“iya mah nanti habis makan, Kai hubungin kak Eki” ucap Kaia.
Setelah selesai makan, Kaia segera menghubungi Eki. Tak lama kemudian, Eki kembali datang menemui Kaia yang sedang duduk di teras rumahnya.
“ada apa kak nyariin aku tadi pagi?” tanya Kaia saat Eki tiba di rumahnya.
“kamu semalam telepon kakak berkali-kali ada apa?” tanya Eki.
“oh itu” ucap Kaia.
“semalam Kai nganterin pak Rei ke rumah sakit. Aku gak berani buka-buka handphone nya, Kai coba hubungin kakak terus mau minta tolong kakak untuk hubungin keluarganya pak Rei” lanjut Kaia.
“hah? Rei masuk rumah sakit? Dirawat? Dimana?” tanya Eki terkejut.
“iya aku semalam lembur pas Kai mau nyerahin desain aku ke pak Rei, aku lihat pak Rei udah kesakitan di ruangannya. Sekretarisnya udah pulang. Jadi Kai bawa pak Rei ke rumah sakit. Gak dirawat kok kak. Cuma di infus aja terus di resepin obat habis itu pulang” jawab Kaia.
“yaudah sekarang kamu temenin kakak lihat keadaan Rei. Kakak pulang ambil mobil, kamu siap-siap ya” ucap Eki sambil berlalu pergi kerumahnya sehingga Kaia tak bisa menolak ajakannya. Akhirnya Kaia pun beriap-siap untuk ikut dengan Eki melihat keadaan Reiga.
Gak ada salahnya juga ikut. Gw juga mau tahu gimana keadaan pak Rei sekarang. Batin Kaia.
Tepat jam 2.30 siang, mereka tiba di apartement Reiga. Eki memencet bel pintu unit apartement Reiga. Reiga membukakan pintu itu dan melihat Eki juga Kaia sudah berdiri di depan pintu. Entah mengapa, Reiga merasa sangat senang bisa melihat Kaia hingga tanpa sadar senyum Reiga saat melihat Kaia lebih lebar dibandingkan senyum saat melihat Eki.
“lo katanya sakit. Sekarang gimana? Perlu kerumah sakit lagi gak? Tante Indah tahu?” Eki memborbardir pertanyaan-pertanyaan pada Reiga.
“gw sekarang usah sehat kok. Gak usah ke rumah sakit lagi. Mamah tahu kok, tadi pagi telepon gw” jawab Reiga.
“ini semua berkat mba Kaia, kalau bukan karena mba Kaia, gw nungkin udah dead, maybe” lanjut Reiga sambil tersenyum lebar pada Kaia.
“syukur deh kalau begitu” ucap Eki.
“gw numpang ke kamar mandi ya” ucap Eki.
“iya lo tahu dimana kamar mandinya” ucap Reiga. Eki berjalan menuju kamar mandi dan Reiga berjalan menuju dapur untuk meletakkan makanan yang Eki bawa diatas piring.
“pak, kak Eki gak tahu kalau saya semalam tidur disini. Bapak juga jangan bilang-bilang ke kak Eki ya kalau saya semalam tidur disini” bisik Kaia pada Reiga.
“emm…oke” jawab Reiga heran namun tetap menuruti permintaan Kaia.
Baru saja Reiga ingin berterimakasih untuk bubur yang Kaia buat, Eki sudah keluar dari kamar mandi. Reiga mengajak Eki dan Kaia untuk makan bersama. Setelah selesai, Eki dan Kaia pun segera pulang dan kembali ke rumah mereka masing-masing.
“gw baru sadar gw gak punya nomor Kaia. Gw mau bilang terimakasih untuk bubur yang dia buat tapi malah gak bisa tersampaikan” gumam Reiga sendirian di dalam apartementnya.
***
Senin pagi, sama seperti kantor-kantor lainnya, kantor tempat dimana Kaia bekerja pun terlihat sibuk. Siang itu tepat jam 2 siang, pak Tio baru saja selesai menghadiri rapat bersama dengan para petinggi lainnya.
“Kai, saya mau minta tolong boleh?” tanya pak Tio.
“iya pak boleh” jawab Kaia.
“tolong serahkan laporan saya ke pak Rei ya. Saya sama Gina harus ketemu bu Dini untuk bicarakan perihal biaya desain wastafel yang baru selesai dibuat minggu lalu” jelas pak Tio.
“oh iya pak baik” jawab Kaia.
Pak Tio dan Gina pergi untuk menemui bu Dini. Sedangkan Kaia berjalan menuju ke lantai tujuh dimana ruang kerja Reiga berada sambil membawa laporan yang tadi pak Tio maksud.
“mba Ira, aku disuruh pak Tio buat nyerahin laporan hasil meeting tadi pagi ke pak Reiga” ucap Kaia pada Ira sekretaris Reiga.
“sebentar ya mba” Ira berjalan mengetuk pintu ruang kerja Reiga.
Reiga meminta Ira untuk mempersilahkan Kaia masuk dengan laporan yang ia bawa. Kaia pun memasuki ruang kerja Reiga dan menyerahkan laporan itu pada Reiga. Kaia berdiri tepat di depan meja kerja Reiga dan menunggu Reiga selesai mengecek laporan yang ia serahkan. Setelah selesai mengecek laporan itu, Reiga berjalan ke depan meja kerjanya dan bersandar pada meja kerjanya hingga ia berada tepat di samping Kaia.
“mba Kaia bawa handphone?” tanya Reiga yang membuat Kaia terheran-heran.
“emm…bawa pak” jawab Kaia. Reiga mengulurkan tangannya meminta Kaia memberikan ponselnya. Kaia yang heran pun hanya diam kebingungan.
“saya pinjam handphone mba Kaia, sebentar” ucap Reiga. Kaia menyerahkan ponsel miliknya pada Reiga. Reiga segera mengetik nomor ponselnya dan menelepon nomornya sendiri melalui ponsel Kaia. Reiga mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam kantong celananya dan menyimpan nomor Kaia.
“itu nomor saya. Tolong di simpan” Reiga menyerahkan kembali ponsel milik Kaia.
“oh. i…iya pak, baik” Kaia mengambil ponsel itu dan menyimpan nomor telepon Reiga dengan nama ‘Pak Reiga Dirut’.
“ngomong-ngomong, terimakasih untuk bubur yang tempo hari kamu buat. Saya berhutang banyak sama kamu. Kamu sudah banyak menolong saya” ucap Reiga.
“gak kok pak. Saya pasti akan lakuin hal yang sama walaupun itu bukan bapak” ucap Kaia.
“tetap saya sangat berterimakasih dan saya berhutang banyak sama kamu. Mungkin lain kali saya bisa balas semua kebaikan kamu” ucap Reiga.
“gak usah pak. Saya ikhlas menolong bapak” ucap Kaia.
“apa laporannya baik-baik saja pak? Kalau tidak ada yang perlu diperbaiki, saya izin kembali ke ruang kerja saya” ucap Kaia.
“emm…oke kamu boleh balik ke ruangan” ucap Reiga.
Kaia kembali menuju ruang kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya. Begitu juga Reiga yang kembali di sibukkan oleh pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]
RomanceKaia Hikaru adalah seorang wanita yang lahir di Jakarta tanggal 10 Februari 1999. Kaia bekerja sebagai desain grafis di salah satu perusahaan pembuat alat rumah tangga. Kaia tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya. Ayahnya meninggal saat ia berusi...