3 | Mereka Orang Baik

13.5K 1.2K 47
                                    

Vote dulu, yash!

.

.

Selesai makan siang, Dean kembali ke kantornya, makan siang kali ini dia hanya sendiri, Genta tak datang karena ada urusan katanya.

Satu tangan terbenam di saku celana, satu tangannya lagi yang lain mendorong pintu kaca lobi, senyumnya terus mengembang semenjak mendapat pesan dari karib gilanya itu bahwa dia setuju untuk berdamai dan minum bersama, walau papermint tea sebagai gantinya. Tak apa, asal namanya tetap minum bersama.

Memang Dean akan selalu mengalah pada Genta, tidak tahu kenapa, hanya saja dia tidak suka Genta merasa tidak nyaman saat berada di sisinya.

Hingga tepat saat Dean masuk, pandangannya teralih pada sosok cantik yang duduk di kursi lobinya, bibir plum, hidung kecil yang memerah itu yang pertama kali dia lihat karena kedua telapak tangan si gadis digunakan untuk menutupi mata.

"Hai," sapa Dean dengan ikut duduk di sebelah gadis itu.

Si gadis membuka telapak tangannya, menyorot Dean dengan segenap kekuatan menahan air mata agar tak terjatuh lagi.

Hati Dean ikut mencelos seketika dan juga merasa teriris, mata itu, mata yang putihnya memerah, dengan seberkas embun yang sedikit menghalangi korneanya, menatap pilu tepat ke arah dirinya. "Anda baik-baik saja, Nona?"

"Si sialan itu! Si lintah Dean Aswangga dan bank terkutuknya! Mereka telah menyita habis aset kami! Tak ada lagi perusahaan! Tak ada lagi tempat tinggal, tak ada lagi uang! Sedangkan Ayahku sekarat sekarang ...," runtut gadis itu yang di akhir kalimatnya terdengar meraung, air matanya tumpah.

"Maaf ... maaf ..., " ucap Dean pelan membawa kepala gadis itu kedalam pelukan, kata maaf bukan untuk alasan penyitaan, tapi untuk tindakannya yang mencoba memberi pelukan.

Gadis itu tak menolak. Diusap lembut rambut si gadis, karena Dean sangat tahu sekarang pasti gadis di depannya ini begitu frustasi dan kacau.

"Dan sialnya lagi salah satu petinggi bank terkutuk ini meniduriku, berkata sudah menyelesaikan segalanya tapi hutang-hutang perusahaan kami masih menghantui," ucapnya begitu lirih dengan isak yang begitu menyayat, terdapat sesal yang begitu mendalam terdengar.

"Aku bersumpah akan membunuh si sialan Dean Aswangga jika aku berhasil bertemu dengannya nanti," lanjut si gadis, dia mengangkat kepalanya, mengusap air mata menatap Dean menyala-nyala, ada dendam mendalam di sana.

"Aish, maafkan aku, aku jadi bercerita," Gadis itu kemudian tersenyum, sedikit tertawa menyadari tindakan gilanya tadi, menatap ke langit-langit mencoba memperbaiki perasaan. "Apa Tuan juga ada perlu kemari?" tanyanya ramah.

Dean mengangguk, pandangannya tak terlepas dari wajah manis cantik si gadis sekarang. Begitu terpesona di detik itu juga, saat si gadis mulai tertawa, cantik dan manis sekali, bibir penuh itu, mata yang ikut menyipit tersenyum itu, mencetak lengkungan bulan sabil di bawah kelopak matanya, memesona.

"Sekali lagi maaf, perkenalkan, saya Jessy Kimberly," ucap gadis tadi seraya mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Maaf, Bos, semua sudah menunggu di ruang rapat," ucap salah satu sekertaris Dean yang tiba-tiba datang.

Alter Ego [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang