Cakra itu romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan Jovan, pria Misterius yang sulit I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Imel membuka mata dalam pelukan Jovan, pipinya langsung bersemu merah tatkala ingatannya kembali mengulang adegan ia menangis ketakutan hingga berakhir confess pada Jovan dengan suasana dramatis menyaingi drama Korea.
Ia tak ingat terlelap sejak kapan yang jelas malam telah begitu larut sekarang. Ia ingat Jovan tak pernah meninggalkannya sejak kemarin siang, bahkan pria itu turut melewatkan makan malam karena Imel berkata sedang tak ingin makan apapun.
Dan mereka memilih terus bergumul didalam selimut menikmati Quality time yang tak pernah Imel kira akan sangat ia butuhkan, menikmati eksistensi seseorang yang mencintai dan kamu cintai adalah hal luar biasa yang mungkin tak menghampiri semua insan manusia. Tapi detik ini... Selama beberapa jam terakhir, Imel memilikinya, Imel merasakannya. Disayangi orang yang ia sayang.
Dipandanginya wajah Jovan yang terlelap begitu nyaman, diusapnya dengan jari telunjuk kening pria itu lalu di gores lembut turun membelai hidung dan bibirnya. Bibir yang akhir-akhir ini begitu menggoda Imel dengan cara yang salah, sebab hubungannya dan Jovan bukanlah hubungan yang wajar tuk menginginkan satu sama lain selayaknya sepasang sejoli yang tengah memadu kasih.
Jelas-jelas mereka pasangan yang tengah bersiap untuk bercerai.
"Jam berapa sekarang, dek? "
"Hmm?" Tubuh Imel memegang, ia malu, mana bisa Imel menduga jika ternyata Jovan sudah bangun hanya sengaja tak membuka mata, sejak kapan?
"Udah pagi, belum? "
Jovan kembali bertanya, kini matanya mulai terbuka. Imel kikuk melihat dinding sekitar namun ia tak melihat jam terpajang dikamar ini, untungnya ia ingat jika ada jam di tangan Jovan.
Ia meraba tangan Jovan didalam selimut lalu membawanya ke depan wajah guna melihat waktu di sana lebih dekat. "Jam satu pagi. "
"Hmm? Kalau gitu berarti besok aja yah. "
"Besok?"
"Besok kita pulang ke bogor. "
"Bogor? Kenapa? Terus kuliah gue gimana? "
"Libur dulu sementara, nanti aku yang urus. Mengingat kejadian semalam bisa terjadi lagi sewaktu-waktu, aku ga mau ambil resiko. Kali ini aku harus pastiin kamu berada ditempat aman, Mel. " Imel mengangguk.
"Serius banget masalah kita yah, bang?"
Pria itu mengangguk. "Maaf."
Imel mengelus tangan Jovan. "Gue bakal nurutin lo, hanya... Jaga diri baik-baik. Janji jangan sampai lo kenapa-napa pokoknya. "
"Aku Janji. "
Imel memberi kecupan lembut di kening Jovan lalu bertutur. "Sekarang lo tau arti keberadaan lo buat gue kan, bang? Jangan terluka lagi... Gue ga sanggup liat lo kesakitan... "
"Aku ngerti, Mel. " Jovan membelai rambut Imel yang tengah menatapnya sendu. "Itu pula yang tengah aku takutkan, kamu juga ga boleh sampai terluka, aku bakal selalu lindungi kamu. "