Cakra itu romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan Jovan, pria Misterius yang sulit I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepeninggal kedua orang tua Jovan siang itu, Imel dan Jovan memutuskan untuk bersantai bersama di sofa ruang tamu, menyalakan televisi, dan menonton film favorit mereka. Imel menyandarkan kepalanya di bahu Jovan, merasakan kehangatan dan kenyamanan dari kebersamaan mereka. Jovan merangkul Imel dengan lembut, dan mereka berdua menikmati cuddle yang tenang sambil menonton film komedi yang membuahkan tawa.
Sore itu beranjak menjadi malam ketika film hampir selesai, Jovan berdiri dan berkata, "Aku mau masak sesuatu yang simple tapi enak buat makan malam." Imel tersenyum dan mengangguk, merasa bersyukur atas perhatian dan kepedulian pria itu.
Jovan menuju dapur dan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk hidangan sederhana favoritnya, kentang panggang. Ia mencuci dan mengupas kentang, kemudian merebusnya lalu dihaluskan. Jovan menambahkan sedikit minyak zaitun, garam, merica, dan bumbu dalam adonan kentang sebelum menyusunnya di atas loyang.
Sementara kentang dipanggang dalam microwave, aroma harum saus pasta mulai memenuhi rumah, buat perut Imel tiba-tiba keroncongan. Ia berjalan ke dapur dan memeluk Jovan dari belakang, tersenyum ketika melihat betapa seriusnya Jovan dalam memasak.
"Kamu benar-benar jago masak yah? Asik banget jadi aku. " Ujar Imel sambil mencium pipi Jovan susah payah, sebab sedikit perbedaan tinggi mereka.
Jovan tertawa dan berkata, "Tunggu aja sampai kamu mencicipinya." Ujar pria itu percaya diri sembari mengaduk Saus pasta di taplon.
"Kenapa? Aku bakal makin terpesona sama kamu? Sorry aja, tapi udah tuh!"
Jovan menggeleng dengan senyum masih setia bertengger di wajahnya. "Kalau gitu kamu nanti bakal makin tergila-gila sama aku, jangan bilang siapa-siapa yah, tapi aku biasa suka masukin pelet di tiap masakan yang kubuat. "
"Hah?! Pantesan aja! Aku bisa kesemsem sama kamu yang berandal ga punya hati ini, ternyata penyebabnya karena pelet itu... " Jovan terkekeh, mematikan api kompor lalu membalik tubuhnya dan menangkup pipi istrinya, menghaturkan sebuah kecupan di bibir ranum Imel yang selalu menggodanya.
"Bukan karena emang selera kamu yang berandal - berandal gini? "
Imel balas terkekeh "Ga mau ngakuin sih, tapi kenyataannya emang gitu! Selera aku perihal cowok emang aneh! Hmm... Tapi ga sia-sia kan kamu jadi berandal kalau akhirnya bisa dapetin tetangga secantik aku? "
"Iya, ajaibnya aku dapetin kamu pada akhirnya... Padahal sebelumnya... Sama sekali ga terbayang bagaimana mungkin kamu akan, membalas tatapan aku sama lembutnya, disaat dulu aku bahkan ga bisa menatap atau sekedar mengulas senyum ke kamu saking gugupnya. "
Imel mencebikan bibirnya. "Bercanda, Kamu Gugup ke aku? Impossible! Duh pinter banget ngegombalnya kang kardus satu ini. " Imel menjawil pucuk hidup Jovan gemas berbalas rengkuhan pria itu di pinggang dan merapatkan jarak keduanya.
"Beneran, Mel... So can you imagine how wonderful that moment? When i saw you lying beside me on my bed. Like... What the hell have i done to you on that night before? Oh my dream... My darling... " Kedua pipi si wanita di usap lembut oleh Jovan yang menatapnya tulus.