BAB 12

69 3 0
                                    

“Kai, cuti kemarin pergi kemana?” tanya Gina pada Kaia yang baru saja kembali masuk kerja setelah sepuluh hari cuti. Mereka bertemu di depan lift lantai satu.

“aku ke pangandaran mba sama teman-teman” jawab Kaia.

“wah asik banget dong” ucap Gina iri.

“lumayan seru mba” ucap Kaia sambil tertawa kecil.

“oh iya kamu kemarin cuti jadi belum kenalan sama karyawan baru ya?” tanya Gina.

“iya mba. Baru kenalan di group aja” jawab Kaia.

“ganteng banget tahu Kai. Sayang umurnya jauh dibawah mba. Kalau cuma beda setahun dua tahun udah pasti jadi gebetan mba” ucap Gina.

“emang umurnya berapa mba?” tanya Kaia.

“23” jawab Gina.

“oh baru lulus berarti ya mba?” tanya Kaia.

“iya dia baru lulus. Tapi kemampuannya…” ucap Gina sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

“oh ya?” Kaia terkejut mendengar pujian mba Gina untuk karyawan baru itu.

Tak butuh waktu lama, mereka pun tiba di ruang kerja mereka. Ruangan kecil yang berisikan empat meja dimana masing-masing meja dimiliki oleh karyawan desain grafis.

“Kai, karena kamu baru masuk kerja setelah cuti, saya baru bisa memperkenalkan kamu dengan karyawan baru sekarang. Kenalkan dia namanya Kafi Buana” pak Tio memperkenalkan Kaia dengan karyawan baru yang bernama Kafi.

“Kaia Hikaru Panggil aja Kai” Kaia mengulurkan tangannya.

“Kafi Buana. Panggil aja Kafi. Emm… bu?” Kafi menjabat tangan Kaia.

“jangan panggil bu, panggil mba Kai atau Kai aja juga boleh” ucap Kaia.

“baik mba Kai. Mohon bimbingannya” ucap Kafi.

Setelah berkenalan, mereka pun segera memulai pekerjaan mereka. Kai senang karena ada karyawan baru di divisinya. Karena dengan adanya karyawan baru, tugas tim akan menjadi lebih ringan.
Baru satu jam mereka memulai pekerjaan mereka. Ada salah satu security yang sedang bekerja datang membawa sebuah kotak berukuran sedang dan panjang berwarna merah.

“mba Kai, ada paket katanya harus langsung diserahkan ke mba Kai” ucap bapak security sambil menyerahkan kotak itu kepada Kai.

“saya gak lagi nunggu paket pak. Kayaknya salah orang deh pak” ucap Kai.

“tapi itu tertulis untuk Kaia Hikaru bagian desain grafis” bapak security itu menunjuk sebuah kertas yang tertempel di kotak tersebut.

“oh iya. Yaudah terimakasih banyak pak” ucap Kai pada bapak security.
Kaia membuka kotak itu dan melihat setangkai bunga mawar merah yang mekarnya sempurna. Juga ada sebuah kartu ucapan berbentuk hati di dalamnya. Kaia mengambil kartu itu dan membaca dalam hati isinya yang bertuliskan :

Bunga ini butuh 45 hari untuk mekar sempurna.
Tak perlu terburu-buru untuk menjadi cantik dan sempurna
D-21
-R.K.S-

Kaia tahu betul bunga dan kartu itu adalah pemberian Reiga. Kaia tak tahu jika Reiga akan melakukan hal seperti ini. Kaia khawatir rekan satu tim nya menyadari hubungan dirinya dengan Reiga. Walaupun Kaia dan Reiga bukan sepasang kekasih namun Kaia tak ingin rekan timnya tahu bahwa Reiga sedang berusaha mendapatkan hatinya. Kaia khawatir karyawan lain menggosipkan Reiga.

“cieee Kai sekarang punya penggemar. Aduh romantis banget dikirimin bunga mawar” ledek Gina.

“jangan sampai mengganggu pekerjaan ya Kai” ucap pak Tio.

“iya pak. Pasti” jawab Kaia.

Drrrt…drrrt…drrrt… ponsel Kaia bergetar, ada satu pesan masuk. Kaia membuka pesan itu yang ternyata pesan dari Reiga.

semoga kamu suka bunga mawar nya. Isi pesan itu.

Kaia tak membalas pesan itu dan hanya melanjutkan pekerjaannya. Bunga itu tentu saja Kaia letakkan di vas kecil miliknya yang ada di meja kerjanya.

Hari itu Kaia bekerja lembur satu jam lebih lamanya. Sebelum merapihkan meja kerjanya, Kaia memutuskan untuk bersantai sebentar di balkon kantor sambil meminum teh hangat. Kaia duduk bersandar dan menghembuskan napas lelahnya. Aroma harum dari teh yang ia bawa membuat seluruh tubuh Kaia lebih rileks. Semua penat terasa ikut pergi bersama uap panas dari teh itu. Setelah beberapa detik memejamkan mata menikmati udara sejuk karena cuaca sedikit mendung serta aroma wangi teh, Kaia pun meminum perlahan teh nya.

Tanpa sengaja, Kaia melihat sebuah dompet berwarna cokelat tua di pojok bangku yang warnanya hampir menyatu dengan tangkai-tangkai pohon hias disana. Kaia mengambil dompet itu dan membukanya. Kaia mencari kartu identitas untuk mengetahui siapa pemilik dompet itu. Kaia menemukan kartu identitas itu yang ternyata milik Reiga.

Kaia bergegas masuk dan mencoba untuk menelepon ruang kerja Ira sekretaris Reiga namun tak ada yang mengangkat. Kaia pun berjalan menuju lift untuk pergi ke lantai tujuh berharap Ira dan Reiga masih berada di kantor. Namun sayang, Ira juga Reiga sudah tak berada di kantor. Kaia  kembali ke meja kerjanya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Reiga yang juga tak ada jawaban. Mau tak mau Kaia harus ke mengantar sendiri dompet itu ke apartement Reiga.

Kaia terus mencoba menelepon Reiga selama di perjalanan. Namun Reiga tetap tak mengangkat telepon darinya. Hingga hampir tiba di apartement Reiga, Reiga pun akhirnya menelepon balik Kaia.

“halo Kai, maaf gak keangkat teleponnya. Ada apa dari tadi telepon saya?” tanya Reiga.

“saya di taman yang ada di depan gedung apartement bapak. Bapak bisa turun sebentar?” ucap Kaia.

“hah?” ucap Reiga terkejut.

“oke oke saya turun. Tunggu sebentar ya” Reiga yang baru selesai mandi pun bergegas berpakaian dan segera turun menemui Kaia.

“Kaia” panggil Reiga. Kaia menoleh kearah Reiga yang datang dari arah belakangnya.
“ada apa kamu kesini?” tanya Reiga. Kaia terdiam sejenak melihat Reiga. Rambutnya yang masih basah dan sedikit berantakan membuat Kaia tahu bahwa Reiga baru saja selesai mandi.

“Kai?” Reiga melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Kaia.

“oh ini pak” Kaia mengambil dompet milik Kaia yang ia simpan di dalam tas nya dan memberikannya pada Reiga.

“dompet saya kok bisa ada di kamu?” tanya Reiga bingung.

“saya nemuin dompet bapak di balkon kantor” jawab Kaia.

“saya gak tahu dompet saya jatuh. Makasih ya Kai kamu jadi repot-repot antar kesini padahal bisa kamu kasih ke saya besok” ucap Reiga.

“gak kok pak. Dompet kan hal penting, saya khawatir bapak butuh dompet bapak. Lagipula saya sudah telepon bapak berkali-kali tapi gak ada jawaban. Jadi saya putusin untuk antar langsung” ucap Kaia.

“iya maaf saya tadi lagi di kamar mandi dan gak tahu ada telepon masuk” ucap Reiga.

“iya gak apa-apa pak” ucap Kaia.

“kamu udah jauh-jauh kesini antar dompet saya. Saya traktir ngopi di café seberang sana ya” ucap Reiga.

“gak usah pak. Saya langsung pulang aja, udah mau hujan juga” ucap Kaia. Tiba-tiba hujan pun turun dengan sangat deras. Reiga meraih tangan Kaia dan mengajaknya berlari memasuki gedung apartement untuk berteduh.

“baju kamu basah semua. Ada baju adik saya di apartement saya, kayaknya ukurannya pas sama kamu” ucap Reiga.

“gak usah pak” ucap Kaia.

“baju kamu basah banget Kai, kamu bisa sakit kalau pakai baju basah begini. Lagipula hujannya baru turun, lebih baik kamu tunggu hujan reda di apartement saya daripada disini. Dingin Kai” ucap Reiga. Kaia terdiam bingung.

“ayo. Saya gak akan berbuat aneh-aneh. Saya gak mau kamu sakit. Nurut sama saya” Reiga meraih tangan Kaia dan mengajaknya memasuki lift untuk menuju lantai 12 dimana apartement Reiga berada.

“tunggu disini, saya ambil bajunya dulu” Reiga meminta Kaia untuk duduk di meja makan sementara Reiga mengambil pakaian adiknya.

“ini bajunya. Kamu ganti baju sekalian cuci rambut kamu supaya gak pusing” Reiga memberikan pakaian serta handuk kepada Kaia.

Kaia masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian serta mencuci rambutnya. Sedangkan Reiga mencuci lagi rambutnya di wastafel dan juga mengganti kembali pakaiannya. Setelah selesai, Reiga membuatkan teh hangat untuknya dan Kaia. Tak lama kemudian, Kaia pun berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi rambutnya.

“minum teh dulu Kai biar hangat” Reiga menaruh teh hangat itu diatas meja makan. Kaia duduk dan melihat kearah jendela apartement. Terlihat air hujan yang mengalir dengan begitu derasnya.

“hujannya deras banget ya” ucap Kaia.

“iya” saut Reiga.

“kamu belum makan kan? Saya buatkan sesuatu ya” ucap Reiga sambil sibuk mengeluarkan bahan-bahan dari dalam kulkasnya.

“gak usah pak. Jangan repot-repot” ucap Kaia.

“kebetulan saya juga belum makan. Jadi sekalian aja” ucap Reiga. Kaia tak bisa membalas ucapan Reiga.

Meja makan dan dapur berada tepat saling berhadapan, sehingga Kaia pun bisa melihat jelas sosok Reiga yang sedang serius membuat makan malam untuk mereka. Tentu saja jantung Kaia berdebar melihat sisi lain dari Reiga yang tidak semua orang bisa lihat. Setelah hampir tiga puluh menit, Reiga pun menyuguhkan makan malam di atas meja makan dan mengajak Kaia untuk makan malam bersama.

“enak gak Kai?” tanya Reiga saat Kaia baru saja mengunyah suapan pertamanya.

“enak pak” jawab Kaia.

“syukurlah” Reiga ikut menyanyap makan malamnya.

Mereka duduk saling berhadapan di meja makan yang cukup besar itu. Kaia tak berani menatap lurus kearah Reiga, sedangkan Reiga berani dan senang menatap Kaia dari dekat. Suara air hujan yang deras disertai gemuruh terdengar seperti alunan musik yang mendampingi makan malam mereka.

“saya baru tahu kalau bapak bisa masak” ucap Kaia menghancurkan keheningan.

“saya memang jarang memperlihatkan hobi memasak saya” saut Reiga.

“hobi masak sejak kapan pak?” tanya Kaia.

“emm…sejak saya SMA” jawab Reiga.

“wow” kagum Kaia.

“makanya saya buka restauant karena hobi saya itu” ucap Reiga. Kaia menganggukkan kepalanya.

“kamu gak jijik kan sama laki-laki yang hobi masak?” tanya Reiga.

“gak kok pak” jawab Kaia.

“ngomong-ngomong kamu suka sama mawar yang saya kasih? Kamu gak balas sms saya, jadi saya gak tahu kamu suka atau gak” tanya Reiga.

“suka pak. Terimakasih pak untuk bunganya” jawab Kaia.

“tapi pak…” Kaia berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.

“saya tahu itu usaha bapak untuk meyakinkan saya tentang perasaan bapak. Tapi saya harap bapak gak kirim paket seperti itu lagi. Saya khawatir karyawan lain tahu” lanjut Kaia.

“kamu malu ya Kai?” tanya Reiga.

“gak pak. Bukan begitu maksud saya” jawab Kaia.

“terus kenapa?” tanya Reiga.

“kalau karyawan lain tahu itu dari bapak, bapak pasti di gosipi  sama mereka.  Saya takut mereka bicara buruk tentang bapak’ jawab Kaia. Reiga tersenyum lebar, terlihat bahagia.

“kenapa pak?” tanya Kaia heran melihat Reiga tersenyum bahagia.

“saya senang kamu khawatir sama saya” jawab Reiga sambil mengusap kepala Kaia.

Mereka pun melanjutkan makan malam mereka. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya hujan pun reda. Tepat jam 7.45 malam, Reiga mengantar Kaia pulang kerumahnya dimana Eki pun melihat Kaia pulang bersama Reiga.

Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang