1 | This is Us

49K 2.7K 148
                                    

Vote dulu, Boss!

Happy reading!

.

.


"Ratakan saja dengan tanah," putus Genta final dengan nada santainya, bahkan dia sama sekali tidak menatap si lawan bicaranya-sekertaris-saat ini karena sibuk dengan game di ponsel.

"Baik, Bos," terima si sekertaris, kemudian mendial salah satu nomer di kontak ponsel pintarnya untuk menghubungi si mandor kontraktor. "Hancurkan saja," ucapnya setelah panggilan tersambung dan seseorang berbicara di seberang sana.

"Bagus, kalau begitu saya akan makan siang terlebih dahulu," cela Genta segera setelah si sekertaris mematikan sambungan telepon. "Apa kamu mau ikut?" Lanjutnya menawari dengan sunggingan senyum manis dan menampakan kedua dimple kecil di kedua ujung atas sudut bibirnya.

"Tidak, terima kasih, Bos, saya akan makan di kantin saja," jawab si sekertaris.

"Oke, baiklah," Genta beranjak dari kursi kebesarannya dan melenggang santai, melewati si sekertaris dengan bersenandung bahagia seolah tak memiliki dosa.

"Ck, seandainya di dunia ini segala sesuatu tidak harus dengan uang, tidak sudi aku bekerja dengan pesikopat sialan itu," Batin si sekertaris.

Gentala Lingga Madana, salah satu pemilik perusahaan properti raksasa di negrinya, yang akan mengahalkan segala cara untuk terus membangun aset kepemilikan, tidak peduli jika ibatar kata dia harus mengais sisa-sisa makanan orang miskin yang ia rebut tanahnya dengan dusta-pemalsuan dokumen kepemilikan tanah. Tidak peduli jika ibarat kata dia harus megulur usus dan mempersembahkan ginjalnya untuk menyogok para petinggi-pemberi izin-di ketataan negara untuk kelancaran pembangunan proyeknya.

Dia akan melakukan segalanya, dialah si pria tampan penuh pesona, si pekerja keras yang baik hati dan ramah kelihatannya, tapi sedikit sakit jiwa.

Si sekertaris mengikuti langkah Genta di belakang untuk ikut keluar ruangan, karena memang dia sudah tidak ada kepentingan lagi di sini.

Menatap punggung lebar bosnya dengan sorot yang tidak bisa diartikan, ada rasa kagum, jengkel dan marah, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, dia hanya seorang pekerja.

Genta tersenyum ke sana-kemari pada setiap pegawai yang dia jumpai melempar pandang padanya, ramah sekali, tipikal bos yang sangat dicintai-mungkin.

Genta membalikan badan seketika, membuat si sekertaris sedikit berjengit kaget karenanya, dan langkahnya otomatis ikut berhenti pula.

"Kamu yakin tak mau ikut?" Genta memiringkan kepala dengan kedua alis terangkat, meyakinkan pilihan si sekertaris atas keputusannya.

"Tidak, Bos,"

"Kamu sudah bekerja keras, ayolah! akan kutraktir makanan enak dan minuman segar ... dan tentu ada Dean juga yang tak kalah segar, hem? hem?" Genta menaik turunkan alisnya, benar-benar memaksa.

"Maaf, Bos ... tapi pekerjaanku masih banyak, dan ada satu proyek lagi yang harus aku urus perijinannya juga."

"Ah, kamu benar! Kalau begitu semangat!" potong Genta segera. Dia mengepalkan tangan memberi semangat, kemudian tanpa mau mendengarkan lagi dia berbalik dan pergi, melenggang bahagia seperti biasa dia berjalan.

Lagi pula jauh sekali jika hanya untuk makan siang harus terbang ke Singapur, kemudian kembali lagi ke Indo setelah kenyang.

Tapi itu hal biasa bagi Bos sialan Gentala Lingga Madana, karena dia memang selalu melakukannya, lagi pula itu mudah baginya, toh dia memiliki jet pribadi.

Alter Ego [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang