Reiga Kaivan Shankara adalah putra tunggal dari Adit Shankara dan Indah Zelinda. Tahun ini, Reiga berusia 31 tahun. Reiga dan Eki sudah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Reiga sudah menganggap Eki sebagai keluarganya sendiri begitu juga sebaliknya. Keluarga Reiga dan Eki pun saling mengenal dengan baik.
Karena hobi memasaknya, setelah lulus kuliah Reiga membuka sebuah restaurant. Adit ayahnya pun tak melarang karena Adit lebih setuju Reiga membuka usaha sendiri dibandingkan bekerja dengan orang lain. Semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Reiga sampai ketika ia memasuki usia 28 tahun, Adit mengalami kecelakaan hebat hingga tubuhnya tak sekuat dulu lagi. Dengan berat hati, Adit meminta Reiga meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai direktur utama perusahaan pembuat alat-alat rumah tangga.
Sifatnya yang baik dan penurut, membuat Reiga menuruti permintaan Adit. Beruntung Eki yang sudah sejak lulus kuliah menjadi kepala sekretaris Adit bisa membantu dan kini menjadi kepala sekretaris Reiga. Sebelum terjun langsung menjadi direktur utama, Reiga belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik bagi karyawan dan perusahaan selama kurang lebih satu tahun. Restaurant milik Reiga pun diserahkan kepada adik sepupunya.
Suatu hari Adit kembali drop dan masuk rumah sakit. Setelah kecelakaan menimpa Adit, dirinya menjadi mudah jatuh sakit dan keluar masuk rumah sakit. Namun kali ini berbeda, sudah dua hari masuk rumah sakit, Adit masih belum siuman. Reiga yang sangat mencintai keluarganya terutama Adit ini pun merasakan kesedihan yang luar biasa. Namun ia sebagai anak sulung juga sebagai penanggung jawab perusahaan tidak boleh larut dalam kesedihan.
Sore itu Reiga meminta Eki untuk pulang lebih dulu. Reiga sedang ingin merenung sendiri. Karena ia tak mungkin merenung dirumah khawatir terlihat oleh Indah, ibunya, Reiga pun memutuskan untuk tetap tinggal di kantor sampai semua karyawan pulang. Jam menunjukkan pukul 4.30 sore. Reiga memutuskan untuk duduk di balkon perusahaan yang berada di lantai 5, dua lantai dibawah ruang kerjanya. Reiga berjalan sambil melihat ke setiap sudut ruang kantor yang sudah kosong. Reiga duduk di kursi yang berada di paling ujung balkon. Reiga hanya duduk diam menatap langit yang mulai memerah sambil sesekali meraup wajahnya dan menghelakan nafasnya.
Beberapa menit kemudian Reiga mendengar suara langkah kaki yang semakin lama semakin terdengar jelas. “Perasaan tadi gw gak lihat masih ada orang di kantor” batin Reiga. Reiga mendengar orang itu menghelakan nafas yang sangat berat dan panjang. Reiga pun mengurungkan niatnya untuk bangun dari duduknya. Orang itu tak bisa melihat keberadaan Reiga karena terhalang tanaman hias yang begitu lebat. Ditambah Reiga juga tak mengeluarkan suara sedikitpun. Reiga mencoba melihat dari celah-celah daun dan melihat bahwa orang itu adalah Kaia. Reiga hafal dengan wajah dan namanya karena Kaia pernah menolongnya saat berada di Bandung dan juga Reiga merasa jatuh cinta pada pandangan pertama pada Kaia.
Tanpa sengaja, Reiga mendengar seluruh percakapan Kaia dengan adiknya melalui telepon. Reiga pun tanpa sengaja melihat sosok Kaia yang sedang menangis tersedu-sedu. Reiga tahu bagaimana perasaan seseorang yang sedih karena orang tua mereka sedang jatuh sakit. Kaia tak menyadari bahwa ada Reiga sedang duduk di sudut balkon, hingga akhirnya Kaia berjalan masuk ke dalam ruangan namun Reiga tetap duduk di balkon karena khawatir Kaia mengetahui keberadaannya.
Tepat pukul 9 malam, Reiga memutuskan untuk pulang dan menuju ke rumah sakit untuk menjenguk Adit ayahnya. Pintu lift tiba-tiba terbuka saat berada di lantai 5. Reiga melihat Kaia yang juga baru menyelesaikan pekerjaannya. Reiga melihat Kaia yang sedikit terkejut melihatnya dan ragu untuk masuk ke dalam lift.
“masuk aja mba gak apa-apa” ucap Reiga sambil menahan tombol lift agar tetap terbuka.
“oh iya pak. Terimakasih” Kaia masuk ke dalam lift dan berdiri sedikit lebih jauh di belakang Reiga.
“hari ini lembur mba?” tanya Reiga.
“iya pak. Bapak juga?” tanya Kaia balik.
“iya. Mba Kaia pulang kemana?” tanya Reiga.
“perumahan tebet indah pak” jawab Kaia.
“oh iya yah. Mba Kaia kan tetangga nya Eki ya” ucap Reiga.
“langsung pulang kerumah mba?” tanya Reiga.
“gak pak. Hari ini saya ada urusan di luar jadi gak pulang kerumah” jawab Kaia. Sebenarnya Kaia menjawab seperti itu karena khawatir Reiga akan mampir kerumah Eki dan memberikan tebengan.
“mba mau pergi kemana? Siapa tahu searah sama saya biar sekalian bareng saya aja mba” ucap Reiga.
Loh kok malah jadi ngajak bareng beneran. Batin Kaia.
“saya mau ke rumah sakit jatiwara pak” jawab Kaia.
“oh kebetulan saya juga mau ke rumah sakit jatiwara, bareng aja sama saya, mba” ajak Reiga.
“gak usah pak gak apa-apa. Saya naik angkutan umum aja” saut Kaia.
“gak apa-apa mba. Udah malam loh. Lagipula kita satu tempat tujuan” ucap Reiga. Pintu lift terbuka tepat dilantai satu.
“ayo mba, bareng aja sama saya. Gak apa-apa” ajak Reiga.
“oke deh. Maaf merepotkan pak” Kaia mengikuti Reiga yang berjalan menuju mobil pribadinya.
“gak ngerepotin kok mba. Kita sama-sama mau ke rumah sakit jatiwara” ucap Reiga. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan Reiga segera melajukan kendaraannya menembus jalanan kota Jakarta yang masih ramai kendaraan.
“hari ini gak ditemani pak Eki, pak?” tanya Kaia mencoba menghancurkan kecanggungan.
“Eki udah saya suruh pulang duluan tadi. Saya lagi ada kerjaan sedikit dan lagi mau nyetir sendiri” jawab Reiga.
“oh gitu” Kaia menganggukkan kepalanya.
“ada yang sakit mba?” tanya Reiga.
“iya pak. Mamah saya lagi dirawat. Bapak jenguk siapa?” tanya Kaia.
“maaf pak saya lancang tanya-tanya. Gak usah dijawab ya pak. Maaf” lanjut Kaia yang merasa tak enak sudah bertanya tentang kehidupan pribadi Reiga.
“gak apa-apa mba. Tolong santai aja. Saya mau jenguk papah saya” ucap Reiga.
“mamahnya mba Kaia sakit apa?” tanya Reiga.
“endokarditis pak, penyakit jantung” jawab Kaia.
“udah berapa hari dirawat?” tanya Reiga.
“kemarin baru masuk rumah sakit pak” jawab Kaia. Mereka pun kembali terdiam.
“saya mau mampir sebentar ya mba. Gak apa-apa kan?” tanya Reiga.
“iya pak gak apa-apa” jawab Kaia.
Reiga berhenti tepat di depan toko roti. Reiga membiarkan mesin mobilnya menyala karena Kaia berada di dalam mobil. Sedangkan Reiga jalan sendirian memasuki toko roti tersebut. Beberapa menit kemudian, Reiga kembali ke mobil membawa dua bingkisan berisi beberapa roti dengan macam-macam rasa. Reiga melajukan kembali mobilnya menuju rumah sakit.
“terimakasih banyak ya pak udah kasih tebengan” ucap Kaia saat mereka tiba di parkiran rumah sakit.
“sama-sama mba Kaia. Ini buat mba Kaia dan maman mba ya” Reiga memberikan satu bingkisan berisi roti yang tadi ia beli.
“gak usah pak terimakasih banyak” Kaia mendorong perlahan bingkisan yang disodorkan oleh Reiga.
“diterima mba. Saya udah beli dua bungkus soalnya. Kalau buat saya semua, kebanyakan” ucap Reiga sambil kembali menyodorkan bingkisan itu.
Akhirnya Kaia pun menerima bingkisan roti itu. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada Reiga bos nya yang baik itu. Kaia berjalan melewati koridor hingga sampai di kamar inap Lisa, ibunya.
“udah pulang mba” ucap Dimas dengan suara pelan sambil mencium punggung tangan Kaia.
“mamah udah tidur dari tadi atau baru?” tanya Kaia.
“baru lima belas menitan mba” jawab Dimas.
“oh iya, mba besok udah izin gak kerja. Jadi kamu besok pulang sekolah istirahat aja dirumah. Kesini sore atau malam gak apa-apa” ucap Kaia.
“mba boleh izin?” tanya Dimas.
“potong cuti” jawab Kaia.
“berapa hari mba?” tanya Dimas.
“mba izin dua hari. Besok dan lusa” jawab Kaia.
“berarti besok mba disini pas mamah operasi?” tanya Dimas.
“iya mba disini” jawab Kaia.
“Alhamdulillah. Yaudah kalau gitu aku pulang ya mba” ucap Dimas.
“iya hati-hati di jalan. Jangan lupa pintu rumah kunci semua” ucap Kaia.
“iya mba” jawab Dimas.
---
Sore itu tepat jam 5 sore, Eki sudah berada dirumahnya. Hari ini ia pulang tepat waktu karena Reiga meminta Eki untuk pulang lebih dulu. Sebenarnya Eki khawatir dengan Reiga karena Eki tahu Reiga sedang bersedih karena papahnya yang sedang di rawat di rumah sakit. Namun Eki tak bisa memaksa Reiga untuk mau ditemani oleh dirinya.
“besok kamu pulang jam berapa ki?” tanya Ayu, ibu kandung Eki.
“besok Eki libur mah. Rei besok gak ke kantor jadi Eki juga gak ke kantor. Kenapa mah?” tanya Eki.
“besok sore kamu pergi gak?” tanya Ayu.
“Eki mau jenguk om Adit di rumah sakit. Eki baru mau ajak mamah” jawab Eki.
“om Adit di rawat dimana memangnya ki?” tanya Ayu.
“di rumah sakit jatiwara mah” jawab Eki.
“pas kalau begitu. Habis jenguk om Adit, kita jenguk tante Lisa ya” ucap Ayu.
“tante Lisa? Emang tante Lisa dirawat? Dari kapan? Kok Kaia gak ngomong sih sama Eki” ucap Eki terkejut.
“mamah juga baru tahu tadi. Ketemu sama bude Ati kakaknya tante Lisa” ucap Ayu.
“dari kapan mah tante Lisa dirawat?” tanya Eki.
“dari kemarin. Katanya besok juga mau operasi” jawab Ayu.
“Kaia kok gak cerita ya sama Eki” ucap Eki.
“gak sempat kali ki. Namanya dia anak sulung harus kerja harus jagain mamahnya di rumah sakit harus mikirin adiknya juga. Maklumin aja. Makanya besok kita jenguk ke rumah sakit” ucap Ayu.
“iya mah. Besok kita jenguk om Adit dulu baru jenguk tante Lisa ya” ucap Eki.
“iya ki” ucap Ayu.
Keesokan harinya, tepat jam lima sore Ayu dan Eki sudah bersiap menuju rumah sakit untuk menjenguk Adit ayah kandung Reiga dan juga Lisa ibu kandung Kaia.
“Assalamu’alaikum” ucap Eki dan Ayu saat memasuki kamar inap Adit, ayah kandung Reiga.
“Wa’alaikumsalam” jawab Adit, Indah, dan Reiga dengan kompak.
“tante apa kabar?” Reiga mencium punggung tangan Ayu.
“baik Rei” jawab Ayu.
“mba Ayu. Lama gak ketemu” Indah ibu kandung Gavin menghampiri Ayu dan mencium kedua pipi Ayu dengan pipinya.
“iya lama gak ketemu. Gimana keadaan papahnya Reiga?” tanya Ayu.
“Alhamdulillah sudah lebih baik” jawab Indah.
Para orang tua pun saling berbicara tepat di sebelah kasur Adit. Sedangkan Eki dan Reiga duduk di sofa yang tersedia di dalam kamar inap tersebut sambil berbincang-bincang.
“lo sekalian jenguk ibunya Kaia ya ki?’ tanya Reiga.
“iya. Kok lo tahu ibunya Kaia dirawat?” tanya Eki terkejut.
“iya kemarin gw tahu secara kebetulan. Terus gw kasih tebengan bareng” jawab Reiga, Eki hanya terdiam.
“dia kayanya lagi sedih banget, kemarin dia nangis di kantor. Lo hibur dia ki. Kalau lo butuh cuti kabarin gw aja” ucap Reiga.
“nangis?” Eki seperti tak percaya dengan apa yang barusan iya dengar. Reiga menjawab dengan anggukkan kepala.
“Kaia gak pernah nangis di depan gw” ucap Eki. Reiga hanya terdiam.
“ki, ayo pamit dulu” Ayu mengajak Eki untuk pamit pada kedua orang tua Reiga.
Eki dan Ayu pun pamit dan keluar dari kamar inap yang luas dan memiliki banyak fasilitas itu. Mereka langsung berjalan menuju kamar inap Lisa yang berada di lantai empat, satu lantai di bawah kamar inap Adit. Sesampainya di kamar inap, mereka saling menyapa dan menanyakan kabar Lisa.
“ki, tolong ajak Kai makan dulu. Dia dari tadi belum mau makan tuh” ucap Lisa pada Eki.
“Kai gak lapar mah. Nanti kalau lapar, Kai pasti makan kok” saut Kaia.
“gak lapar gimana? Kamu dari pagi belum makan” ucap Lisa.
“ya ampun. Kamu harus makan yang teratur Kai. Jangan sampai ikutan sakit” saut Ayu.
“makan dulu sana sama Eki. Mamah kamu biar tante yang jaga” lanjut Ayu.
“ayo” Eki mengajak Kaia untuk ke kantin rumah sakit.
Dengan terpaksa Kaia pun keluar mengikuti Eki untuk pergi ke kantin rumah sakit. Selama perjalanan menuju kantin, mereka berdua saling terdiam. Kaia terdiam karena sedih dan khawatir memikirkan operasi Lisa yang dalam dua jam akan dilaksanakan. Sedangkan Eki terdiam karena ia merasa kecewa pada Kaia yang tidak lebih dulu bercerita padanya tentang Lisa. Eki juga merasa kesal karena Kaia tak pernah menangis di hadapannya, namun justru dia bisa menangis di hadapan Reiga.
“makannya habisin” ucap Eki saat makanan sudah ada di atas meja mereka.
“iya kak” ucap Kaia.
“kamu kenapa gak ngomong sama kakak kalau tante Lisa dirawat?” tanya Eki.
“Kai gak mau ngerepotin kakak sama tante Ayu. Kalau Kai cerita, kakak dan tante Ayu juga pasti khawatir” jawab Kaia.
“tapi kan kalau begini bikin kakak lebih khawatir” ucap Eki dengan nada lebih tinggi. Kaia terkejut hingga terdiam. Melihat Kaia terdiam, Eki pun menghelakan nafasnya dengan panjang.
“makan dulu. Nanti kita omongin lagi” lanjut Eki.
Mereka menghabiskan makanan mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Setelah selesai, mereka memutuskan untuk bicara di taman rumah sakit yang berada tepat di sebelah gedung inap rumah sakit.
“maafin Kai kak karena Kai gak ngomong ke kakak kalau mamah dirawat” ucap Kaia.
“Kai cuma gak mau kakak dan tante Ayu khawatir dan jadi repot mikirin Kai sama Dimas” lanjut Kaia.
“beneran kak. Kai cuma gak mau kakak dan tante Ayu khawatir” ucap Kaia. Eki meraup wajahnya dan menghelakan nafasnya.
“kamu gak pernah nangis di depan kakak. Kenapa kamu bisa nangis di depan Rei?” tanya Eki kecewa.
“nangis depan pak Rei? Kapan?” tanya Kaia bingung.
“kemarin. Rei bilang kamu nangis di kantor” jawab Eki.
“hah” Kaia menutup mulutnya terkejut. Kini Kaia tahu bahwa Reiga melihat dirinya menangis saat di balkon kemarin sore.
“Kai gak nangis di depan pak Rei, kak. Kenarin Kai nangis di balkon kantor. Kai gak tahu kalau pak Rei ada di balkon juga” jelas Kaia.
“jadi maksud kamu, kamu nangis di balkon karena kamu gak tahu ada Rei disitu?” tanya Eki.
“iya kak” jawab Kaia. Eki menghembuskan nafas lega.
“lain kali kalau kamu mau nangis, nangis di depan kakak jangan di depan orang lain. Kalau ada apa-apa cerita sama kakak dulu, baru orang lain. Bisa kan?” tanya Eki.
“iya kak” jawab Kaia.
“kamu juga harus ingat ini. kamu boleh sedih Kai, tapi kamu juga harus jaga kesehatan kamu. Jangan pikul beban sendirian, kamu punya Dimas, punya kakak, punya tante Ayu. Kita semua sayang kamu dan gak mau kamu sakit” ucap Eki.
“iya kak, maaf” Kaia hanya bisa menundukkan kepalanya sambil memainkam jari-jarinya.
“kakak yakin tante bisa lewatin operasi ini dengan baik. Tante pasti sehat lagi. Kamu juga harus optimis Kai” Eki menggenggam tangan Kaia. Terlihat mata Kaia yang berkaca-kaca.
“kakak gak bisa larang kamu untuk gak sedih dan khawatir. Karena sudah pasti anak yang melihat orang tua nya sakit akan sedih dan khawatir. Makanya kakak minta kamu tetap optimis. Tante pasti sehat lagi” lanjut Eki.
“iya kak. Terimakasih banyak” ucap Kaia.
Eki mengusap-usap tangan Kaia dengan ibu jarinya. Eki hanya berharap Kaia tidak jatuh sakit karena memikirkan segalanya sendirian. Eki juga berharap Kaia mau berbagi cerita dengannya agar kecemasan yang Kaia hadapi bisa lebih ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Chérie (Kekasihku) [Completed]
RomanceKaia Hikaru adalah seorang wanita yang lahir di Jakarta tanggal 10 Februari 1999. Kaia bekerja sebagai desain grafis di salah satu perusahaan pembuat alat rumah tangga. Kaia tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya. Ayahnya meninggal saat ia berusi...