LYM - lima

375 229 369
                                    

                                °°°

Hai semua!!! Jangan lupa pencet bintangnya 🌟 ya!!!

Udah follow belum?!

                                °°°

           ••• HAPPY READING ••••

" Assalamualaikum, Friska." Panggil Diana dan Alika di depan rumah Friska.

Tidak lama Anila membuka pintu rumahnya.

" Walaikumsalam, ada apa malam malam ke sini?"

" Hallo Tante." Mereka berdua menyalimi Anila. " Kita mau ngajak Friska main Tante, boleh?"

" Oh boleh, ayo masuk Tante panggilkan dulu Friska nya."

Mereka berdua memasuki rumah Friska, lalu terduduk di sofa, Sofanya begitu empuk ini adalah sofa favorit mereka jika bermain ke rumah Friska.

" Hai kalian," sapa Friska.

" Lu belum siap-siap?" Tanya Diana yang melihat langkah Friska, mendekat.

" Mau langsung pergi sekarang?" Bukannya menjawab Friska malah balik bertanya.

" Ya lah, masa tahun gajah bisa masuk kulkas." Ketus Alika.

Friska terkekeh. " Yaudah bentar gue ganti baju dulu." Friska kembali berjalan ke arah kamarnya.

" Jangan lama-lama Friska," ucap Diana terlihat kesal.

Friska tidak menjawab, ia hanya menunjukkan jempolnya.

Drett... Drett..
Getaran di dalam tas Alika terasa, yang ternyata berasal dari handphone nya.

Handphonenya itu menunjukkan nomor tidak di kenal, Alika pun mengangkat telepon itu, ia sudah tau siapa di balik telepon itu.

Entah apa yang Alika bicarakan dengan orang itu, tidak terdengar jelas, Alika berbicara begitu pelan.

Setelah teleponnya berakhir, muka Alika begitu murung, ia seperti tidak semangat saat ini.

" Kenapa, Lika?"

" Kita sekarang memang h-" ucapan Alika terpotong oleh Friska menyapa mereka, sambil menuruni anak tangga dengan banyak gaya.

Bruk...
Friska terjatuh di beberapa anak tangga terakhir, kakinya tergelincir membuat tubuhnya tidak seimbang.

Padahal, dirinya sudah sangat cantik dengan rambut yang sengaja ia kuncir, tetapi ia malah terjatuh membuat dirinya sedikit kacau sekarang.

" AW esh aw sakit banget," ucap Friska.

Alika dan Diana langsung datang menghampiri Friska, dengan muka yang kaget melihat Friska terjatuh.

" Friska lu ngapain duduk di situ?" Tanya Diana.

" Main tanah." Ketus Friska.

" Mana? gak ada tanahnya?" Pertanyaan ini benar-benar membuat kesal Friska, ia merasa temannya ini lemot sekali.

" Gue bercanda Diana, liat lu bisa liat kan gue JATUH." Ucap Friska dengan penuh penekanan pada kata terakhir nya.

" Lu kenapa bisa jatuh?" Tanya Alika saat membantu Friska untuk bangkit.

" Ya mana gue tau."

" Banyak gaya sih lu mah," ketus Alika.

" Astagfirullah, ada apa ini?" Ucap Anila yang baru datang.

" Anak Tante jatuh." Alika menjawab.

" Allahuakbar, keadaan kamu gimana?" Khawatir Anila memegangi semua bagian tubuh Friska, takut-takut Friska terluka serius.

Luka Yang MembekasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang