9 | Kak Tilar Sanjita

6.2K 650 16
                                    

Jola duduk di atas pangkal paha Genta yang tengah berbaring, kedua tangannya berada di samping kepala pria itu untuk mengukungnya, terus saja Jola menatap lamat tiap lekuk wajah sang Tuan. Mencebik, merengut lucu dan berkata, "Yakin tidak ingin?"

Genta mendudukan diri dengan Jola masih dipangkuannya, melingkarkan lengan di pinggang ramping wanita itu, menggesekan pelan ujung hidungnya ke hidung Jola. "Ini tengah hari dan panas sekali, Sweety," ucapnya setelah mengurai jarak. "Aku akan makan semangka saja," Lanjut Genta kemudian beringsut turun dari ranjang setelah memindahkan Jola dari pangkuan.

"Kamu tidak mau semangka yang lain?"

Genta pura-pura tak mendengar, dia tetap keluar dan pergi menuju dapur karena rasanya sudah tak berselera lagi dengan wanita cantik nan sexy itu. Sedikit mendesis dan memijat pangkal hidungnya, pikiranya melang-lang buana ke seberang sana, di mana si karib bilang juga ingin menghabiskan waktu dengan peliharaannya. "Bajingan itu," Genta membuka pintu lemari es, mengambil semangka yang memang sudah terpotong dadu dan tersimpan rapi dalam kotak tertutup rapat.

Hari ini cuaca panas sekali, karena musim panas memang, tapi hatinya lebih panas, membayangkan lah-hal yang tidak-tidak, apalagi dia pernah melihatnya sendiri bagaimana si Dean Aswangga sialan itu terlihat begitu rakus meraup bibir jalangnya.

Menghembuskan napas kasar, menutup kembali pintu lemari es dan menyandarkan tubuh di depannya. "Sepertinya aku sudah gila," Memasukan satu potong dadu semangka ke dalam mulut.

____________________________________________________________

"Gentala-h ...," desah Dean seraya melempar kepala ke belakang di atas tubuh Jessy yang ia kukung, matanya terpejam, setetes peluh mengalir pelan di jakunnya yang basah karena keringat, satu kata sexy.

Jessy sempat mendengar, tapi persetan, dirinya sedang di atas awan, atau dia menganggap nama itu terlintas dalam pikiran, karena diam-diam dia juga sedikit terpesona dengan Tuan Madana milik Jola itu.

Dengan liar Jessy ikut bergerak di bawah Tuannya, melenguh brutal dan sesekali mencengkram seperi ranjang.

Liat, benar kata Jola, sebentar lagi nona Kimberly juga akan menjadi jalang, dan terbukti, kini dia menikmatinya.

____________________________________________________________

"Tuan, ayo kita makan es krim," rajuk Jola manja, dia tiba-tiba datang dan langsung memeluk pinggang Genta dari samping.

"Aku sepertinya akan pergi," Dingin Genta, dengan pelan melepaskan pelukan Jola di pinggangnya, mulai lagi, pria itu kembali dingin seperti lusa lalu saat dia terakhir pulang dari kediaman Tuan Aswangga—atau memang tetap dingin sejauh ini.

Genta meletakan semangkanya di atas meja makan, kemudian berjalan menjauhi Jola yang masih bergeming.

"Aku ditolak lagi?" batin Jola, dia segera mengejar lagi sang Tuan, dan kembali masuk ke kamar di mana orang itu berada.

Genta tengah berganti pakaian, mengenakan kembali suit silvernya dengan rapi, Jola tak berani mendekat, perasaannya sudah sakit karena penolakan itu meski halus dan tak langsung. "Kamu sudah berjanji akan menemaniku seharian," sendu Jola lemah.

Lagi, Genta seolah tak mendengarnya, dia segera menyambar ponsel di atas nakas, mengecup puncak kepala Jola kemudian pamit, "Aku pergi dulu," Dan dia benar-benar pergi dari apartemen Jola.

Jola mendengus kesal, semakin mengucek ujung kemeja putih kebesaranya dengan brutal. Harusnya dia senang, dia ditemani jalan-jalan, belanja semua hal yang dia inginkan—meski tak dibutuhkan, memberinya uang dan tidak diapa-apakan seperti seorang jalang, bahkan sang Tuan sempat mengecup keningnya tadi. Tapi kenapa rasanya sesak saat dia ditolak dan seolah tak dinginkan, ada semacam perasaan di mana seorang kekasih tak diinginkan lagi, yang nyatanya memang dia bukan seorang kekasih.

Alter Ego [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang