BAB 18

61 4 0
                                    

Malam itu, Reiga dan Kaia sedang makan malam bersama setelah sekian lama mereka tak bisa makan malam bersama. Dua minggu sejak kepergian Lisa, kini Kaia sudah bisa sepenuhnya menerima dengan lapang takdir yang sudah membuatnya begitu terpuruk.

“Eki kemarin telepon saya” ucap Reiga.

“kak Eki ngomong apa?” tanya Kaia.

“dia tanya tentang perasaan saya ke kamu” jawab Reiga.

“oh” ucap Kaia.

“kamu kenapa? Kayaknya kesal gitu” tanya Reiga.

“bapak cerita soal kak Eki. Saya jadi ingat tempo hari ngobrol sama kak Eki. Ucapan kak Eki bikin saya kesal” jawab Kaia.

“memang dia ngomong apa?” tanya Reiga.

“dia tanya apa saya pacaran sama bapak hanya untuk pelampiasan dan supaya dia cemburu” jawab Kaia. Reiga mengerutkan dahinya bingung.

“kayaknya ada bagian yang belum kamu ceritain deh. Coba ceritain yang lengkap supaya saya gak bingung” ucap Reiga.

“dia cerita kalau dia putus sama kak Kinan. Karena dia sadar kalau dia suka sama saya” ucap Kaia.

“terus?” tanya Reiga.

“saya marah. Karena saat itu saya masih berduka dan dia bicara begitu. Saya suruh dia jangan temuin saya kalau dia masih bicara sembarangan begitu” jawab Kaia. Reiga hanya menganggukkan kepalanya. Kaia menaruh sendok makannya di atas meja dengan sedikit bertenanga hingga sentuhan sendok dan meja pun terdengar nyaring. Reiga yang terkejut pun menatap Kaia bingung.

“bapak gak mikir begitu juga kan? Bapak gak mikir kalau saya mau jadi pacar kakak hanya untuk pelampiasan dan supaya kak Eki cemburu kan?” tanya Kaia.

“gak lah sayang” Reiga mencubit pipi Kaia lembut.

“kamu kok mikirnya gitu sih?” tanya Reiga.

“habis bapak cuma manggut-manggut aja” jawab Kaia.

“saya kesal dengar cerita kamu. Eki bisa ngomong gitu ke kamu, saya kesal. Tapi saya gak mau tunjukin ke kamu. Karena saya kesalnya sama Eki bukan sama kamu” jelas Reiga.

“saya percaya kamu” Reiga menggenggam tangan Kaia.

“maaf ya pak udah mikir jelek” ucap Kaia.

“gak apa-apa ra” ucap Reiga.

Mereka pun melanjutkan makan malam mereka. Tak lupa, Kaia membelikan makan malam untuk Dimas. Tepat jam 8.30 malam, mereka pun tiba di rumah Kaia.

“gak usah turun pak” ucap Kaia.

“kenapa?” tanya Reiga. Kaia menengok kearah kiri dan kanannya memastikan sedang tidak ada orang. Setelah Nara merasa aman, Kaia pun mencium pipi kiri Reiga. Reiga terkejut dan juga merasa sangat senang.

“terimakasih untuk hari ini ya pak. Saya langsung masuk. Bapak langsung pulang ya. Hati-hati di jalan” Kaia bergegas keluar mobil dan masuk ke dalam rumah tanpa melihat Reiga malajukan mobilnya.

Reiga berpikir Kaia sangatlah imut bertingkah seperti itu. Kabur setelah mencium pipinya. Reiga terus tersenyum mengingat kejadian itu. Reiga terus tersenyum dan tertawa kecil seorang diri. Reiga kembali melihat sisi baru dari seorang Kaia. Rasanya Reiga ingin sekali berteriak kepada dunia bahwa Kaia adalah kekasihnya. Malam itu Reiga memutuskan untu menghubungi Kaia.

“halo” ucap Reiga.

“halo pak” ucap Kaia.

“gimana? Dimas suka makanannya gak?” tanya Reiga.

“suka pak. Terimakasih banyak ya pak” ucap Kaia.

“syukur deh kalau Dimas suka” ucap Reiga.

“emm… saya baru tahu kamu bisa jadi orang yang bertanggung jawab juga ya” ucap Reiga.

“hah? Maksudnya gimana?” Kaia terkejut mendengar ucapan Reiga.

“kamu habis cium pipi saya langsung kabur gitu aja gak lihat saya sama sekali” ucap Reiga.

“oh tadi…emm…” Kaia terbata-bata.

“saya sampai gak sempat pamitan sama kamu. Padahal saya juga mau ketemu Dimas sebentar” ucap Reiga.

“maaf pak” ucap Kaia.

“habis saya malu habis cium pipi bapak. Makanya saya langsung masuk ke rumah” lanjut Kaia.

“lain kali jangan begitu ya” ledek Reiga.

“iya pak” ucap Kaia malu.

***

Waktu terus berlalu hingga tak terasa sudah empat bulan Reiga dan Kaia menjadi sepasang kekasih. Di perusahaan masih belum ada yang tahu tentang hubungan mereka kecuali Ira sekretaris Reiga. Hubungan Reiga dan Eki juga sedikit renggang sejak Reiga tahu bahwa Eki memiliki perasaan lebih dari sekedar teman kepada Kaia.

Malam ini, Kaia dan Reiga menghadiri pertunangan Sinta dan Andre yang diadakan di salah satu hotel bintang empat yang ada di Bandung. Pertunangan itu diadakan di akhir pekan, jadi Reiga dan Kaia pun memutuskan untuk sekalian berlibur di Bandung.

“selamat ya kak. Kaia gak nyangka banget kakak dan kak Andre tunangan. Semoga lancar sampai hari pernikahan ya kak” Kaia mengucapkan selamat pada Sinta dan mencium kedua pipi Sinta.

“kamu aja gak nyangka apalagi kakak” ucap Sinta sambil tertawa.

“kamu baik-baik ya sama Rei” bisik Sinta pada Kaia.

“iya kak. Terimakasih” ucap Kaia.

Setelah mengucapkan selamat, Kaia dan Reiga pun berjalan menuju meja dimana sudah ada Eki dan dua sahabat Reiga lainnya. Pertemuan Kaia, Reiga dan Eki tentu saja terasa sangat canggung. Reiga tak pernah mau berada jauh dari Kaia. Setelah acara selesai, Reiga dan Kaia pun menuju mobil mereka untuk berangkat menuju hotel dimana mereka menginap. Saat Reiga dan Kaia baru saja ingin membuka pintu mobil, tiba-tiba Eki datang dan melayangkan tinjunya ke wajah Reiga hingga Reiga jatuh tersungkur.

“apaan sih kak?” Kaia kesal. Kaia membantu Reiga untuk bangkit.

“ada masalah apa lo sama gw?” tanya Reiga sambil menahan rasa sakitnya.

“kamu pulang sama kakak” Eki menarik tangan Kaia.

“apaan sih!” Kaia melepaskan tangan Eki dengan penuh amarah.

“jangan kurang ajar lo! Kaia pacar gw. Apa hak lo buat ngajak dia pulang bareng lo” kesal Reiga.

“lo harusnya malu! Ngapain lo ngajak perempuan buat nginep berdua aja padahal lo tahu ada adiknya dirumah yang nunggu dia pulang” ucap Eki yang juga emosi.

“jangan sok tahu dan jangan sok peduli sama pacar gw” emosi Reiga semakin memuncak.

“lo gak punya hak sedikitpun buat larang gw bawa Kaia kemanapun gw mau” lanjut Reiga.

“Kaia tetangga gw dan gw punya hak untuk jaga dia” saut Eki.

“tetangga? Gw tahu itu cuma alasan lo supaya Kaia gak pergi sama gw” ucap Reiga.

“harusnya lo malu bersikap begini di hadapan Kaia” ucap Reiga.

“Kaia udah sepenuhnya move on dari lo. Dia udah gak ada perasaan sedikitpun buat lo. Sekarang lo merasa berhak buat larang dia jalan sama gw. Pengecut banget lo” lanjut Reiga.

“iya! Gw begini memang karena gw gak mau Kaia pergi berdua sama lo dan nginep di hotel. Gw gak mau lo hancurin hidup Kaia dengan lo ajak dia tidur di hotel” ucap Eki.

Plak… Kaia kesal dan menampar pipi Eki. Eki terkejut dengan apa yang barusan terjadi.

“kakak pikir Kai perempuan murahan? Apa yang ada di otak kakak cuma pikiran jelek?” ucap Kaia kesal.

“percuma juga Kai jelasin ke kakak. Jangan pernah sekalipun ganggu hubungan Kai dan pak Rei. Gak. Jangan pernah lagi kakak muncul di hadapan Kai” Kaia menarik Reiga dan mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil.

Reiga melajukan mobilnya menuju hotel. Dalam perjalanan, Kaia meminta Reiga untuk berhenti di sebuah apotek. Kaia membeli beberapa obat untuk memar di wajah Reiga. Tak ada yang bicara sepatah katapun selama di perjalanan. Sesampainya di hotel, mereka langsung berjalan menuju kamar mereka yang bersebelahan. Namun Kaia mengikuti Reiga masuk ke dalam kamar Reiga untuk mengobati memarnya.

“saya bisa sendiri, Kai” ucap Reiga.

“udah bapak diam aja” ucap Kaia yang membuat Reiga merasa ciut melihat Kaia yang sedang kesal.

“maafin saya ya. Karena saya, Eki jadi mikir yang aneh-aneh tentang kamu” ucap Reiga.

“bukan salah bapak. Jangan merasa bersalah begitu. Kak Eki nya aja yang pikirannya jelek dan kotor” ucap Kaia kesal.

“memangnya perempuan dan laki-laki nginep di satu hotel yang sama itu udah pasti tidur di kamar yang sama dan melakukan hal yang dia pikirin itu? Gak kan?” kesal Kaia.

“kebanyakan pasangan begitu. Wajar Eki mikir begitu” ucap Reiga.

“jadi bapak juga pikir kalau Kaia itu perempuan murahan?” tanya Kaia kesal.

“gak. Bukan begitu” ucap Reiga.

“udah saya obatin. Bapak istirahat. Saya juga mau istirahat” Kaia bangun dari duduknya namun Reiga memegang tangannya.

“saya gak pernah berpikir kamu perempuan murahan. Saya cuma memaklumi Eki yang khawatir kalau kamu tidur sama saya. Tapi karena kekhawatiran itu saya juga marah sama Eki” jelas Reiga.

“kamu itu bukan seperti perempuan perempuan di luar sana. Saya gak pernah sedikitpun berpikir kamu dengan perempuan lain itu sama” lanjut Reiga.

“maaf ya, saya sudah salah memilih kata sampai kamu salah paham begini” Reiga memeluk Kaia.

“tangan kamu sakit gak? Tadi kan kamu nampar Eki kenceng banget” tanya Reiga, Kaia menggelengkan kepalanya.

“lupain kejadian barusan ya. Besok kan kita mau jalan-jalan, mau have fun” ucap Reiga.

“iya pak” ucap Kaia.

“kalau gitu saya balik ke kamar ya. Minum obat nyeri nya pak” ucap Kaia.

“iya sayang nanti saya minum obatnya. Selamat malam, mimpi indah ya” Reiga mencium kening Kaia.

“iya pak. Selamat malam” Kaia mengusap pipi Reiga dan berjalan kembali ke kamarnya.

Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang