6 | Pemenang

6.6K 719 10
                                    

Vote!

.

.

Jessy tidak tahu, dia salah mengambil kesepakatan licik dengan orang-orang yang lebih picik itu, bukan kebebasan yang akan dia dapat, melainkan rasa kehilangan dan jeratan yang semakin kuat.

Jessy menangis pilu saat peti mati itu diturunkan ke liang lahat, kakinya semakin lemas saat dia merong-rong memanggil satu-satunya orang yang dia cintai dan miliki di dunia ini, sisa hartanya yang paling berharga, dia sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang, perusahaannya, rumahnya, uangnya, ayahnya bahkan harga dirinya, dia tidak punya apa-apa lagi.

"Ayah," badan Jessy hampir jatuh merosot jika Dean tak segera menahannya dengan pelukan.

Jola yang menyaksikan itu ikut tersayat sembilu, gadis itu melirik Genta yang berdiri di sampingnya, pria itu tengah menujukan senyum aneh seperti orang gila, senyum yang sama dengan yang ditunjukan Dean beberapa menit yang lalu.

Genta merengkuh pinggang ramping Jola, kemudian berbisik pelan. "Dean pandai sekali memainkan perannya, yah?" Kemudian tersenyum lagi.

Sekarang Jola paham apa yang semalam sang Tuan dengan karibnya itu bicarakan.

.

.

.

.

____________________________________________________________

Malam ini Genta dan Jola menginap lagi di rumah Dean yang memang dijadikan rumah duka.

Ini sudah larut, seperti biasa Genta akan tidur di dada Jola dan meminta gadis itu mengelus rambutnya. Tuannya memang manja, tapi Jola suka.

"Kamy tahu, Jola? Ayah Jessy sengaja disuntik mati kemarin malam," ucap Genta di sela-sela senyumnya yang tak padam. "Si sialan Aswangga harus memberiku hadiah yang mahal nanti, berkat usulanku, Jessy sama sekali belum lepas dari pelukannya seharian. Ck! Keparat itu!" gumamnya dengan menutup mata.

Tak lepas sorot Jola yang terus memperhatikan wajah tampan Tuannya itu. "Sayang, kalian kejam sekali."

Masih menutup mata Genta terkekeh. "Kami tidak kejam, Sweety, kami hanya melakukan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan," Menghirup napas dalam. "Sukses itu gampang sebenarnya, kamu hanya perlu yakin dengan tujuanmu dan tahu bagaimana cara mencapainya," Dia membuka mata, mendongak menatap tepat ke manik sewarna madu milik Jola. "Dan ingat, keajaiban memang ada, tapi itu hanya 1 dari 1000, jadi jangan bergantung padanya." Genta tersenyum meyakinkan, tampan dan murni sekalai bagai malaikat.

"Apa Tuan Aswangga benar mencintai Jessy, Sayang?" tanya Jola kemudian.

"Tidak, dia hanya suka, suka yang seperti mainan, obsesi, cinta tidak egois, Sweety ... cinta itu merelakan, membiarkan yang dicintai bahagia meski tidak dengannya, itu yang utama."

"Kamu bijak sekali,"

"Tentu, aku ini ahli cinta, hahaha ...." tawa Genta renyah, mendadak seluruh kata mutiara yang barusan keluar dari mulutnya berubah menjadi lelucon semata.

____________________________________________________________

Jessy tidur dalam pelukan Dean, sesekali masih terdengar isakan dalam tidur lelapnya karena lelah menangis. Dean tersenyum menang, lagi dan lagi, apa yang dia inginkan pasti dia dapatkan. "Akan kuberi si sialan Madana itu hadiah besok, otak kejinya memang sangat berguna," Bantin Dean, dia membelai rambut selegam arang milik Jessy pelan, berharap gadis Kim itu tetap nyaman hingga besok pagi menjelang.

Alter Ego [BoysLove]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang