BAB 16

61 5 0
                                    

Hari terus berlalu hingga hampir  minggu lebih Reiga dan Keia resmi berpacaran. Seperti biasanya, jika memungkinkan, Reiga akan mengantar Keia pulang kerja. Malam ini pun Reiga mengantar Keia pulang kerumahnya. Reiga dan Keia berbincang-bincang di teras rumah Keia, Lisa sedang tak ada dirumah dan Dimas sedang berada di kamarnya di lantai dua.

“tapi ngomong-ngomong Kei” Reiga menoleh kearah Keia yang diduk di sebelahnya dan menatapnya.

“kenapa pak?” tanya Keia.

“kamu mau sampai kapan panggil saya bapak? kita kan udah hampir dua minggu pacaran” tanya Reiga.

“emm… emang bapak mau dipanggil apa?” tanya Keia balik.

“mas, kakak, atau panggil sayang juga boleh” jawab Reiga.

“kayaknya susah deh” ucap Keia.

“emang kenapa?” tanya Reiga.

“khawatir keceplosan pas di kantor nanti” jawab Keia.

“saya boleh tanya gak? Tapi kamu harus jawab jujur” ucap Reiga.

“iya tanya aja” ucap Keia.

“benar alasan kamu gak mau orang kantor tahu hubungan kita karena kamu takut kita gak fokus kerja?” tanya Reiga.

“kita kan juga jarang banget ketemu  di kantor. Paling kalau lagi rapat untuk iklan web aja. Saya mau banget nyaman datang dan pulang kantor bareng sama kamu walaupun gak setiap hari bisa” ucap Reiga.

“jujur deh sama saya. Saya yakin ada alasan lain kamu gak mau orang kantor tahu hubungan kita” ucap Reiga.

“pak. Bapak kan direktur utama. Orang-orang pasti punya ekspektasi tinggi soal pacar bapak. Cantik, kaya, atau lulusan dari universitas ternama. Ekspektasi mereka salah satu dari tiga kriteria itu atau bahkan ketiganya. Sedangkan saya jauh dari ketiganya. Kalau boleh jujur, bahkan saya merasa gak pantas jadi pacar bapak, tapi saya suka sama bapak” jelas Keia.

“jadi selama ini kita jalan kamu masih berpikir kalau kamu gak pantas buat saya?” tanya Reiga dengan nada sedikit meninggi.

“iya. Saya juga berpikir gimana perasaan orang tua bapak kalau mereka tahu bapak punya pacar dari keluarga biasa-biasa aja yang derajatnya dibawah bapak” ucap Keia.

“Kei, saya suka sama kamu karena kamu ya kamu. Saya bukan suka sama pendidikan kamu, saya bukan suka sama harta kamu, saya bukan suka sama wajah kamu. Saya suka kamu karena kamu Keia” Reiga berdiri kesal mendengar ucapan Keia.

“sepertinya saya harus pulang rsekarang Kei” ucap Reiga. Keia tahu bahwa Reiga marah, tapi memang itulah yang membuat Keia khawatir dan Keia ingin Reiga pun tahu. Keia tak berusaha menahan Reiga untuk tidak pulang, Reiga yang kesal pun berlalu pulang tanpa sebuah senyuman.

Waktu terus berjalan hingga empat hari berlalu sejak malam itu. Reiga yang kesal, tak pernah mengajak Keia berkencan, bahkan Reiga pun tak mengirim hadiah kecil ke meja Keia. Keia merasa sedih karena lelaki yang ia sukai seperti sedang menjauhinya. Keia bahkan tak tahu apa hubungan mereka saat ini. Masih sebagai sepasang kekasih atau sudah menjadi orang asing. Sebagian diri Keia ingin menemui Reiga, namun sebagian lainnya Keia berpikir ini mungkin sudah takdirnya dan dia memang bukanlah perempuan yang cocok untuk Reiga.

Sebenarnya Reiga selalu memperhatikan Keia dari jauh. Reiga sangat menyayangi Keia, tapi ia selalu kesal setiap ia mengingat apa yang Keia katakan malam itu. Reiga ingin menemui Keia namun ia begitu kesal kepada Keia yang berpikir bahwa Keia tak pantas untuknya. Jum’at malam, Reiga tahu bahwa Keia sedang lembur. Reiga memutuskan untuk menemui Keia dan membicarakan hubungan mereka. Reiga menunggu Keia di dalam mobilnya yang sedang terparkir di depan gedung.

Tepat jam delapan malam, Keia menyelesaikan pekerjaannya. Keia berjalan memasuki lift, di dalam lift Keia mendapatkan telepon dari Dimas adiknya.

“halo mba” ucap Dimas dengan suara yang terdengar panik.

“iya Dim. Kamu kenapa?” tanya Keia bingung.

“mba…mba pulang jam berapa? Bisa pulang cepat gak?” tanya Dimas yang terdengar mulai menangis.

“ini mba udah selesai baru mau keluar kantor. Ada apa sih Dim?” tanya Keia khawatir.

“mamah mba…mamah pingsan. Ini Dimas lagi jalan ke rumah sakit sama om Dikta. Mba langsung ke rumah sakit ya” ucap Dimas sambil menangis.

“astagfirullah. Yaudah iya iya. Mba langsung ke rumah sakit” ucap Keia panik.

Pintu lift pun terbuka. Kaia yang panik pun segera berlari keluar kantor. Keia diselimuti rasa khawatir mendengar Lisa ibunya yang pingsan. Beruntung om Dikta, tetangga yang tinggal di sebelah rumahnya bisa mengantar Lisa ke rumah sakit.

“Kei” Reiga yang melihat Keia berlari dengan wajah yang panik pun mengejar Keia dan memegang tangan Keia.

“pak” entah kenapa saat Keia melihat Reiga, air matanya pun mengalir.

“kamu kenapa?” tanya Reiga khawatir.

“mamah…mamah…pak…mamah pingsan dan sekarang dibawa ke rumah sakit” Keia menangis sejadi-jadinya.

“ayo biar saya yang antar kamu” Reiga mengajak Keia untuk naik ke mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Keia terus menangis. Keia khawatir, Keia takut terjadi apa-apa dengan Lisa. Penyakit jantung yang di derita Lisa bukanlah penyakit yang bisa dianggap remeh. Keia terus saja memikirkan hal yang menakutkan.

“mamah kamu pasti akan baik-baik aja Kei” Reiga menggenggam tangan Keia untuk menenangkannya.

Keia tak bisa berkata apa-apa, Keia hanya bisa terus meneteskan air matanya. Hingga mobil masuk gerbang rumah sakit, Keia sadar bahwa dirinya tak boleh terus menangis apalagi di hadapan Lisa dan Dimas. Keia menghapus air matanya dan berjalan masuk rumah sakit. Keia dan Reiga berjalan menju ruang operasi yang berada di lantai 3.

“Dim, gimana mamah?” tanya Keia panik.

“mamah baru masuk ruangan mba. Masih belum sadar tadi” jawab Dimas sedih.

“gak apa-apa Dim. Mamah orang kuat, mamah pasti baik-baik aja” Keia memeluk Dimas.

Beberapa jam kemudian, dokter beserta perawat ruang operasi keluar ruangan dan mengatakan bahwa operasi Lisa berjalan lancar, namun Lisa masih belum sadar dan harus di rawat di dalam ruang intensif. Dan para perawat pun membawa Lisa ke ruangan intensif.

“kamu pulang aja Dim, biar mba yang jaga disini. Mba pasti kabarin kami kalau mamah udah siuman” ucap Keia.

“mana bisa Dimas pulang mba” ucap Dimas yang enggan pulang.

Keia tahu bagaimana perasaan Dimas. Keia mencoba bicara pada para perawat agar mengizinkan mereka menunggu Lisa bersama. Untungnya, kamar inap sedang tak ramai, jadi ruang tunggu pun sepi. Sehingga mereka bisa menunggu bersama. Keia menenangkan Dimas agar ia bisa beristirahat tidur. Tak lama kemudian, Dimas pun tertidur lelap di ruang tunggu.

“pak, terimakasih udah antar saya tadi. Maaf baru bisa ucapin terimakasih ke bapak. Udah jam satu, bapak pulang aja. Saya dan Dimas udah gak apa-apa” ucap Keia kepada Reiga yang masih menemani mereka.

“kalau gitu saya pulang dulu. Besok pagi saya kesini lagi ya Kei” ucap Reiga.

“gak usah gak apa-apa pak. Nanti saya kabarin kalau mamah udah siuman” ucap Keia.

“saya pulang dulu” Reiga memberikan beberapa botol air mineral dan beberapa bungkus roti yang tadi dia beli kepada Keia.

“besok saya pasti kesini lagi. Mamah kamu pasti baik-baik aja” Reiga menggenggam tangan Keia, Keia hanya menganggukkan kepalanya.

Keesokan harinya, tepat jam 6 pagi. Keia dan Dimas masih belum melihat Lisa siuman. Mereka duduk tepat di ruangan intensif sambil menatap Lisa yang terbaring lemas di atas ranjang pasien. Tak lama kemudian, Reiga pun datang.

“Kei, kamu sama Dimas makan dulu sana. Biar saya yang jaga disini” ucap Reiga.

“saya gak lapar pak” ucap Keia.

“kamu harus makan. Nanti kalau mamah kamu siuman lihat kamu lemas malah jadi sedih mamah kamu. Ajak Dimas makan dulu Kei” ucap Reiga.

“yaudah. Titip mamah sebentar ya pak” ucap Keia.

Keia mengajak Dimas untuk makan di sebuah kantin yang ada di lantai satu rumah sakit. Mereka tak nafsu makan tapi memaksakan diri untuk makan. Agar tenaga mereka terisi kembali dan bisa maksimal menjaga Lisa. Setelah selesai, mereka pun kembali ke ruang intensif. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, Lisa pun akhirnya siuman.

“mah, mamah… ini Keia mah” Keia mendekatkan dirinya ke wajah Lisa yang masih sangat lemas.

“iya sayang. Ada Dimas juga” Lisa melihat Dimas yang berdiri di sebelah kirinya.

“iya mah” ucap Dimas.

“anak mamah yang cantik dan ganteng. Mamah senang kalian tumbuh dengan baik, kalian selalu akur” ucap Lisa.

“ini semua berkat mamah yang sabar mendidik kita” ucap Keia.

“Kei, mamah mau ngomong sama bude Ati dan tante Ayu. Kamu bisa hubungin mereka?” tanya Lisa dengan suara yang masih lemah.

“bisa mah” jawab Keia.

“tapi sebelum kamu hubungin mereka, hubungin Reiga dulu. Mamah juga mau ngomong sama Reiga” ucap Lisa masih dengan suara lemah.

“pak Rei ada disini mah. Ada di luar” ucap Keia.

“panggil dia. Mamah mau ngomong” ucap Lisa. Keia pun keluar ruangan dan memanggil Reiga.

“tante” sapa Reiga.

“Keia, Dimas, kalian tolong hubungi bude Ati dan tante Ayu ya” ucap Lisa.

“iya mah” jawab Keia dan Dimas.

“nak Rei” Lisa memanggil Reiga dengan suara lirih.

“iya tante” jawab Reiga.

“Keia itu kelihatannya aja kuat, padahal dia lemah. Semenjak papahnya meninggal, Keia seringkali gak terbuka tentang apa yang dia rasa. Dia merasa takdirnya sebagai seorang anak sulung dan sebagai seorang kakak membuat dia harus kuat. Tante sangat bahagia waktu dengar Keia cerita tentang kamu. Sampai akhirnya Keia menerima perasaan suka kamu. Tante mau tanya satu hal sama kamu nak Rei” ucap Lisa.

“iya tante tanya aja” ucap Reiga.

“kalau orang tua kamu gak setuju sama hubungan kamu dan Keia, kamu mau bagaimana?” tanya Lisa.

“saya yakin orang tua saya pasti setuju dan menyukai Keia, tante” jawab Reiga.

“Keia seorang yatim, bukan berasal dari keluarga kaya, Keia juga bukan lulusan dari universitas ternama. Itu pasti jadi pertimbangan orang tua nak Rei. Tapi tante bisa jamin kalau Keia cerdas, baik, sopan dan santun, pekerja keras, sayang keluarga juga” ucap Lisa.

“saya juga jamin Keia adalah perempuan hebat seperti yang tante bilang” ucap Reiga.

“nak Rei” Lisa menggenggam tangan Reiga.

“iya tante” jawab Reiga.

“tante yakin sekali kalau Keia sangat menyukai kamu. Tante juga percaya kalau kamu juga sangat menyukai Keia” ucap Lisa.

“iya tante. Saya memang sangat menyukai Keia” ucap Reiga.

“tanye minta satu hal sama kamu” ucap Lisa.

“iya tante” ucap Reiga.

“walaupun nanti orang tua kamu gak setuju, tante minta kamu tetap berjuang untuk Keia. Tante gak tahu sampai kapan tante bisa temani Keia di dunia ini. Tante percaya kamu bisa jaga Keia, jadi tante titip Keia ya” ucap Lisa.

“tante jangan ngomong begitu, tante pasti sembuh. Tante pasti sehat lagi dan bisa temani Keia juga Dimas sampai bertahun-tahun lamanya” ucap Reiga, Lisa hanya tersenyum.

“mah, Kei udah telepon bude Ati dan tante Ayu” Keia masuk ke dalam ruangan.

“terimakasih sayang” ucap Lisa.

“Kei, kamu baik-baik ya sama nak Rei. Mamah bahagia lihat hubungan kamu dan nak Rei” Lisa menyatukan tangan Kaia dan tangan Reiga agar mereka saling bergandengan.

“iya mah” jawab Keia. Keia tak ingin Lisa tahu bahwa hubungan dirinya dengan Reiga sedang sedikit bermasalah.

“Dimas, kamu nurut sama kakak kamu ya. Mamah bangga kamu sudah tumbuh jadi lelaki yang dewasa” Lisa mengusap-usap kepala Dimas, Dimas hanya menganggukkan kepalanya sambil menahan air matanya agar tak jatuh membasahi kedua pipinya.

Mendengar perkataan Lisa pada Dimas membuat Keia berpikiran jelek. Perasaan Keia dipenuhi dengan ketakutan. Ketakutan yang amat sangat tak bisa ia bayangkan. Hal yang Keia harap tak akan pernah terjadi. Keia terus berdoa dalam hatinya agar ketakutannya itu tak akan pernah terjadi dan Keia terus mendorong jauh pikiran jeleknya itu.

Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang