16 | Saya kabulkan, Sayang

7.4K 678 83
                                    

Dean menggosok peunggung Genta dengan sabun, mereka sekarang tengah berendam bersama di dalam bak berisi air hangat. Sesekali Genta yang berada di depan meniup gelembung yang ia buat dengan tangannya.

Menyandarkan punggung ke dada bidang Dean, tanggan Dean otomatis bergerak sendiri melingkar ke perut berotot Genta, menyabuninya lagi di sana, naik ke dada dan terus menggosoknya juga.

Licin dari sabun memberi sensasi tersendiri untuk Dean, otot perut submisifnya, dada bidangnya, dia elus halus, kemudian dua tangannya bergerak mencari dua tonjolan kecil di sana.

Kecupannya mulai aktif di cuping telinga Genta, sesekali sedikit menggigit membuat Genta meremang. Darah Genta semakin berdesir naik kala suara kecipak dari lidah Dean menjilat cupingnya terdengar jelas dan sexy, lebih-lebih sentuhan halus Dean pada putingnya yang berubah memilin dan menarik kecil.

Genta melenguh, bibir lembut Dean berpindah ke tengkuk, mengecupi ringan hampir ke seluruh inchi kulit leher Genta, satu tangannya juga turun untuk meraih milik Genta di bawah sana, meremasnya pelan dan sesekali mengocok.

"Dee," rintih Genta menyebut nama dominannya.

"You like it, Baby?" suara berat Dean.

"Eumh, ssh ...," rintih Genta karena Dean tetap terus mengecupinya. Dia berbalik untuk menghadap Dean, duduk dipangkuannya dan mengalungkan lengan ke leher. "Fuck me, Honey!" bisik suara rendah Genta sensual

"As your wish, Baby,"

Dan terjadi lagi, mereka melakukannya lagi dan lagi.

____________________________________________________________

Perasaan Jola tak tenang, dia gelisah ketika hari berganti bahkan sekarang semakin larut dan sang Tuan belum juga memberinya kabar.

Benar gelisah takut dia akan tergantikan, karena demi semesta jujur dia jatuh cinta.

"Lama sekali, ini hampir lebih dari dua hari. Apa yang kamu lakukan, Sayang?" tanyanya sendu dan lesu, pun bahu luruh ke bawah. "Tidak!" Dia kembali menegakkan duduk. "Apa dia sedang bersama si sialan Sanjita?"

____________________________________________________________

.

.

Pagi pun.

Berulang kali ponsel Dean bergetar, hingga mau tak mau memaksanya membuka mata, menggeliat dan melepas pelukan posesifnya pada Genta yang masih terlelap.

"Yo, Sialan!" Suara Elang di seberang sana sedetik setelah Dean mengangkat telepon. "Datang ke kantorku sekarang!"

"Mas ...," Jengah Dean beringsut duduk. Benar-benar tidak habis pikir, kaka sepupu lelaki sialanya yang satu itu suka sekali memaksa. Selalu bertingkah layaknya bos Dean yang padahal Dean sendiri juga adalah seorang bos, dan perusahaan mereka sama sekali tidak pernah menjalin kerja sama, apa pun itu bentuknya.

"Tidak ada penolakan, Aswangga."

Pip!

Dean mengusak poninya kasar, mendongak untuk menengok jam dinding di tembok depan ranjang. "Sial, ini bahkan masih jam 6 pagi!" Kesalnya.

Alter Ego [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang