"Kenapa kau meninggalkanku?", rengek Chaeyoung padanya. Yeri hanya tersenyum kecil pada kakaknya. Jelas ia menyayangi kakaknya sampai memilih untuk tersakiti selama ini. Namun Paris seolah-olah memberinya kekuatan untuk memperjuangkan apa yang ia inginkan, tak lain. Jaehyun. Selama kakaknya ada di Paris dan ia ada di Seoul mungkin kesempatan itu akan terbuka.
"Aku bahkan tidak bisa mengantarmu ke airport! Kenapa harus hari dimana aku akan tampil sih?", protes Chaeyoung lagi. Yeri tak menjawab apapun melainkan memeluk Chaeyoung erat.
"Onni. Tidak apa-apa. Kau akan baik-baik saja disini dan Jisoo akan menemanimu ok? Aku sudah mengirim pesan padanya agar ia menginap disini selama kau di Paris", Chaeyoung akhirnya menghela nafasnya sebal dan menyerah. Ia gagal menahan Yeri untuk pulang ternyata.
"Ah... Aku ada permintaan. Pada laci kedua dimeja nakasku. Tolong buang pouch berwarna pink ysl ku",
"Kenapa harus dibuang? Itu bukannya pouch kesukaanmu?", tanya Yeri bingung sambil terus mengemas barang miliknya.
"Testpack dan hasil USG ku ada disana",
'Bingo!', Yeri berujar penuh kesenangan dalam hatinya. Ini mungkin kesempatan untuknya menghancurkan hubungan kakaknya dan Jaehyun.
"Baiklah", jawab Yeri.
Tak lama setelah itu Yeri turun dengan beberapa kopernya dan seorang petugas hotel yang membantunya. Matanya menangkap sosok pria itu. Teman 72 jamnya. Ia berjalan cepat mendekati sosok pria itu. Entahlah, hatinya sepertinya lebih berat meninggalkan sosok yang ia anggap teman yang bahkan dalam hitungan hari bisa selevel dengan Park Sooyoung yang notabenenya adalah belahan jiwanya dalam persahabatan.
"Hey...", panggil pria itu padanya lalu beralih menarik koper milik Yeri.
"Kau benar-benar akan mengantarku? Sepertinya kau benar-benar menepati setiap janjimu ya?", ujar Yeri. Pria itu hanya terkekeh ringan dan mulai memasukan koper-koper Yeri kedalam bagasi mobilnya.
"Tentu. Bukannya harusnya begitu?", balas Jungkook sembari membukakan pintu mobil dimana Yeri duduk biasanya.
Biasanya? 72 jam sepertinya membawa kebiasaan baru pada pria itu. Mungkin. Hati pria itu sedikit terganggu rasanya hari ini.
"Bukankah ini aneh? Aku tidak mempunyai kontakmu sama sekali di handphoneku", ujar Yeri tiba-tiba. Jungkook ber oh ria dalam diam. Ia menatap ke arah Yeri dengan tatapan jahilnya lalu kembali pada focus pada acara menyetir.
"Benar juga. Kau akan pulang dan satu-satunya cara berkomunikasi harus lewat ponsel. Berikan ponselmu aku akan memberimu id kakao ku", Yeri terbahak.
"Seorang pria Prancis memiliki akun kakao? Tidakkah itu lucu?", Yeri kembali tertawa dengan receh humornya sendiri. Jungkook hanya ikut tertawa.
"Benar juga. Aneh jika dipikir-pikir. Hey! Tapi mau bagaimanapun aku tetap orang Korea!", balas Jungkook. Yeri mengalah dan menghentikan acara tawanya meskipun rasanya pria disampingnya memang membuatnya sering tergelitik selama 3 hari ini.
20 menit kemudian Yeri dan Jungkook mulai menurunkan beberapa koper milik Yeri. Meletakan pada trolly wanita itu dan... Ini yang keduanya tak sukai. Perpisahan... 72 jam berpengaruh sebesar ini? Paris memang ajaib! Atau... Justru sifat keduanya yang agak aneh bin ajaib?
"Hubungi aku jika ada apa-apa", ujar Jungkook padanya Yeri tersenyum mengangguk pada pria itu.
"Aku akan masuk. Selamat tinggal Cookie!",
"Apa-apaan itu Cookie? Kau pikir aku anak balita?", protes Jungkook pada saat-saat akhir percakapan mereka.
"Oh iya. Aku hampir lupa memberikan ini padamu. Jangan dibuka sekarang! Aku malu hahaha", ujar Yeri. Jungkook menerima paper bag kecil itu dari Yeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOM (M) JUNGRI
De TodoAku dapat menyimpan semuanya sendiri. Aku akan menutup kisah ini rapat-rapat sebelum ada yang tersakiti. Tidak masalah jika aku yang menelan bulat-bulat semua rasa sakit itu. Karna aku sudah terbiasa. Aku mungkin terlihat seperti bunga mawar yang me...