Cakra itu romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan Jovan, pria Misterius yang sulit I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Imelda Pov
"Apa maksudmu?" tanya Cakra menuntut Penjelasan lebih jauh dari Riza.
"Hubungan kita, mari kita akhiri saja. Aku tahu kamu sama sekali tidak menyukaiku dan tanpa ku sadari hubungan ini menyiksa kita. Karena itu aku putuskan untuk melepasmu. Silahkan kamu pergi bersama kekasih tercintamu itu, aku tidak mau peduli lagi."
"Choi seung Rin!" Cakra tampak geram akan keputusan Riza.
Atmosfer semakin emosional karena sekarang Riza sampai tersedu-sedu mengungkapkan isi hatinya, betapa berat mencintai pria yang sama sekali tidak memandang dia, dan itu adalah mimpi buruk semua wanita di dunia, terlebih pria itu adalah orang yang sama dengan orang yang pernah berkata jika ia mencintainya.
Pasti sangat menyakitkan.
Hati gue turut merasa perih, membalik badan dan bersandar di pintu ruang perawatan gue memukul dada sesak ini kuat-kuat dan tanpa sadar air mata mulai berlinang di pipi, sebagai wanita tentu gue bisa rasain betapa kacaunya hati Riza selama ini. Mencoba tetap berada di samping pria hangat yang berubah dingin padanya bahkan mulai berhubungan dengan wanita lain menghianatinya.
Riza memang sudah cukup banyak bersabar, pada Cakra, pada gue... Serta pada hubungan Toxic yang kami bertiga jalani.
"Riza sayang kamu pasti masih terguncang dan kesel kan karena Cakra ga ada disini menemani kamu saat kamu tersadar tadi, maafkan Cakra yah sayang namun mama harap kamu jangan berpikiran aneh-aneh tentang hubungan kalian. Ini semua masih bisa kita selelsaikan baik-baik yah, nak..." Mama Cakra langsung merangkul Riza dan coba menengankannya, berupaya agar Riza mau mengurungkan niatnya dan menarik kata-katanya barusan namun Riza menggeleng lemah lalu membalas.
"Tidak mah...Riza sudah memikirkan ini cukup lama... Riza yakin cukup sadar dan mantap untuk mengatakan semua ini sekarang. Riza juga sudah berbicara dengan kedua orang tua Riza Sebelumnya, dan semua keputusan omma appa serahkan pada Riza dan Cakra... Riza harap mama mau memahami ingin hati Riza yah ma..."
Ibu Cakra langsung menangis memeluk ibunda Riza yang telah terduduk diam di sofa. Sedangkan ayah Cakra dan ayah Riza duduk di sofa panjang berbeda dengan ekspresi sendu, amat menyayangkan keputusan anak mereka yang artinya akan memupuskan bersatunya dua perusahaan mereka seandainya Cakra dan Riza sepakat untuk berpisah.
''Jawab Cak... kenapa kamu diam aja?" Riza mulai sebal memandang Cakra yang tetap membisu tak mau menatapnya, padahal selain dengan hati berderai luka Riza sudah mati-matian mengumpulkan keberanian untuk mengatakan semua ini.
"Kamu pernah bilang kalau kamu mencintaiku kan? lalu kenapa sekarang kamu menyerah? ga bisakah kamu tetap bertahan dalam hubungan ini? aku ga bisa melepas kamu, aku menolak pembatalan pertunangan kita, Rin!"
Seolah ada Petir yang baru menyambar jantung, gue membeku mendengarkan tiap tutur kata yang Cakra baru ucapkan, sebuah kalimat yang ga pernah gue duga. Dengan mulutnya sendiri Cakra barusan menolak pembatalan pertunanganya dengan Riza?