“pak, hari ini penentuan gathering tahunan ya?” tanya Gina pada pak Tio.
“iya” jawab pak Tio.
“pilihannya apa aja pak?” tanya Gina penasaran.
“karimun, pulau putri atau bandung” jawab pak Tio.
“kita gak bisa milih karena bakal di pilih random per divisi bukan individu” lanjut pak Tio.
“wah semoga divisi kita dapet ke karimun” Gina merapatkan kedua tangannya penuh harap.
“kalau saya kemana aja yang penting gak ada pak Rei” saut pak Tio.
“loh pak Rei bakal ikut gathering pak?” tanya Gina terkejut.
“dengar-dengar sih begitu. Semua manager berharap gak dapat satu tempat gathering sama pak Rei” jawab pak Tio.
“emang kenapa? Kayanya gak pernah dengar pak Rei marah-marah” saut Kaia.
“memang gak sih. Tapi kalau liburan begitu bareng sama bos besar kan gak nyaman banget Kai. Berasa diawasi aja” ucap pak Tio.
“iya benar saya setuju sama bapak” saut Gina.
“tapi pak, ada bocoran gak siapa aja yang dapat predikat karyawan terbaik?” tanya Gina penasaran.
“gak ada yang tahu” jawab pak Tio.
Tak berselang lama, pak Tio menghadiri rapat penentuan gathering bersama manager lain dari seluruh divisi. Setelah hampir 70 menit, pak Tio pun kembali ke ruang kerja dan membawa berita hasil rapat.
“gimana pak?” tanya Gina yang sudah tak sabar mendengar hasil rapat itu.
“divisi produksi, humas, dan marketing pergi ke Bandung tanggal 10 sampai dengan 11 November. Kumpul di kantor jam 6 pagi” jawab pak Tio dengan suara lebih keras agar terdengar oleh semua leader dan karyawan dari divisi produksi.
“yaudah lah sama-sama jalan-jalan juga. Bandung juga lumayan lah” ucap Gina yang kecewa karena keputusan rapat tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
“iya mba Gin. Akhir-akhir ini Bandung juga lagi hits kok” saut Kaia berusaha menghibur Gina.
Malam pun tiba, tepat pukul 8 malam, Kaia sedang duduk di teras rumahnya sambil membaca buku Designing Brand Identity karya Alina Wheeler ditemani teh hangat.
“Assalamu’alaikum” terdengar suara lelaki dari gerbang rumah Kaia.
“Wa’alaikumsalam” jawab Kaia sambil membukakan gerbang rumahnya.
“masuk kak” Kaia mempersilahkan Eki masuk ke dalam rumah.
“di luar aja deh” Eki duduk di kursi santai yang ada di teras rumah Kaia.
“Kai buatin teh dulu ya kak” ucap Kaia seraya berjalan masuk ke dalam rumah.
“ada siapa Kai?” tanya Lisa yang melihat Kaia sedang membuat teh hangat di dapur.
“kak Eki mah” jawab Kaia. Lisa berjalan keluar rumah untuk menemui Eki.
“Ki” panggil Lisa.
“tante” Eki bangun dari duduknya dan mencium punggung tangan Lisa.
“udah makan belum?” tanya Lisa.
“udah kok tante. Dimas mana tante gak kelihatan. Motornya juga gak ada” ucap Eki.
“biasa lah dia. Keluar ketemu teman-temannya” jawab Lisa. Kaia datang membawa teh hangat serta satu toples kecil biskuit dan meletakkannya di atas meja yang ada di tengah-tengah kursi santai di teras rumah.
“yaudah tante masuk dulu, lanjut aja ngobrolnya ya” ucap Lisa.
“iya tante” ucap Eki.
“udah kerja masih belajar juga ya Kai?” tanya Eki sambil mengangkat buku yang tadi Kaia baca.
“iya dong kak. Belajarnya jangan berhenti walaupun udah kerja biar makin mahir juga” jawab Kaia.
“diminum dulu kak teh nya” lanjut Kaia.
“iya. Makasih ya” Eki menyeruput teh hangat yang di suguhkan Kaia.
“kamu dapat gathering kemana Kai?” tanya Eki.
“ke Bandung kak. Katanya pak Rei juga ikut gathering ya tahun ini?” tanya Kaia.
“iya tapi belum tahu mau ikut kemana. Mudah-mudahan sih pak Rei ikut yang ke Bandung” jawab Eki.
“aku sih berharap pak Rei gak ikut ke Bandung” ucap Kaia sambil tertawa kecil.
“kenapa?” tanya Eki.
“ngebayanginnya sih gak nyaman kak. Gathering bareng bos besar” jawab Kaia.
“iya juga sih kalau di posisi kamu pasti gak mau gathering bareng pak Rei. Tapi kakak tetap berharap pak Rei berangkat ke Bandung” ucap Eki.
“kenapa harus Bandung? Terus kenapa pak Rei mau ikut gathering kak?” tanya Kaia.
“pak Rei katanya sih mau berbaur juga sama karyawannya, makanya dia milih untuk ikut gathering mulai tahun ini dan tahun tahun berikutnya. Terus kakak kan juga pasti nemenin pak Rei. Kalau ke Bandung, kakak jadi bisa ketemu kamu juga” jawab Eki.
Jawaban Eki membuat Kaia bingung. Wanita mana yang tak bingung jika mendengar seorang lelaki bicara seperti itu. Apalagi Kaia pernah menyukai Eki saat ia masih duduk di bangku SMA. Namun Kaia tak pernah mengutarakan perasaannya karena tak ingin hubungannya dengan Eki menjadi canggung. Eki pun tak pernah terlihat memiliki perasaan yang sama pada Kaia.
…
Tanggal 9 November jam menunjukkan pukul 5 sore. Kaia sedang berada dirumahnya menyiapkan barang bawaan yang akan dibawa esok hari untuk acara company gathering di Bandung.
“mba, besok bangunin aku jangan mendadak ya. Bangunin aku pas kakak juga bangun” ucap Dimas yang sudah berjanji untuk mengantar Kaia esok hari ke kantornya.
“iya besok mba bangunin pas mba bangun” ucap Kaia.
Malam itu Kaia pun bisa tidur lebih cepat dari biasanya hingga tak terasa malampun berganti pagi. Tepat pukul 5, Kaia sudah bangun dari tidurnya dan segera bersiap untuk berangkat ke kantor. Kaia juga tak lupa untuk membangunkan Dimas, adiknya.
“mah, Kai berangkat dulu ya. Rencananya dari Bandung kan tanggal 11 siang, jadi mungkin sampai sini pasti malam. Kalau ada apa-apa telepon Kai ya mah” Kaia mencium punggung tangan Lisa berpamitan menuju kantornya.
“iya Kai, Kamu hati-hati disana. Barang bawaannya jangan lupa dijaga juga. Nanti pulangnya berkabar sama Dimas biar dijemput di kantor” ucap Lisa.
“iya mah. Kai berangkat ya mah. Assalamu’alaikum” Kaia segera menaiki motor yang sudah disiapkan oleh Dimas. Dimas pun melajukan motornya melewati jalanan kota Jakarta yang masih terbilang sepi.
“jangan pulang malam-malam kalau main. Kasian mamah sendirian dirumah” ucap Kaia setelah mereka tiba di depan kantor.
“iya mba. Dimas langsung pulang ya mba. Mba hati-hati. Kabarin Dimas pas pulang dari sana” Dimas mencium punggung tangan Kaia.
“iya. Yaudah kamu hati-hati pulangnya. Makasih udah nganterin mba ya” ucap Kaia.
“iya mba” Dimas pun melajukan motornya.
Kaia berjalan menghampiri rekan kerjanya termasuk Gina. Terlihat juga bus-bus besar dan mewah terparkir di area parkir depan kantor. Satu persatu area parkir pun mulai dipadati karyawan kantor yang berangkat menuju Bandung hari ini.
“busnya ada toiletnya loh Kai” ucap Gina.
“enak dong mba gak pusing mikirin ke toilet” ucap Kaia.
“iya Kai” ucap Gina.
Beberapa menit kemudian, terlihat mobil pribadi Reiga memasuki area parkir. Gina yang tadi sangat bersemangat mulai terlihat cemas.
“pak Rei ikut ke Bandung” bisik Dio salah satu rekan kerja Kaia dari divisi berbeda.
“hah? Serius?” tanya Gina terkejut.
“iya. Emang kalian belum dengar?” tanya Dio. Kaia dan Gina hanya menggelengkan kepalanya.
“santai aja lah. Pak Rei gak kaku kok orangnya” ucap Dio.
“tetap aja gak nyaman lah. Rasanya mungkin semacam honeymoon tapi mertua ikut” saut Gina. Kaia dan Dio hanya tertawa mendengar ucapan Gina.
Ada 120 karyawan yang hari ini berangkat menuju Bandung. Beberapa karyawan yang sudah berkeluarga pun turut serta membawa suami, istri dan anak mereka. Pembagian tempat duduk pun sudah di lakukan jauh-jauh hari. Kaia beserta rekan-rekan kerjanya yang hanya berjumlah 15 orang berada di bus nomor 2. Bus nomor 2 diisi tak begitu banyak karyawan. Dari 59 kursi yang tersedia, bus nomor 2 hanya berisikan 44 karyawan. Yang berarti tersisa 15 kursi yang kosong.
Kaia dan 43 karyawan lainnya pun memasuki bus dan memilih kursi yang akan di duduki. Kaia dan Gina sudah sepakat untuk duduk berdua dan berdekatan dengan rekan lainnya. Kaia dan Gina mendapatkan kursi di baris ke lima. Di depan mereka ada pak Tio bersama dengan istri dan anaknya.
“kalian udah tahu belum pak Rei naik bus kita?” tanya pak Tio yang masih berdiri diantara kursi miliknya dan milik Kaia.
“hah? Serius pak?” tanya Gina terkejut.
“serius. Saya gak bohong” jawab pak Tio.
“kenapa gak bus yang lain. Kan di bus lain lebih banyak manager-manager dari divisi lain” protes Gina.
“bus kita kan lebih banyak bangku kosong. Makanya pak Rei milih naik bus kita” ucap pak Tio. Gina hanya bisa menghelakan nafas panjang.
“santai aja. Kita masih bisa enjoy kok. Ada saya juga tenang aja” ucap pak Tio.
“oke pak” saut Kaia.
“udah mba Gin. Pak Rei juga kan duduknya pasti di depan, gak akan kelihatan sama kita. Santai aja, kita mau liburan nih” bujuk Kaia.
“iya deh iya” ucap Gina.
Beberapa menit kemudian, Reiga menaiki bus bersama dengan Eki. Mereka berdua duduk di kursi paling depan dan duduk berseberangan. Sebelum keberangkatan, panitia mempersilahkan Reiga untuk bicara di hadapan para karyawan sebelum bus berangkat.
“saya disini ingin ikut liburan dengan kalian. Saya tidak akan mengganggu acara yang sudah disiapkan oleh panitia. Saya harap kawan-kawan semua bisa menikmati liburan ini dengan baik agar kedepannya kita bisa menghasilkan karya yang lebih baik lagi dan lagi” ucap Reiga.
“baik pak” jawab semua karyawan di bus itu dengan kompak.
Setelah Reiga dan panitia acara menyampaikan beberapa kalimat, tepat pukul 8 bus pun mulai berjalan perlahan menuju Bandung. Baru saja bus keluar dari gerbang kantor, ponsel Kaia bergetar. Ada satu pesan singkat masuk yang datang dari Eki.
Akhirnya yang kakak harapkan terkabul. Sampai ketemu disana ya Kai. Have fun :) isi pesan dari Eki.
Iya kak. Kakak juga have fun ya. Jawab Kaia.
Selama hampir empat jam, mereka pun tiba di hotel dimana gathering diadakan. Hotel ini berada di dataran tinggi, sehingga udara di sekitar hotel terbilang cukup dingin. Dari penampilan luarnya, hotel ini terlihat sangat megah. Interior yang begaya modern dan trendy membuat hotel ini disukai oleh anak muda. Karena mereka tiba tepat di jam makan siang, mereka pun segera menyantap makan siang yang sudah di siapkan oleh pihak hotel.
Setelah selesai makan siang, panitia membagikan kunci pintu kamar yang akan ditempati. Satu kamar berisikan dua karyawan yang masih lajang. Kaia dan Gina pun sama-sama sepakat untuk tidur di kamar yang sama. Seluruh karyawan merapihkan barang bawaan mereka dan merebahkan tubuh mereka yang lelah selama perjalanan. Hingga tepat jam 2.15 siang, seluruh karyawan berkumpul di halaman luas yang berada di samping hotel untuk bermain game yang sudah di siapkan para panitia. Semua hadir termasuk Reiga dan Eki.
“pak Rei pakai baju gathering juga. Baru pertama kali lihat pak Rei pakai kaos begitu. Kelihatan tambah ganteng” bisik Gina pada Kaia. Kaia tertawa kecil mendengar ucapan Gina
“pak Rei mah pasti tidurnya di suite room” lanjut Gina. Kaia hanya diam karena hal itu sudah pasti.
Tepat jam 2.30 siang seluruh karyawan pun memulai berbagai kegiatan yang memiliki tujuan untuk mengeratkan hubungan antar karyawan satu dengan lainnya. Berbagai lomba sudah disiapkan oleh panitia gathering. Mulai dari mencari koin di dalam wadah yang berisi cokelat cair, menusuk balon berisi air dengan mata tertutup, merias wajah rekan satu tim dengan mata tertutup, hingga lomba meragakan dan menebak kata yang sudah disiapkan. Hingga pukul 5.30 sore, semua lomba selesai dilakukan. Semua karyawan kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan tubuh mereka dan merebahkan tubuh mereka sebelum kembali berkumpul untuk makan malam serta acara pembagian hadiah tepat di jam 7.45 malam.
“Kai, kamu bawa pembalut gak?” tanya Gina saat Kaia baru saja keluar dari kamar mandi.
“gak bawa mba. Mba lagi haid?” tanya Kaia.
“iya nih, baru haid. Aku gak bawa pembalut. Biasanya bukan di tanggal segini aku haid. Gimana ya” Gina bingung.
“Kai lihat ada minimarket di samping hotel. Kai beliin ya mba. Mba mandi aja, aku jalan sekarang” ucap Kaia.
“iya deh. Maaf banget ya ngerepotin kamu Kai” ucap Gina.
“gak kok mba. Kai juga sekalian mau beli minuman ringan” ucap Kaia.
Kaia berjalan keluar kamar menuju minimarket yang berada tepat di sebelah hotel. Sebagai seorang wanita, Kaia tahu betul apa yang dirasakan Gina. Dan juga kebetulan Kaia sedang ingin membeli minuman dan cemilan untuk mengurangi rasa lapar dan dahaganya.
“selamat datang” ucap pegawai minimarket saat Kaia memasuki minimarket.
Kaia berjalan mengitari minimarket untuk membeli pembalut, makanan ringan serta minuman ringan untuk dirinya dan Gina. Setelah selesai mengambil apa yang dibutuhkan, Kaia berjalan menuju kasir. Kaia terkejut saat melihat Reiga sedang berada di depan kasir.
“pak” sapa Kaia sambil tersenyum ramah.
“iya mba” jawab Reiga.
“maaf pak mesin EDC sedang ada gangguan. Untuk saat ini hanya bisa menerima pembayaran tunai” ucap kasir minimarket.
“waduh saya gak bawa uang tunai” ucap Reiga.
“gak jadi aja kalau begitu mba” lanjut Reiga.
“saya aja yang bayar mba. Berapa harganya?” saut Kaia.
“gak usah mba. Gak apa-apa. Saya bisa beli nanti” ucap Reiga.
“gak apa-apa pak. Barangnya juga di scan sama mbanya” ucap Kaia.
“jadi berapa mba totalnya?” tanya Kaia pada kasir minimarket.
“totalnya 10.000 rupiah bu” jawab kasir tersebut. Kaia memberikan uang tunai kepada kasir tersebut. Setelah pembayaran selesai, kasir itu pun memberikan barang belanjaannya kepada Reiga.
“terimakasih banyak mba” ucap Reiga pada Kaia.
“iya pak, sama-sama” Kaia meletakkan barang belanjaannya ke atas meja kasir. Sedangkan Reiga berjalan keluar minimarket. Setelah selesai melakukan pembayaran, Kaia pun berjalan keluar minimarket.
“mba, sekali lagi terimakasih banyak ya” ucap Reiga pada Kaia sambil mengangkat minuman yang tadi ia beli di minimarket.
“oh iya pak. Sama-sama” jawab Kaia.
“mba siapa namanya?” tanya Reiga.
“Kaia, pak” jawab Kaia.
“mba yang tetangganya Eki kan ya?” tanya Reiga.
“iya pak betul” jawab Kaia.
Kok pak Rei tahu kalau aku sama kak Eki tetanggaan. Batin Kaia.
“nanti uang gantinya saya titip ke Eki aja ya mba” ucap Reiga.
“gak usah pak, gak usah di ganti gak apa-apa” ucap Kaia.
“pokoknya nanti saya titip ke Eki. Saya jalan duluan mba” Reiga berjalan lebih dulu memasuki gedung hotel.
“padahal gak usah diganti juga gak apa-apa. Cuma 10.000 doang kok. Terserah deh” gumam Kaia.
Kaia pun berjalan memasuki hotel dan menuju kamar untuk memberikan pembalut kepada Gina. Kaia juga duduk bersantai di kamar hotel sambil menikmati minuman serta makanan ringan yang tadi ia beli di minimarket.
![](https://img.wattpad.com/cover/305967292-288-k427241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]
Lãng mạnKaia Hikaru adalah seorang wanita yang lahir di Jakarta tanggal 10 Februari 1999. Kaia bekerja sebagai desain grafis di salah satu perusahaan pembuat alat rumah tangga. Kaia tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya. Ayahnya meninggal saat ia berusi...