Cakra itu romantis namun kadang terlalu overprotektif. Menikah dengan Cakra bagai sebuah cita-cita bagi Imel, namun apa mau di kata saat sebuah prahara tak terduga menimpa dan buatnya harus terpaksa menikah dengan Jovan, pria Misterius yang sulit I...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jovan dan Cakra bertengkar.
Gue langsung coba melerai namun tak berbuah apa-apa. Sumpah, gue merasa amat bingung harus memisahkan mereka dengan cara apa lagi. Kedua pria yang bertengkar entah atas dasar apa itu terus bertukar tonjok dan saling membalas tanpa henti, beberapa orang pria yang lewat mulai datang dan berusaha melerai perkelahian keduanya dan barulah gue bisa menengahi mereka berdua yang masih coba berontak dari orang-orang yang memisahkan.
Gue menatap nyalang kedua pria itu bergantian. Jika perkelahian sebelumnya, gue dapat dengan mudah langsung menghampiri Cakra dan memeriksa keadaannya penuh cemas, kali ini gue ga bisa sebab kecewa pada Cakra yang karena cemburunya ia bersumbu pendek dan memulai insiden Ini.
"Kenapa kalian kekanakan banget sih? Kalian pasti sadarkan jika perkelahian ini ga menyelesaikan apapun. Lagian apa sih yang kalian perebutkan? Aku? Aku tuh sangat ga pantes kalian perebutkan-"
"Enggak Mel... Your more than wort it for me! I'll fight until the end for you!"
"Don't-" Lagi-lagi kerongkongan gue harus tercekat melihat mata Cakra yang memandang gue sendu, rambut dan jasnya betantakan. Ujung bibirnya juga sobek berdarah ingin rasanya gue menghalau sakitnya dan memeluk tubuh itu. Namun saat melihat Jovan gue juga berasakan hal yang sama.
"Kalian... Ga perlu lakuin apapun buat aku... Aku ga minta. Aku ga butuh!"
Gue tertunduk, tubuh gue terasa mulai limbung menahan kepala gue yang terasa kian berputar cepat dan mendadak semua menghitam dan gelap.
Bruk
"Dek!"
"Yang!"
Author view
Jovan dan Cakra langsung meloloskan diri dari para pria yang sempat menahan tubuh mereka yang seketika hilang fokus saat tubuh ringkih Imel terjatuh pingsan.
Syukurnya Jovan cepat seperkian detik menangkap tubuh Imel hingga kepala Imel belum sempat jatuh terantuk lantai. Cakra yang cemas menyibak rambut gadis itu lalu menepuk pelan pipi gadis itu memintanya untuk tersadar, namun segera ditepis oleh Jovan yang langsung memapah tubuh lemah Imel masuk ke dalam mobilnya.
"Imel kenapa, brengsek?! Lo apain dia dirumah lo sampai dia jadi begini hah!"
Jovan yang tengah menunggu pintu mobilnya dibuka oleh seseorang yang membantu, malah jadi kembali tersulut untuk menatap Cakra tajam.
"Ngaca lo, bajingan! Yang ngingkarin janji sampai bikin anak gadis orang nungguin lo sampe kehujanan siapa?" Segera Jovan membaringkan tubuh Imel di kursi belakang mobilnya lalu ikut masuk kedalam mobil dan melajukannya ke arah rumah sakit.
Sedangkan Cakra hanya berdiri tercenung, mengawasi kepergian sedan hitam Jovan sembari mengulik ingatan akan peristiwa kemarin sore saat ia membatalkan kencannya dengan Imel sepihak sebab ada kejadian mendadak yang menimpa Riza.