Part 12

813 133 1
                                    

One month later

Yeri terlihat mengepack beberapa barang dalam kamar rumah sakit itu. Ia dapat melihat Chaeyoung yang tampak sedang berkutat dengan benda pipih berbentuk persegi panjang itu. Chaeyoung menggigit jarinya tanpa ia sadari. Lalu memutuskan untuk membuang kasar ponsel itu di salah satu sisi ranjang rumah sakitnya.

"Hubungi saja dia, jika kau mau", Yeri berucap pada Chaeyoung. Satu-satunya yang mengurus Chaeyoung saat ini memang Yeri. Karna kakek dari pihak ayahnya baru saja dikabarkan kritis dalam sebuah rumah sakit di Busan. Ibu dan ayahnya mau tidak mau kesana.

"Siapa? Menghubungi siapa?",

"Jaehyun", jawab Yeri. Chaeyoung menatap adiknya kesal dan menghela nafas kasar.

"Kenapa tidak kau saja? Kau kan pujaan hatinya yang baru", sindir Chaeyoung. Selalu saja jika Chaeyoung sudah menyindirnya tentang masalah itu Yeri akan kehilangan kata-kata.

"Tidak ada persoalan hati apapun antar dia maupun aku, Chae. Harusku katakan berapa kali?",

"Kau berharap aku percaya?", balas Chaeyoung sarkastik. Yeri selesai mengemas semua barang-barang Chaeyoung. Hari kepulangan Chaeyoung yang ia nantikan telah tiba.

Yeri mempersiapkan segalanya dirumah. Yeri mengundang semua teman ballerina dan ballerino Chaeyoung dan juga teman-teman terdekat Chaeyoung untuk melakukan selebrasi penyambutan pemulihan Chaeyoung. Setidaknya berharap dengan support orang-orang ini Chaeyoung dapat merasa lebih baik. Terdengar sedikit norak, tapi Yeri berusaha memperbaiki hubungannya dengan Chaeyoung yang tidak terbilang hancur ataupun rusak tapi cukup memiliki jarak dan canggung.

Satu jam kemudian kini Yeri terlihat mendorong Chaeyoung yang terduduk di atas kursi roda menuju rumahnya.

"SURPRISE!!!", orang-orang itu berucap dengan kompak, bersamaan dengan beberapa konverti yang mengarah ke arahnya.

"WELCOME HOME, ROSE!", terlihat beberapa orang yang penting bagi Chaeyoung berada disana. Jisoo, June, Sooyoung, Jennie, Lisa, Jungkook dan yang tak begitu ia harapkan. Jaehyun.

Yeri tersenyum lebar menatap kearah kakaknya. Chaeyoung tersenyum lebar saat ini. Sebulan penuh tidak ada ekspresi ini dalam wajah kakaknya. Yeri menghela nafas lega. Sedangkan salah satu dari kumpulan tamu itu terlihat Jungkook yang tersenyum begitu manis pada kekasihnya. Yeri terkekeh menatap kearah kekasihnya. Jika lupa ini adalah acara untuk Chaeyoung, Yeri bisa pastikan bahwa ia sekarang tentunya sudah berpelukan dengan pria itu.

"Ayo potong kuenya Chae!", ujar Yeri. Semua tamunya itu mengangguk dan menyoraki Chaeyoung seolah tak sabar ingin menyantap kue berlapis coklat yang begitu menggoda itu.

"Baiklah", respon Chaeyoung dengan ceria.

"Kue pertama ini untuk adikku yang paling kusayangi..", Yeri tersenyum lebar mendekati Chaeyoung. Namun langkahnya terhenti begitu saja.

"Sooyoung... Ini untukmu", sontak mata tamu-tamu yang berada disana membulat. Sooyoung menatap kearah Yeri dengan perasaan tidak enaknya. Yeri menggeleng dan tersenyum palsu kearah Sooyoung memberi isyarat bahwa ia tidak masalah dengan hal ini. Yeri dapat merasakan sebuah telapak tangan menggenggam jemari tangannya erat. Yeri menatap kearah pemilik tangan itu dan mencoba tersenyum.

"Aku baik-baik saja", Jungkook mengangguk berpura-pura percaya.

"Tentu saja. Aku ada disini kan? Kau jelas akan baik-baik saja disamping kekasih tampanmu", bisik Jungkook narsis. Yeri memukul lengan milik Jungkook gemas dan tertawa pelan. Setidaknya kini Chaeyoung sedang bercengkrama dengan tamu-tamu itu dan sesekali tertawa.

......................................................................

Hampir semua tamu sudah pulang dan hengkang dari rumah mereka. Chaeyoung menatap kearah salah seorang tamu yang tampak begitu tak tahu malu dimatanya. Pria itu masih berada di rumah ini dan bahkan duduk bersebrangan dengannya sekarang.

"Kubilang pulang!!!", bentak Chaeyoung emosi. Jaehyun menggeleng pria itu keras kepala. Membuat Yeri dan Jungkook yang duduk berdampingan dengan keduanya merasa perlu untuk menengahi keduanya.

"Chae... tenangkan dirimu", ucap Yeri.

"Harusnya kau bersyukur Jaehyun-ssi!!! Aku tidak mempermalukanmu saat tadi!", Jaehyun menatap Chaeyoung dengan tatapan yang sulit untuk Chaeyoung mengerti. Jaehyun kesal tak ada lagi embel-embel oppa dalam setiap perkataan Chaeyoung padanya. Tamparan batin yang pantas untuk pria brengsek sepertinya kan?

"Chae. Tidak bisakah kita berbicara?",

"Aku tidak mau mendengar omong kosongmu Jae! Enyahlah", Chaeyoung berusaha menggerakan kursi roda miliknya mencoba meninggalkan beberapa orang itu di ruangan tersebut.

"Aku harus bagaimana agar kau memaafkanku? Bagaimana caranya agar kau kembali padaku", suara itu terdengar penuh keputus asaan. Chaeyoung membalikan tubuhnya menatap kosong ke arah Jaehyun. Lagi. Tangisan itu kembali datang. Chaeyoung menangis sesenggukan menatap kearah Jaehyun yang bahkal berlutut kearahnya dan pria itu menangis tak kalah sesenggukan darinya. Yeri membuang muka tak ingin melihat hal itu. Tidak, bukan karna ia cemburu. Hanya saja terlalu memilukan.

"Dari awal... Hiks.. kau yang pergi", jawab Chaeyoung. Jaehyun tertunduk pasrah. Keduanya masih saling berhadapan dan menangis layaknya anak kecil yang tengah menangis ditengah proses perdamaian.

"Aku tahu... Itu salahku. Aku menghancurkan segalanya... Maka biarkan aku bertanggung jawab, Chae ", pinta Jaehyun disela-sela isakannya. Terlihat cengeng memang tapi jika kau diposisi itu. Apa kau yakin kau akan lebih kuat daripada Jaehyun saat ini?

"Kau hanya merasa bersalah padaku saat ini , Jae. Maaf aku tidak bisa", Chaeyoung berujar tegas dalam tangisannya berusaha menggerakan kursi rodanya namun gagal. Ia belum terbiasa dan tenaganya sudah disedot oleh emosinya.

"Aku akan membantu Chaeyoung. Selesaikan urusanmu dengan si brengsek itu", ujar Jungkook pada Yeri.

Jungkook berdiri bergerak cepat meraih kursi roda itu mendorong Chaeyoung. Membawa Chaeyoung pergi dari ruangan itu. Ia dapat melihat dengan jelas Chaeyoung yang masih menangis itu. Ia tak pernah tahu letak kamar Chaeyoung. Dan berakhir ia membawa Chaeyoung ke kamar milik Yeri. Mengangkut tubuh kurus itu ke arah ranjang Yeri. Chaeyoung mencoba menenangkan dirinya dan tersenyum tipis pada Jungkook.

"Terima kasih", Jungkook mengangguk sebagai respon.

"Chaeyoung-ssi. Ini hanya sekedar saranku saja. Kau boleh mendengarkanku ataupun tidak. Keputusan ada ditanganmu",

"Ya. Katakan saja", Jungkook menghela nafasnya kasar menetralkan kegugupannya saat ini. Ia jarang memberikan nasehat pada orang lain. Di tambah atas urusan percintaan. Namun ia juga tidak ingin kekasihnya terlalu lama di bawa-bawa dalam sebuah kehancuran hubungan. Jadi... Ini keputusan yang Jungkook ambil.

"Sebelum itu. Biarkan aku bertanya", Chaeyoung mengangguk sebagai tanda persetujuan.

"Kau masih mencintainya, Chae?", Chaeyoung membuang mukanya menatap kearah lain malas dengan topik yang Jungkook bahas sebentar lagi.

"Aku anggap jawabanmu masih",

"Jaehyun... Pria itu memang brengsek. Tapi, tahukah kau? Sebulan penuh kau dirawat di rumah sakit. Ia selalu menunggu kau tertidur dan mengendap-endap masuk kedalam kamarmu. Ia tak pernah meninggalkan rumah sakit. Bahkan untuk mandi saja ia mandi disana dan makan disana. Meneror Yeri setiap waktu menanyai keadaanmu. Darah pria itu... Mengalir ditubuhmu. Golongan darahmu unik, dan hanya ia yang cocok denganmu. Hampir 4/5 kantong dalam seminggu. Itu jelas berbahaya dan tidak diperbolehkan oleh pihak rumah sakit. Jaehyun memaksa dan... Ia sempat terbaring beberapa hari di sebelah kamarmu karna itu. Ia memang mengambil mimpimu tapi ia yang mengembalikan hidupmu", Chaeyoung terdiam. Sebenarnya yang membuat wanita ini marah bukan hanya karna Jaehyun yang bersikap bodoh dan menyakitinya. Tapi karna Jaehyun yang terkesan tak peduli padanya sama sekali..tidak menjenguknya, tidak peduli dan acuh padanya. Faktanya, pria berlesung pipi itu hanya terlalu pengecut dan takut akan penolakan.

"Dan hal lain yang harus kau ketahui. Aku dan Yeri. Kami berkencan. Perihal ia dan Jaehyun itu hanya sebuah kesalahan. Yang memang fatal adanya. Tapi Yeri berusaha memperbaiki segalanya", lanjut Jungkook. Chaeyoung memilih diam, mencerna semua yang Jungkook ucapkan.

"Tolong... Biarkan aku sendiri untuk saat ini",

TBC

.............................................................

Vote n komen ya! Double up!

BLOOM (M) JUNGRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang