"sayang? Kau mendengarku?", tanya Chaeyoung. Sontak lamunan Jaehyun membuyar. Keduanya tengah terduduk pada sebuah cafe dan memperbincangkan pilihan-pilihan mereka untuk acara pernikahan mereka 2 bulan kedepan.
"Ahh. Apa sayang? Maaf tadi aku.."
"Ada apa denganmu oppa? Kau sedang ada masalah?", tanya Chaeyoung sebal. Jaehyun menggeleng sebagai jawaban. Dan pria itu berbohong.
"Ini pernikahan kita oppa! Bukan pernikahan diriku sendiri! Kau juga harus ikut andil dalam memilih ini dan itu! Kena.."
"Haruskah kau menceramahiku seperti ini? Harusnya kau bersyukur aku tak banyak menuntut! Batalkan saja! Batalkan!", Jaehyun membalas ocehan Chaeyoung dengan emosi. Chaeyoung terkejut. Ini pertama kali Jaehyun membentaknya. Selama ini setiap Chaeyoung emosi atau mendumel Jaehyun akan tersenyum padanya memeluknya hangat dan meminta maaf padanya. Kedua tangan pria itu terkepal. Chaeyoung menutup mulutnya tidak percaya sampai pada akhirnya Jaehyun memilih untuk melengos pergi meninggalkannya.
"Hey? Rose? Itukah kau?", sebuah suara berat muncul. Seketika Chaeyoung menghapus wajah basahnya dengan tissue dan menatap kearah sumber suara itu.
"Ah.. benaran kau ternyata", ujar suara berat itu lagi. Pria itu bahkan duduk bersebrangan dengan Chaeyoung berjarak sebuah meja.
"June-ah... Apa kabarmu?", Chaeyoung mencoba menetralkan emosinya. June adalah sponsor terbesar event ballet dan pemilik institut seni terbesar di Asia. Tentu ia harus ramah pada pria ini. Meskipun pria ini juga sempat memberikannya luka dalam hatinya.
"Jangan tanyai aku dulu, Rose. Ada apa denganmu? Menangis tidak seperti dirimu", Chaeyoung terdiam tak sanggup menjawab.
"Hanya sedikit terluka", jawab Chaeyoung pelan. June menatap Rose sendu. Terluka. Pria itu sadar betul akan apa yang ia lakukan pada wanita ini bertahun-tahun lalu juga tentu membawa luka.
"Apa lukamu yang kali ini... Lebih besar dari lukamu saat itu", June berujar hati-hati. Chaeyoung mengendikan bahunya. Ia tidak ingin membahas hal ini. Dan June... Ia tidak sedekat itu dengan June saat ini.
"Aku harus pergi sekarang. Nikmati harimu Jun!",
"Hey tunggu! Aku...", ucapan pria itu terhenti. Chaeyoung sudah tak lagi ada dalam jangkauannya.
'Aku belum selesai mengobrol dengannya padahal',
......................................................................
Yeri tengah berkutat didapur milik ibunya dengan ibunya yang sesekali meneliti apa yang diperbuat putri kecilnya. Khawatir dapur kesayangannya akan menghasilkan bom atom dan lain sebagainya. Sekalipun Yeri mahir memasak tetap saja trauma itu sesekali masih ada karna sekalinya putri kecilnya gagal dalam sebuah masakan. Maka itu adalah gagal total. Pemandangan yang jarang disuguhkan karna biasanya Yeri akan sesekali berkutat didapurnya pada malam hari tapi kini malah siang hari.
"Selesai!", Yeri tersenyum senang melihat hasil-hasil karyanya. Kimbab dengan daging bulgogi didalamnya, gimmari, dan kimchi jjigae dengan seafood didalamnya. Semuanya ia letakan dengan rapi dalam dosirak/Bento box yang ia beli semalam.
"Ini untuk siapa?", tanya Soyeon penasaran.
"Appa dan Kookie", Soyeon menaikan kedua alisnya lalu tersenyum menggoda pada putri kecilnya.
"Banyak kemajuan sepertinya semenjak kedatangan bocah itu",
"Maksud eomma? Kemajuan seperti?",
"Jika dulu kau akan membuatkannya untuk Jaehyun kan?", Yeri terdiam mendengar nama itu. Ia kembali memikirkan sikap pria itu belakangan ini. Terkesan protektif dan berlebihan tapi... Sialnya berkat ibunya yang membahas soal Jaehyun, Yeri jadi kembali memikirkan pria itu. Yeri menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba membuyarkan pikirannya tentang betapa manisnya Jaehyun dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOM (M) JUNGRI
AléatoireAku dapat menyimpan semuanya sendiri. Aku akan menutup kisah ini rapat-rapat sebelum ada yang tersakiti. Tidak masalah jika aku yang menelan bulat-bulat semua rasa sakit itu. Karna aku sudah terbiasa. Aku mungkin terlihat seperti bunga mawar yang me...