BAB 6

90 4 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Operasi Lisa berjalan lancar dan Lisa pun sudah kembali kerumah. Kaia meminta Lisa untuk berhenti berjualan kue, namun Lisa tak ingin berhenti dan tetap ingin berjualan. Akhirnya Kaia menyetujuinya dengan syarat Lisa harus libur berjualan di hari sabtu dan minggu.

Sabtu jam tujuh malam, Kaia dan Lisa baru menyelesaikan percobaan menu mereka. Jika berhasil akan Lisa masukan ke menu untuk berjualan nanti. Kaia dan Lisa membuat kue lumpur ubi kuning dan labu kuning serta onde-onde pelangi isi keju.
“Assalamu’alaikum” ucap Kaia di depan gerbang rumah Eki.

“Wa’alaikumsalam, Kaia ya? masuk aja Kai. Tante lagi masak” jawab Ayu.

Kaia membuka pintu gerbang dan langsung masuk ke dalam rumah. Betapa terkejutnya Keia ketika memasuki ruang tamu, ia melihat Reiga sedang duduk.

“pak Rei” ucap Kaia terkejut sambil sedikit menundukkan kepalanya.

“mba Kaia” ucap Reiga.

“ada apa Kai?” tanya Ayu dari dalam dapur.

“ini tante, Kai sama mamah nyoba menu baru. Kai bawain buat tante sama kak Eki buat di cicip. Kalau enak senin nanti mau di jual” Kaia berjalan ke dapur menghampiri Ayu yang sedang sibuk memasak sambil mebawa dua piring berisi kue buatannya.

“kak Eki nya mana tante?’ tanya Kaia.

“lagi mandi diatas. Kalau tante sama Eki yang nyoba sudah pasti suka. Kebetulan lagi ada sahabatnya Eki sekaligus bos Eki dan kamu juga kan. Kita tanya pendapat dia aja” Ayu membawa kedua piring yang tadi Kaia bawa ke ruang tamu.

“Rei, cobain deh terus kasih komentar yang sejujur-jujurnya” Ayu menaruh kedua piring itu tepat di hadapan Reiga. Reiga mencicipi ketiga macam kue buatan Kaia tersebut.

“gimana?” tanya Ayu dengan penuh semangat.

“enak banget tante. Manisnya pas, lembut juga, gak bikin seret tenggorokan” jawab Reiga.

“benar pak?” tanya Kaia.

“iya benar” jawab Reiga.

“aaa kamu berhasil lagi Kai” ucap Ayu sambil bertepuk tangan merasa bangga pada Kaia.

“Alhamdulillah. Iya tante, lusa bisa dijual berarti” ucap Kaia.

“ngomong-ngomong mamah kamu dirumah kan?” tanya Ayu.

“mamah lagi pergi nganterin Dimas beli buku buat tugasnya tan. Baru aja berangkat” jawab Kaia.

“kamu pasti belum makan kan? Makan bareng aja disini” ucap Ayu.

“gak apa-apa kan Rei?” tanya Ayu pada Reiga.

“oh gak apa-apa tante” jawab Reiga.

“tapi tante…” belum selesai Kaia bicara, Eki sudah turun dari kamarnya di lantai dua.

“iya udah makan bareng aja disini” saut Eki.

“canggung lah kak makan sama bos sendiri” Kaia berlari menghampiri Eki yang baru saja menginjakkan anak tangga terakhir lalu berbisik pada Eki.

“gak apa-apa kan Rei?” tanya Eki pada Reiga.

“iya gak apa-apa kok” jawab Reiga.

“tuh, Rei aja gak masalah” ucap Eki sambil tersenyum lebar pada Kaia.

“gak apa-apa mba Kaia. Kalau diluar jam kerja saya bukan bos mba Kaia, jadi santai aja” saut Reiga.

“hehehe iya pak” ucap Kaia sedikit merasa tak enak hati.

“udah matang mah?” tanya Eki pada Ayu.

“udah ki” jawab Ayu.

“ayo kita makan semua” ajak Ayu.

“ayo Rei” ajak Eki pada Reiga.

“ayo” jawab Reiga.

“ayo Kai” ajak Eki pada Kaia.

“iya kak” jawab Kaia.

Mereka duduk di meja makan yang berbentuk lingkaran. Kaia duduk diantara Ayu dan Eki, juga duduk berhadapan dengan Reiga. Setelah hampir tiga puluh menit, mereka pun selesai menghabiskan makan malam mereka.

Setelah selesai makan malam, Ayu mengajak Eki, Reiga dan Kaia untuk berbincang-bincang sambil menikmati teh hangat serta beberapa cemilan. Tak berselang lama, ponsel Ayu bergetar tanda sebuah panggilan telepon masuk. Ayu pun berjalan ke luar rumah untuk mengangkat panggilan telepon itu.

“ki, anterin mamah sebentar yuk. Mamah lupa punya baju yang di vermak di tukang jahit di depan gerbang perumahan sana” ucap Ayu pada Eki.

“emang harus sekarang mah?” tanya Eki.

“iya. Itu udah berhari-hari disana. Mamah lupa banget mau ambil” jawab Ayu.

“yaudah ayo mah” ucap Eki.

“kalau gitu Rei pulang dulu tante” saut Reiga.

“eh kok pulang. Tante cuma sebentar kok” ucap Ayu.

“kamu bisa temani Rei sebentar kan Kai?” tanya Ayu pada Kaia.

“hah?” Kaia terkejut.

“gak usah tante. Rei biar pulang aja” saut Reiga.

“lah katanya ada yang mau lo omongin ke gw Rei. Gw cuma sebentar kok. Gerbang perumahan kan gak jauh, sepuluh menitan paling gw perginya” ucap Eki.

“temenin Rei sebentar ya Kai. Tante Lisa juga belum pulang kan?” tanya Eki pada Kaia.

“udah ayo jalan” Ayu mengajak Eki untuk segera berangkat.

“Rei, pokoknya kalau kamu pulang gak tunggu tante, tante marah ya” ancam Ayu pada Reiga.

“iya tante iya. Rei gak pulang” ucap Reiga.

“ra, titip rumah sebentar ya” ucap Ayu pada Kaia.

“iya tante” jawab Kaia. Ayu dan Eki pun berangkat untuk mengambil pakaian yang sudah di vermak. Kaia dan Reiga menatap kepergian Ayu dan Eki dari luar rumah.

“kalau kita tunggu mereka di saung itu gimana pak?” Kaia menunjuk sebuah saung kecil yang berada di seberang rumah Eki.

Rumah Eki berada tepat di tikungan, saung itu biasa dipakai oleh bapak-bapak di perumahan itu untuk ngopi dan ngobrol-ngobrol. Namun malam ini, saung itu sepi karena para bapak-bapak sedang mengadakan arisan di salah satu rumah anggotanya.

“iya boleh mba” jawab Reiga.

“bapak duluan. Saya bawain teh sama cemilannya dulu” ucap Kaia.

“saya bantu” jawab Reiga.

“gak usah pak. Bapak duduk duluan aja ke saung itu” ucap Kaia.

“yaudah kalau gitu. Saya ke saung duluan” Reiga berjalan menuju saung itu sedangkan Kaia kembali masuk kedalam rumah untuk mengambil teh dan cemilan yang tadi suguhkan oleh Ayu.

Krik krik banget deh. Kak Eki sama tante perasaan lama banget deh. Batin Kaia. Padahal baru saja ia duduk dan meletakkan teh serta cemilan di hadapan Reiga.

“gimana keadaan mamahnya mba Kaia?” tanya Reiga memecahkan keheningan.

“Alhamdulillah sekarang udah segar lagi pak. Pak Adit gimana pak?” tanya Kaia balik.

“beliau juga sudah lebih baik dari sebelumnya” jawab Reiga, Kaia menganggukkan kepalanya. Lalu merekapun kembali terdiam beberapa menit.

“mba Kaia sudah lama kenal sama Eki?” tanya Reiga.

“dari saya masih SD kita udah tetanggaan pak” jawab Kaia.

“sudah lama ya. Padahal dulu waktu masih SMA, saya sering main kerumah Eki tapi kok gak pernah ketemu mba Kaia ya” ucap Reiga.

“bapak SMA berarti saya masih SD. Dulu saya belum begitu dekat sama kak Eki. Kita mulai kenal dekat saat saya lulus SMP. Karena mamah saya minta pendapat kak Eki perihal SMA mana yang bagus dan sekiranya cocok sama nilai saya” jawab Kaia.

“oh begitu” ucap Reiga mengerti.

“iya pak begitu” ucap Kaia.

Tak lama kemudian, Ayu dan Eki pun tiba dirumah. Kaia segera berpamitan pulang karena Lisa dan Dimas juga sudah kembali kerumah. Sedangkan Eki dan Reiga masuk kedalam rumah Eki untuk melanjutkan perbincangan mereka.

“jadi, apa yang mau lo omongin Rei?” tanya Eki.

“Bayu udah gak bisa pegang restaurant lagi karena dia mau fokus sama usaha dia di bidang fashion. Gw mau lo pegang restaurant gw. Karena gak mungkin gw tutup restaurant itu. Lo tahu sendiri gimana perjuangan gw untuk mulai itu semua. Gak ada orang lain yang gw percaya, dan gak ada yang cocok selain lo ki. Gimana?” jelas Reiga langsung ke intinya.

“kalau gw pegang restaurant lo. Terus lo dikantor gimana?” tanya Eki.

“gw udah bisa handle sendiri kok. Lo udah bantu gw banget di awal masa jabatan gw sebagai dirut. Lagipula gw kan punya sekretaris di kantor” jawab Reiga.

“om Adit tahu lo mau minta gw pegang restaurant lo?” tanya Eki.

“tahu. Sebelum gw ngomong sama lo, gw udah diskusi sama papah” jawab Reiga.

“lo yakin gak apa-apa kalau gw yang pegang restaurant lo?” Eki coba meyakinkan Reiga.

“gak apa-apa banget ki” jawab Reiga.

“gw minta waktu ya. Gw harus diskusi dulu kayaknya sama mamah” ucap Eki.

“oke ki. Diskusi dulu sama tante. Santai aja, gw tunggu jawaban dari lo” ucap Reiga.

---

“kak” kaia menepuk pundak Eki yang sedang duduk melamun di halaman belakang rumahnya.

“Kai. Kapan datangnya?” tanya Eki terkejut melihat kehadiran Keia.

“baru kok. Kenapa sih kak galau banget kayaknya” Kaia duduk tepat di sebelah Eki.

“kakak lagi bingung. Rei minta kakak pegang restaurant dia, tapi kakak ragu” jawab Eki.

“pak Rei punya restaurant?” tanya Kaia.

“iya. Sebelum jadi dirut, dia pegang restaurant yang dia bangun sendiri. Restaurantnya dipegang adik sepupunya semenjak dia jadi dirut tapi sekarang adik sepupunya mau fokus sama passion dia di dunia fashion. Makanya Rei minta kakak pegang restaurant dia karena dia gak mungkin tutup restaurant yang susah payah dia bangun” jawab Eki.

“terus kakak kenapa ragu?” tanya Kaia.

“kakak takut malah merusak citra restaurant dan malah bikin bangkrut restaurant” jawab Eki.

“kalau pak Rei minta kakak langsung untuk pegang restaurant itu berarti pak Rei percaya kalau kakak mampu. Kenapa kakak harus ragu? Kakak harus percaya sama diri kakak. Kai juga yakin kalau kakak mampu” ucap Kaia.

“gitu ya Kai?” tanya Eki.

“iya kak. Kalau orang lain aja bisa percaya sama kemampuan kakak, kenapa kakak gak bisa?” ucap Kaia.

“hah~” Eki menghelakan nafas lega.

“Kaia yang dulu masih suka cari masalah sama teman-temannya di sekolah sampai mamah dan papahnya pusing. Sekarang sudah dewasa sudah bisa kasih pendapat yang baik buat kakak. Terimakasih ya Kai” Eki mengelus-elus kepala Kaia dan menatapnya penuh kasih sayang.

Jantung Kaia berdegup kencang, pipinya terasa panas. Kaia pernah sangat menyukai Eki, tetapi ia juga sudah melupakan tentang dirinya yang ingin menjadi kekasih Eki karena Kaia tak pernah memiliki kesempatan. Eki selalu memiliki kekasih, hal itulah yang membuat Kaia berusaha melupakan rasa sukanya pada Eki. Jika Eki bersikap seperti itu terus menerus, rasa suka itu mungkin akan muncul kembali. Kaia tak membenci Eki yang memperlakukannya dengan penuh kasih sayang, tapi Kaia juga tak ingin rasa sukanya pada Eki muncul kembali.

Keesokan harinya, Eki mengajak Reiga untuk bicara setelah jam kerja selesai. Eki menyanggupi permintaan Reiga untuk memegang kendali penuh atas restaurant milik Reiga. Mendengar kabar baik itu, Reiga segera mengajak Eki ke restaurant miliknya itu untuk mengenalkannya pada seluruh karyawan. Tak banyak yang harus di jelaskan pada Eki, karena Eki sudah mengerti sebagian besar tentang restaurant milik Reiga.

“mulai hari ini, pak Eki yang akan memegang kendali restaurant. Kalau ada apa-apa silahkan hubungi pak Eki ya” ucap Reiga pada semua karyawan restaurant yang berjumlah kurang lebih 30 orang.

“baik pak” jawab semua karyawan dengan kompak.

“mumpung lagi disini, gw traktir lu makan malam. Gw yang masak sendiri spesial buat lo ki” ucap Reiga.

“wah, udah lama banget gw gak makan masakan lo” ucap Eki.

Reiga hanya tersenyum mendengar ucapan Eki. Reiga membuka jas, dasi serta menggulung lengan kemejanya. Restaurant milik Reiga itu memiliki dapur yang terbuka. Pengunjung dapat melihat langsung proses memasaknya.

Hari-hari pun terus berjalan seperti biasanya. Reiga sibuk dengan urusan kantor, Eki sibuk dengan urusan restaurant dan Kaia sibuk dengan pekerjaannya sebagai desain grafis.

Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang