Part 16

902 139 3
                                    

"Eomma. Aku ingin menemui ayah kandungku. Berikan aku kontak dan juga alamatnya", Yeri muncul setelah sekian abad memilih untuk melakukan segala sesuatu di kamar. Makan di kamar, bekerja di kamar, mandi di kamar mandi dalam dan lain sebagainya.

"Akhirnya kau memunculkan diri, nak. Duduklah dulu", Kijoon berujar dengan lembut pada putrinya. Tak peduli kandung atau tidak. Yeri tetap putri kecilnya yang ia besarkan dalam didikannya.

"Appa. Aku mau kimchi bokkeumbap bikinan appa pagi ini", ujar Yeri manja pada ayahnya. Kijoon tertawa pelan dan menghela nafas lega. Bersyukur bahwa tidak ada yang berubah di antara dirinya dan juga putri kecilnya. Sedangkan Soyeon menatap Yeri khawatir tak senang dengan keputusan putrinya untuk menemui mantan suaminya tersebut.

"Kenapa kau harus menemuinya?", tanya Soyeon. Yeri menatap ibunya datar.

"Jangan khawatirkan apapun eomma. Aku senang jika aku memiliki dua appa. Itu tandanya orang yang sayang padaku semakin banyakan?",

"Yeri benar. Sudah seharusnya ia menemui James. James juga berhak atas Yeri. Meskipun aku yang paling berhak", ujar Kijoon dengan wajah kesalnya sambil sibuk memotong bawang.

"Appa memang paling mengerti!", puji Yeri dengan nada manjanya.

'Aku harus mencari tahu dengan sendirinya. Bagaimana Yerim mati dan mengapa Jungkook meninggalkannya'

......................................................................

"Maaf Kook. Yeri masih tak mau menemuimu", ujar Chaeyoung sambil berjalan pelan dan mulai mendudukan diri masuk kedalam mobil Jungkook.

"Kau siap menemuinya?", tanya Chaeyoung. Jungkook mengangguk sebagai jawaban, tak ada pilihan lain lagi selain ini. Keduanya mengenakan sabuk pengaman dan Jungkook mulai melajukan mobil miliknya.

"Sampai", ujar Jungkook sambil mencoba menenangkan dirinya tepat setelah ia berhasil memarkirkan mobilnya pada halaman salah satu rumah perkomplekan elit yang terletak di tepi kota Seoul. Keduanya turun dan Jungkook membantu Chaeyoung yang kesulitan dengan langkah kakinya.

"Maaf nona, tuan. Mencari siapa ya?", tanya seorang pelayan dengan sopan. Chaeyoung dan Jungkook berpandangan singkat.

"Lee Taeyong", keduanya menyebut nama itu secara bersamaan. Pelayan tersebut mengangguk dan mulai mempersilahkan Jungkook dan Chaeyoung untuk masuk.

"Tuan ada yang ingin menemui anda", keduanya dapat mendengar dengan jelas apa yang pelayan itu sampaikan pada si tuan rumah. Detak jantung milik Jungkook berdetak lebih cepat. Darahnya memompa berlebihan dan berpusat pada ubun-ubunnya. Ingin membunuh pria bermarga Lee itu sekarang juga rasanya.

"Jeon.... Jung.. Kook", panggil pria bernama Taeyong itu dengan gemetaran. Jungkook menatapnya tajam lalu berpaling untuk memutuskan eye contact itu.

"A.. ada apa kesini?",

"Kau tak berniat mempersilahkan kami duduk terlebih dahulu?", tanya Chaeyoung. Taeyong mengangguk sebagai jawaban lalu membawa keduanya ke ruang tamu miliknya.

"Tujuan aku kesini... Aku ingin kau menemui saudara kembar dari Yerim", ujar Jungkook to the point. Taeyong mematung tidak percaya jika persoalan kali ini bahkan masih berkaitan dengan Yerim.

"Untuk apa? Yerim sudah tenang disana"

"TIDAK MUNGKIN YERIM TENANG DISANA! IA MATI KARNA MENGGANTUNGKAN DIRINYA SENDIRI", Jungkook berteriak penuh amarah. Taeyong terdiam.

"Jika saat itu kau mempertanggung jawabkan bayi itu bukankah ia akan tetap hidup?! SADARKAH KAU?!", Chaeyoung menarik lengan Jungkook untuk kembali duduk. Jika tidak ia takut Jungkook akan menghajar Taeyong.

"AKU JUGA TIDAK MENGHARAPKAN KEMATIANNYA! Aku memang salah menariknya dan merebutnya darimu. Tapi tidak bisakah kau mengerti... Aku juga mencintainya. Aku lebih dahulu mencintainya. Ayahnya tak pernah setuju akan hubungan kami. Aku tak pernah tak mau mempertanggung jawabkan bayi itu. Bayi itu juga anakku...", suara Taeyong yang awalnya adalah sebuah teriakan perlahan mengecil dan mengecil.

"Maka bantulah Jungkook untuk menjelaskannya pada adikku",

"Kenapa harus aku?", tanya Taeyong lagi. Jungkook sontak menatapnya sengit lalu menggebrak meja ruang tamu itu dengan keras.

"Jeon Jungkook! Hentikan!", semuanya mematung. Tak ada yang sanggup mengucapkan apapun. Tampak seorang wanita dengan rambut blonde dengan mata yang sangat ia kenali. Wanita itu berjalan kearah mereka dengan senyuman lemahnya yang sulit untuk di mengerti.

"Kau... Kau masih hidup?",

......................................................................

"Aku.. dan anak ini selamat", Yerim berujar sambil tersenyum lirih pada Jungkook ataupun Chaeyoung. Tangannya digenggam erat oleh Taeyong. Jungkook masih terdiam menatap kearah Yerim dengan tatapan penuh rasa sakit.

"Aku akan menemui kekasihmu Kook. sesuai permintaan kalian. Aku akan menceritakan segalanya. Tapi... Kumohon... Jangan salahkan Taeyong dan jangan biarkan ayahku memisahkan kami lagi", Jungkook menatapnya dengan marah.

"Memisahkan? Lantas kau tak memikirkan aku dan yang lainnya? Aku hidup dalam rasa bersalahku bertahun-tahun. Keputusanku untuk meninggalkanmu saat itu bahkan masih menjadi perdebatan batinku. DAN KAU DENGAN MUDAH MEMOHON SETELAH 7 TAHUN?!",

"Paman... Jangan teriaki mommy", Jungkook terdiam menatap ke sosok putra berusia 7 tahun itu. Lalu menghela nafas kasar.

"Ayahmu berhak tahu tentang keberadaanmu. Seburuk apapun dirinya, ia menyayangimu dengan sangat. Aku dapat melihat itu setiap kali ia mengantarmu ke akademi ballet kita dulu. Hanya saranku saja. Aku tidak akan ikut campur akan hal lainnya. Point pentingnya hanya bantulah hubungan Yeri dengan Jungkook agar membaik",

"Ye... Yeri?", tanya Yerim bingung. Chaeyoung kembali mengangguk.

"Saudari kembarmu. Ia kekasih Jungkook saat ini", Yerim terdiam dan menganga tak percaya.

"Kem.. kembar?",

"7 tahun... Segeralah temuilah kekasihku. Aku akan menganggap itu sebagai penebusan dosa dari kalian berdua", Jungkook berujar dengan nada dinginnya dan segera bangkit. Pria itu membantu Chaeyoung untuk berdiri dan berjalan beriringan menuju mobil mereka.

"Yong-a... Aku..", Taeyong menggeleng pelan dan menarik tubuh istrinya untuk mendekat kearahnya. Lalu memeluk Yerim dengan erat.

"Tidak... Tidak akan lagi. Jangan takut. Ini hal yang baik. Aku tak akan lari lagi kali ini. Biarkan aku menghadapi ayahmu kali ini. Kau pun begitu. Kita akan menghadapi ini sama-sama", Yerim pada akhirnya mengangguk didalam dekapan suaminya.

TBC

......................................................................

Tahu kok chap ini pendek wkwkwk sabar ya next chap panjang kok 2000 words. Jangan lupa tinggalkan jejak... Author akan up sesuai mood aja ya Minggu ini. Tergantung sama jumlah bintang juga sih wkwk




BLOOM (M) JUNGRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang