19 | Tunggu Kami, Tilar Jalang Sanjita

6.3K 595 33
                                    

Genta tidur dalam pelukan Kak Tilar Sanjita-nya, dengan telaten wanita itu mengelusi rambut Genta sayang, berharap adik malangnya jauh lebih tenang dan lelap tidur.

Tilar paham Genta lelah menangis hingga sampai ia tertidur dengan sesekali terisak. Tilar sangat menyayangi Genta sebagaimana adik kandungnya sendiri, jadi tak masalah mereka tidur satu ranjang begini. Lagi pula Genta akan menjadi sosok manis saat berada di sisinya, sosok adik perempuan kecil baginya, yang manja, yang rapuh, dan lemah lembut.

Tilar menatap lamat wajah lelah itu dan teringat saat pertama kali mereka bertemu, kala itu Genta mampir ke restoran bersama lebih dari dua puluh bawahannya, mereka makan dan mengadakan pesta mendadak. Genta tersenyum dan tertawa, terlihat sangat akrab dengan mereka, peragai bos yang ramah dan penuh cinta, rendah hati dan memperlakukan semuanya sama rata, tampak begitu menawan dan bersinar, lebih-lebih mereka sama sekali tidak memesan alkohol atau sejenisnya, hanya teh atau jus untuk minuman.

Sungguh, Tilar tersentuh. Dia bahkan sempat terpesona hingga kemudian Genta terlihat menepi, mengundurkan diri dari mereka semua yang asik menikmati makan malam dengan senda gurau, seperti tidak ada yang menyadari, tapi tidak untuk Tiar yang terus memperhatikannya.

Genta duduk di pojok ruang, mengusak wajahnya kasar, bibirnya jatuh, sorotnya berubah layu dan berembun, tapak jelas menujukan rasa sedih dan sakit di sana. Auranya tampak berubah, dari si pria tampan penuh pesona menjadi sosok manis yang rapuh, dan seolah butuh pelukan.

Sama seperti yang saat ini, sama seperti sosok Genta yang sekarang dalam pelukannya—rapuh.

Kala itu Tilar mencoba mendekat, dia tidak tahu, tapi naluri menyuruhnya untuk bertanya. Kenapa menepi, kenapa menjauh, kenapa bersedih, dan detik itu juga Genta langsung berdiri kemudian memeluknya dan meminta ruang pribadi untuk menangis.

Dan di situlah Tilar tahu Genta punya masalah dengan kepribadiannya, pria tampan beraura cantik ini menceritakan masalahnya, piragainya berubah lembut dan manis pun sekaligus rapuh, lain sekali dengan sebelumnya.

Tilar menawarkan diri untuk menjadi teman atau bahkan kakak perempuan, dia dengan tangan terbuka mau menerima Genta dengan kedua sisi berlainannya itu, karena Tilar sendiri adalah seorang transgender, jadi dia paham bagaimana kejiwaan Genta, meski Genta lebih kompleks karena dalam satu tubuhnya tumbuh dua jiwa, lain dengan Tilar yang memang hanya memiliki sisi feminim saja.

Tilar mengecup lembut puncak kepala Genta.

Sebentar lagi fajar menyingsing, dan dia sama sekali belum memejamkam mata.

____________________________________________________________

Di sisi lain Dean menanggak lagi winenya hingga tandas, kemudian meraih lagi botol wine itu untuk ia tuang ke dalam gelas sebelum,

"Apa kamu mau mati, Bodoh?" Elang merebut botol itu dari tangan Dean kasar.

"Mas ...," rengek Dean. Matanya sudah merah padam dan sayu, hidungnya juga tak kalah memerah.

"Kamu bisa overdosis, Dee!"

"Biar aku mati bersama perasaan sialan ini!" Dean masih merengek, tangannya terulur untuk meraih botol yang sengaja Ealng jauhkan.

Elang menggusak wajahnya kasar, membiarkan Dean menuangkan lagi winenya.

Kenapa menjadi rumit jika cinta adalah cinta, meski Dean dan Genta menerima cinta adalah cinta tanpa peduli dengan siapa mereka jatuh cinta, tapi masalahnya adalah Genta memiliki kepribadian ganda, yang kadang dia lupa antara satu pribadi dengan pribadi lainnya, meski satu nama yang ada di hatinya selalu bertengger kokoh di sana, namun saat sosok Gentala Lingga Madana yang mendominasi, maka dia akan mengedepankan logika.

Alter Ego [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang