Sebulan telah berlalu. Chaeyoung dan Yeri terlihat begitu sibuk menpacking semua keperluan mereka. Yeri menghelakan nafasnya kasar tepat setelah koper miliknya terkunci dengan aman. Wanita itu bahkan langsung melempar tubuhnya ke ranjang empuknya.
"Hey jorok! Mandi dulu", ujar Jaehyun yang entah sejak kapan sudah masuk kedalam kamar Yeri. Wajar saja pintu kamar wanita itu terbuka dengan lebar.
"Nanti saja. Tulang belakangku sudah mau patah. Mana Chaeyoung?", tanya Yeri.
"Masih sibuk packing", jawab Jaehyun sekedarnya.
"Kamarmu sangat kosong ya. Mau ku renovasi kan?", tawar Jaehyun meneliti kamar milik calon adik iparnya itu. Yeri menatap Jaehyun singkat lalu mendudukan dirinya.
"Aku dan Chaeyoung hanya pergi selama 2 Minggu. Memangnya keburu?", jawab Yeri.
"Tentu. Kamarmu tak banyak yang harus diperbaiki",
"Baiklah",
"Apanya yang baiklah, Yer?", tanya Chaeyoung yang muncul tiba-tiba.
"Kakak iparku bilang ia mau merenovasikan kamarku", Chaeyoung tersenyum pada kekasihnya.
"Benarkah begitu? Wah... Bahkan kamarku saja tidak pernah ditawarkan untuk direnovasi",
"Hey barang-barang dikamarmu bahkan terlalu penuh!", protes Jaehyun pada Chaeyoung.
"Ah aku lapar", ujar Jaehyun lagi. Chaeyoung menatap pacarnya dan memeluk pacarnya manja. Sedangkan Yeri hanya menatap mereka berdua malas dan tersenyum kikuk. Bersikap seolah-olah tidak peduli dengan meraih handphone miliknya sendiri.
"Mau makan? Ayo makan diluar", usul Chaeyoung. Wanita itu lalu melepaskan pelukan Jaehyun pada tubuhnya dan beralih mendekati Yeri.
"Ayo makan bersama bertiga diluar!", ajak Chaeyoung. Yeri menggeleng menolak.
"Tidak Chae. Aku bahkan belum menyelesaikan desain cover novel terbaruku", tolak Yeri. Chaeyoung menatap Jaehyun. Jaehyun hanya mengendikkan bahunya.
"Baiklah. Aku akan membungkus sesuatu untukmu nanti. Jangan kelelahan karna Paris menanti kita besok!",
"Sana-sana berpacaran saja sana. Nikmati malam kalian...", ledek Yeri sambil menunjukan gestur mengusir kakaknya.
"Bye beruang kecilku", ujar Jaehyun sebelum benar-benar pergi.
Yeri kembali sendiri pada ruangannya saat ini. Ia kembali membuka buku sketsa miliknya mulai menyelesaikan apa yang ia gambar. Bukan... Bukan ilustrasi cover novel miliknya yang belum selesai. Tapi hanya... Hanya apa yang ia gambar sehari-harinya. Sketsa pria itu. Pria yang mengisi seluruh harinya sebelum pria itu menyerah bertekuk lutut pada kakaknya. Ia sesekali menghela nafas. Ia memilih untuk mengusaikan kikisan pensil pada bukunya itu.
"Kau menggambarnya lagi?", suara wanita itu kembali terdengar pada telinganya. Akhirnya. Setelah sebulan lamanya ibunya enggan untuk mengatakan apapun padanya.
"Eomma.. akhirnya kau selesai merajuk", Soyeon memilih untuk menghelakan nafasnya dan duduk pada salah satu sisi ranjang putrinya.
"You need to move on sayang" ujar Soyeon lagi. Yeri menatap ibunya dengan tatapan sendu.
"Aku juga maunya begitu. Jaehyun bilang padaku bahwa tepat setelah aku dan Chaeyoung pulang dari Paris ia akan melamarnya", suara Yeri putus asa saat ini. Soyeon tahu kondisi hati putrinya. Jaehyun adalah senior Yeri di tempat les bela dirinya sejak SMP. Jaehyun adalah cinta pertama kedua putrinya.
"Ia juga sudah meminta izin pada eomma dan appa, Yer. Eomma harap kau tidak terlalu berlarut dalam sakit hatimu. Dan... Buanglah buku sketsa itu", Soyeon terdengar lebih tegas hari ini. Yeri mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOM (M) JUNGRI
RandomAku dapat menyimpan semuanya sendiri. Aku akan menutup kisah ini rapat-rapat sebelum ada yang tersakiti. Tidak masalah jika aku yang menelan bulat-bulat semua rasa sakit itu. Karna aku sudah terbiasa. Aku mungkin terlihat seperti bunga mawar yang me...