LYM- enam

346 208 362
                                    

                                °°°

Hai semua!!! Jangan lupa pencet bintangnya 🌟 ya!!!

Udah follow belum?!

                                 °°°

            ••• HAPPY READING ••••

Dan saat itupun, perasaannya benar-benar sudah tidak enak, Friska sangat mengenal orang-orang yang ada di depannya, sangat tau dengan sifatnya. Mereka adalah Kirana dengan para teman-temannya.

" Kenapa Friska, bingung?" Kirana mendekat. " Atau takut?" Ucapnya tertawa begitu senang.

" Sini gue bakal jelasin, tapi mulai dari mana dulu ya?" Ia melihat ke atas, berpikir. " Oh ya, dari kenapa lu di sini kali ya? Atau dari sahabat lu yang ilang?" Kirana tertawa.

Friska langsung celingukan, sahabatnya memang tidak ada. " Sahabat gue? Lu apa in Alika sama Diana?"

" Oh, mau mulai dari situ." Ucapnya sambil menyodorkan badannnya semakin dekat dengan Friska dengan kepala yang mengangguk-angguk pelan.

Setelah itu ia menepuk tangannya, sebagai tanda untuk teman-teman nya yang berada di belakang.

teman-temannya yang sudah paham langsung keluar dari ruangan, entah kemana.

Kirana langsung menjauhkan diri dari Friska menunggu seseorang yang akan datang.

" AW, gue gak mau!" Teriak Alika kesakitan

" Sakit anjir, lepasin!" Diana mencoba melawan.

Teriakan itu terdengar oleh Friska, yang tentu saja membuat dirinya semakin tidak enak hati.

Dan tak lama orang suruhan Kirana datang kembali membawa Alika dan Diana.

" Lu apain mereka?" Tanya Friska kepada Kirana.

" Tenang-tenang gue gak apa-apa in mereka, tapi mereka yang apa-apa in lu."

" Hah." Friska tidak mengerti. Semuanya terlihat begitu rumit baginya.

" Lu tau alasan mereka bawa lu ke sini?"

Friska menggeleng dengan kuat.

" Nih gue kasih tau." Kirana mendekat pada telinga Friska. " Karena mereka gue suruh buat bawa lu masuk dalam jebakan gue." Bisiknya.

" Apa?!" Friska kaget saat mendengar perkataan Kirana. Ia langsung menatap lekat Alika dan Diana yang ada di depannya.

" Lu gak percaya? Coba tanya mereka."

" Apa ucapan Kirana benar?" Friska menatap Alika dan Diana dengan begitu lekat, rasa penasaran hadir di dalam dirinya.

" Ayo jawab." Kirana menatap Diana dan Alika tajam seperti menyuruh mereka untuk bicara.

Dengan berat Alika dan Diana mengangguk membuat mata Friska berkaca-kaca, ia tidak menyangka dengan dua sahabatnya ini.

Hening, Kirana membiarkan Friska menatap kedua sahabatnya itu dengan kecewa, dan air mata yang akhirnya mengalir membasahi pipinya.

" Oke, udah abis waktu untuk bersedihnya," ucap Kirana mengakhiri keheningan.

" Sekarang lu mau tau alasan gue kaya gini?" Kirana mendekat kembali, ia memegang rahang pipi Friska begitu kencang membuatnya kesakitan.

Friska mencoba melepaskan, tetapi percuma pegangannya terlalu kuat.

" Pertama,"

Plak!!
Satu tamparan mengenai pipi mulus Friska, Friska hanya terdiam memegangi pipinya yang terasa nyeri.

Luka Yang MembekasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang