Cakra itu romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan Jovan, pria Misterius yang sulit I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasanya, jika disuruh memilih satu moment dalam hidup untuk menjadi moment beku yang abadi selamanya, gue akan pilih moment ini.
Makan malam romantis bersama pria yang paling gue sayang. Di tengah laut malam yang sangat indah. Biarpun dingin gapapa, tahan aja demi terus melihat senyum hangat milik ayang.
Gue tertawa berkat pikiran gue sendiri, buat Cakra yang sedang menikmati makanannya berkerut dahi.
"Kenapa, yang? Ada yang lucu dari muka aku?"
Gue menggeleng masih terkekeh kecil. "Ngak, yang. Muka kamu mah selalu ganteng... Ini otak aku lagi ngelucu tapi sulit aku jelasin. Pokoknya gitu deh hehe..."
Cakra menggelengkan kepala sudah ga heran pada kerandoman saya.
Setelah menghabiskan makanan utama, Kami terus tertawa mendengar lelucon dan melihat eksistensi satu sama lain.
Sesekali gue membicarakan tentang betapa anehnya seorang pengunjung yang duduk di meja tak jauh dari kami, dia seorang wanita yang sendirian berteman payung pink dan sesekali melihat kearah kami. Gue menggoda jika sepertinya wanita itu tertarik pada Cakra, namun Cakra membalas gue dengan ga mau melepaskan tangan kanannya dari menggenggam tangan kiri gue sepanjang makan malam romantis ini. And Fyi, Cakra kidal.
"Aku penasaran tau, yang..." Gue memulai pembicaraan lebih serius.
"Penasaran apa?"
"Kamu sejak kapan kepikiran menikah muda? Dari awal Kamu tahukan, Kalau aku bukan cewek yang tepat untuk sebuah pernikahan, pernikahn dini maksud aku. Apa kalau pacar kamu bukan aku... Kamu juga tetep bakal ngebet nikah?"
Gue mengernyit heran sebab setelahnya Cakra malah tertawa. "Aduh, yang. Kamu di ajarin apa sih di kelas Bisnis? malah jadi pinter mewarta begini. Pertanyaanya panjang banget persis reporter." Ia masih terkekeh sampai gue tabok tangannya buat ia mulai berpikir untuk menjawab.
"Oke - oke deh buk wartawan, ini saya Jawab yah. Yang pertama Aku ga pernah terpikir apapun tentang pernikahan sampai satu hari, lebih tepatnya setahun lalu sejak bertemu kamu... Sebabnya apa?" kali ini Cakra melunturkan wajah annoyingnya dan menatap gue dalam.
"Aku mau menjamin keamanan kamu?" Bersamaan dengan kian eratnya genggamannya ia malah balik bertanya gitu, entah apa maksudnya kita tunggu penjelasannya dulu.