🥤43. Harus Memilih

85 23 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Imel tercenung sembari terus meyakinkan diri jika keputusan yang akan dipilihnya adalah yang terbaik.

Tanpa diperintah, sebulir air mata meleleh dari pelupuk matanya yang masih sembab usai menangis semalaman. Imel kemudian mulai merangkai kata demi kata menyayat hati dalam selembar kertas putih yang mulai ternoda beberapa bulir air matanya.

Barisan kata dalam surat yang ia tujukan pada Cakra itu semakin dibaca hanya kian mencabik sanubarinya kian pedih.

Imel sudah mantap menyudahi semua, hubungannya dengan Cakra juga hubungannya dengan Jovan. Imel merasa sudah cukup dibuat jungkir balik hidupnya oleh kedua pria itu.

Yang satu pria berstatus suami namun hanya bisa menyengsarakan hidup Imel hari demi hari, sedang pada seorang pria yang Imel telah melimpahkan pengharapan besar padanya, namun pria itu tak pernah mampu usai dengan masa lalunya.

Sekali Imel telah mengalah pada perintah orang tua tuk menikah dengan Jovan secara paksa, lalu ia juga menyerahkan hatinya sukarela untuk Cakra yang menawan hati Imel sampai hampir gila.

Maka kini biarkan Imel memilih sendiri takdir yang akan ia hadapi, yaitu berpisah dari Jovan dan Cakra lalu setelahnya ia akan memulai lembaran baru kehidupan pergi jauh entah ke negeri mana sembari menyembuhkan hatinya yang lelah merana.

Imel menyudahi lamunannya, lalu melipat selembar kertas itu dan memasukannyake dalam tas selempang, ia belum siap menyampaikan surat itu pada Cakra hari ini.

Mungkin esok... Sekarang Imel harus berangkat ke kampus dulu.

Ia tinggalkan catatan kecil diatas penutup sarapan yang sudah di siapkan untuk Cakra saat pria itu bangun dari tidurnya nanti, dan seolah hatinya masih tak mau merelakan Cakra, sebelum pergi Imel sedikit membuka pintu kamar Cakra dan memandang sendu pria yang masih bergumul dalam selimut itu, sumpah hati Imel perih membayangka ia harus meninggalkan pria berharganya itu.

Namun mau dikata apa jika takdir telah menggaris jika pria itu memang bukanlah untuknya.

🌼🌼🌼

Imel berangkat ke kampus menumpang gojek motor yang membuatnya harus di terpa angin ribut sepanjang perjalanan, cukuplah untuk mendinginkan otak Imel yang terus mengebul sejak semalam, terus memikirkan beragam cara kabur dari dua orang pria yang bisanya hanya terus membuat Imel sakit kepala.

Baru melewati area parkiran, Imel sudah di sambut sapaan ramah Sean yang langsung tertarik menanyakan keberadaan kacamata bulat yang bertengger diatas hidung Imelda.

Our Blue Sky : JOVAN (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang