LYM- tujuh

307 161 289
                                    

                                 °°°

Hai semua!!! Jangan lupa pencet bintangnya 🌟 ya!!!

Udah follow belum?!

                                   °°°

            ••• HAPPY READING ••••

" ARGHH..., Friska!" teriak Daffa yang terbangun dari tidurnya.

Entah apa yang baru saja terjadi di dalam mimpinya, membuatnya panik seketika.

" Friska." Entahlah setelah mimpi buruk tadi, Daffa jadi mengingat Friska, perasaannya tidak enak tentangnya.

"Bentar tadi gue liat gudang? Ngapain Friska ke gudang tua?" ucap Daffa yang masih merasa kebingungan dengan apa maksud mimpi itu.

Dengan cepat Daffa langsung mengambil handphonenya lalu mencari nama Friska.

Daffa meneleponnya, tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari Friska, perasaannya semakin tidak enak.

" Lu kemana sih Friska, angkat dulu sebentar ngapa," ucapnya masih mencoba menelepon Friska sambil berjalan bolak-balik dengan gelisah.

" Gak bener ini mah." Akhirnya dengan tekat yang bulat, Daffa memutuskan untuk pergi ke rumah Friska.

" Semoga aja Friska ada, dan semua perasaan buruk gue salah," ucap Daffa sembari mengambil jaket juga kunci motornya.

Daffa menjalankan sepeda motornya membelah jalanan, beberapa menit kemudian akhirnya ia sampai di rumah Friska.

" Permisi," kata Daffa sembari mengetuk pintu yang ada di hadapannya.

Namun, percuma berapa kali ia mengetuk dan bersuara, tidak ada satu orangpun yang membukakan pintu.

Sepertinya di dalam rumah Friska sedang tidak ada orang.

Daffa bingung harus bagaiman sekarang, perasaannya semakin tidak enak.

Setelah lama kebingungan, tiba-tiba Daffa teringat bahwa ia bisa mengecek keberadaan Friska.

Waktu itu saat Daffa meminjam handphone Friska, ia sempat mencoba memasukkan nomor Friska agar bisa di lacak.

Daffa langsung membuka handphonenya, dan melacak keberadaan Friska.

" Tempat ini? Jangan sampe mimpi gue kenyataan." Daffa langsung bergegas pergi ke tempat di mana Friska berada.

" Gudang ini? Gue rasa gue pernah liat gudang ini sebelumnya," katanya saat sampai di depan gudang yang terlihat angker, ia mencoba mengingat sesuatu.

Namun, entahlah sepertinya Daffa lupa tentang itu, lagian untuk saat ini, mengingat tentang itu tidak lah penting. Akhirnya Daffa coba memasuki gudang itu.

" Friska!" Panggilnya, namun tidak ada jawaban.

Ia terus berjalan masuk dengan mata yang tetap mencari. Sampai matanya tak melihat ada sebuah kursi di hadapannya.

Brak!
Daffa menyenggol  kursi itu hingga terjatuh. Dan membuat suara yang begitu keras.

" Sialan, bisa bisanya gue gak liat, mana sakit lagi," ucap Daffa memegangi kakinya dengan kesakitan.

Setelah itu ia terus berjalan hingga..

" T-tolong... Tolong," terdengar suara wanita dengan lemas mencoba memanggil seseorang untuk bisa membantunya.

" Ada yang minta tolong, tapi siapa? Jangan-jangan...." Daffa kebingungan, mencoba berlari ke arah suara.

" FRISKA?!"

Luka Yang MembekasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang