Cakra itu romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan Jovan, pria Misterius yang sulit I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sean mengambil Jam weker di atas nakas dan menaruhnya di depan Imel. "Masih Jam delapan pagi, Mel. Kalau masih ngantuk tidur lagi aja. Kamu bisa tidur dengan tenang sebab aku janji ga bakal ngapa-ngapain kamu." Pria itu menyungging senyum menjijikan sampai buat Imel menatapnya waspada.
"Kok elo- Kok Lo ada disini? Oh benar, lo dan Tanya saling kenal yah? Jadi lo yang bantuin dia lakuin ini semua ke gue? Kenapa? Lo kan teman Jovan?"
"Hah? teman? Hmm, Benar juga yah."
"Kenapa lo bantu Tanya lakuin ini ke gue, Hah? Harusnya lo sadarin dia kalau dia udah gila sampai nekat giniin gue, Sean!"
Pria itu tak melunturkan senyum di wajahnya sama sekali dan beranjak duduk di tepi kasur lalu membelai kepala Imel dan menghalau helaian rambut yang menutupi wajah Imel ke balik telinga.
"Stttt, ga perlu teriak... Ican hear you so well darling... "
Imel melotot dan menghindari jemari Sean disekitar wajahnya. "Lo-"
"Aku mau denger kamu jujur, Mel... Untuk sejenak, untuk sesaat aja, pernah kamu terbesit buat mencintaiku balik, Mel? "
"Hah??"
"Kamu ingat kan... Aku selalu ada buat kamu, disaat terapuh dan terluka kamu. Saat kamu diabaikan dan disakiti oleh dua bajingan itu. Aku disana... Disamping kamu, memeluk kamu dengan hangat, Mel. Aku... "
Imel mengernyit keheranan lalu menggeleng. "Maksud lo apa, njir?! Dan... Darimana lo tau gue terlibat dengan dua cowok? Keknya gue ga pernah cerita hal itu ke elo! " Imel makin melotot waspada saat perlahan Sean bergeser maju mendekat padanya yang terkapar dengan posisi tengkurap diatas kasur dengan tangan dan kaki terikat.
"Apa sih yang ga aku tau tentang cewek yang aku suka. Kamu ga perlu cerita apapun ke aku, Mel... Aku akan cari tahu semua hal yang mau aku tau tentang hidup kamu. Kamu ga perlu minta apapun ke aku, karena aku akan beri tanpa kamu ingin. Hanya jika itu kamu, aku bisa upayakan apapun, mydarling. " Tangan Sean membelai pipi Imel seduktif dan langsung ditepis Imel dengan memalingkan wajah lalu menelungkupkan wajahnya kedalam kasur seraya berteriak.
"Ga waras! Ternyata bukan Tanya doang yang gila! Lo juga sama-sama gila anjir! " Meski sedikit teredam kasur Sean tentu masih bisa mendengar ucapan Imel itu dengan Jelas. Pria itu tertawa puas lalu mencengkram dagu Imel agar kembali menatapnya.
Namun Imel bersikeras hingga buat Sean mencari cara lain dan ia membalik tubuh Imel lalu menimpanya.
"Akhirnya aku bisa liat wajah cantik kamu dengan leluasa... "
"Mau apa lo gila?! Lepasin gue! Turun dari atas badan gue, Mesum! "
Senyum di wajahnya makin merekah puas, seolah makin tergoda untuk menguarkan semua ketakutan dalam diri Imelda, Sean mencondongkan tubuh dan mengendus pipi hingga leher gadis itu mesra. Tentu Imel langsung blingsatan mencoba berontak dari pria yang makin menakutinya itu.