Part 13

933 148 1
                                    

Sesudah Jungkook mengantar Chaeyoung ke dalam kamar Yeri. Tersisalah Yeri bersama dengan Jaehyun pada ruang tamu rumahnya. Yeri menatap penuh iba kearah Jaehyun yang tak pernah terlihat begitu hancur. Yeri menghela nafas meraih tubuh milik Jaehyun dan menarik pria itu untuk kembali duduk saja di sofa.

"Duduklah. Kita perlu bicara", ujar Yeri. Jaehyun mengangguk pelan sebagai respon bahwa ia setuju untuk berbicara.

"Kau masih mencintai Chaeyoung?", lagi-lagi pria itu mengangguk.

"Lalu kenapa kau begitu pengecut? Kau butuh membuktikan rasamu padanya kan? Jangan mencontohku yang seperti pengecut, Jae. Sebulan penuh kau bertingkah seperti seorang pengecut sungguhan. Kau tak berani menemuinya jadi wajar jika Chaeyoung bersikap seperti ini padamu sekarang", tegas Yeri. Jaehyun menatap Yeri penuh putus asa.

"Lantas apa yang harus aku lakukan?", tanya Jaehyun lirih. Yeri menghela nafas kasar kesekian kali. Teringat pada saat tadi ketika ia mengira bahwa adik yang ia maksud adalah dirinya. Tapi kenapa malah jadi Sooyoung yang jelas-jelas bukan adiknya.

"Entahlah. Setidaknya mencobalah untuk perbaiki apa yang kau perbuat. Kau sadar kejadian ini terjadi karna pilihanmu saat itu kan? Dan soal ciuman itu... Lupakan saja!", Yeri berlalu meninggalkan Jaehyun seorang diri pada ruang tamu rumahnya. Wanita ini memilih untuk berjalan kearah kamar miliknya. Yeri dapat melihat sosok prianya yang sedang berdiri dan menyender pada pintu kamar miliknya dan bermain dengan ponsel.

'kenapa dia tidak menungguku didalam sana saja? Bukannya ia ingin numpang tidur sebentar?', pikir Yeri.

"Hey~ kenapa kau tidak di dalam?", tanya Yeri. Jungkook menghentikan permainan game miliknya lalu mengendikan bahunya.

"Chaeyoung ada di dalam. Tidak baik berduaan dengan wanita lain ketika kau sudah memiliki kekasih", Yeri tersenyum kecil atas jawaban pria itu.

"Kekasih ya? Emang aku bilang aku mau jadi kekasihmu?", Jungkook menatap Yeri sebal.

"Katamu kau menyukaiku? Bahkan lebih?",

"Tapi tidak bilang mau jadi kekasihkan?", ledek Yeri.

"Kau menyebalkan sekali", protes Jungkook. Yeri tertawa puas lalu memeluk tubuh Jungkook manja. Jungkook menghela nafas. Jika sudah begini rasa kesalnya langsung menciut begitu saja. Pria itu memeluk tubuh Yeri erat dan mengusap-usap rambut Yeri halus.

"Kau membicarakan apa dengan Jaehyun tadi?", tanya Jungkook. Keduanya masih berpelukan.

"Tumben tidak menyebutnya si brengsek?"

"Ah iya. Kau membicarakan apa dengan si brengsek tadi?", ralat Jungkook.

"Tak banyak. Aku hanya bilang padanya jika memang ia mencintai Chaeyoung ia harus berjuang. Itu saja", jelas Yeri.

"Kau tidak menyuruhnya melupakan soal ciuman itu?", tanya Jungkook dengan nada kesalnya.

"Tentu saja ada. Lagian kenapa sih kau sensitif sekali perihal itu? Hanya sekali saja. Sedangkan kau berkali-kali kan? Bahkan ciuman pertamaku saja kau ambil", jawab Yeri. Jungkook melepaskan pelukannya dan memandang wajah Yeri serius.

"Jadi saat di Paris. Itu benaran ciuman pertamamu?", wajah Yeri memerah dan ia mengangguk sebagai jawaban. Jungkook tersenyum lebar dan kembali memeluk Yeri erat.

"Baguslah. Rejekiku itu berarti",

......................................................................

"Nah selesai!", ujar Yeri sembari mematikan hairdryer yang ia gunakan sebelumnya untuk mengeringkan rambut milik Chaeyoung.

"Aku mau berbaring", Chaeyoung berujar datar. Yeri mengangguk dan membantu Chaeyoung untuk berpindah pada kasur king size miliknya. Setelah selesai membantu Chaeyoung, Yeri ikut membaringkan tubuhnya pada ranjang king size milik Chaeyoung.

"Kenapa kau berbaring disini? Kembalilah ke kamarmu!", ujar Chaeyoung dingin. Yeri menghela nafas kasar. Rasanya ia belum benar-benar terbiasa dengan sikap Chaeyoung yang begitu dingin.

"Tidak. Aku mau disini saja",

"Jangan keras kepala! Pergi sana", Yeri menatap kearah Chaeyoung dan menjulurkan lidahnya jahil kearah kakaknya.

"Aku memang keras kepala dan kau di keras hati", balas Yeri. Chaeyoung menatapnya tidak suka.

"Apa maksudmu mengataiku keras hati?",

"Kau bilang kau menyayangiku tapi rasanya sekarang tidak ada sayang-sayangnya. Kau tidak lagi melakukan ini padaku", Yeri meraih tangan milik Chaeyoung meletakan telapak tangan milik kakaknya kearah puncak kepalanya. Menggerak-gerakan telapak tangan milik Chaeyoung. Chaeyoung segera menarik tangannya.

"Apa maumu?",

"Simpel saja. Bermain denganmu lagi kesana kemari. Makan ini makan itu", Chaeyoung menghela nafas kasar.

"Kim Yeri. Jawab aku dengan jujur",

"Apa?",

"Apa kau mencintai Jaehyun? Jangan pikirkan aku saat ini. Jika ya, maka jangan pikirkan aku lagi... Kau bol..",

"Tidak. Aku tidak mencintainya lagi Chae. Sungguh! Dan soal ciuman itu kau tahu jelas kejadian itu terjadi sebelum Jungkook kembali ke Korea dan berhasil meraih hatiku. Ayolah Chae. Tidak bisakah kau tidak membahas itu lagi? Tidakkah kau juga selalu terluka setiap membahas ini?", jelas Yeri. Chaeyoung menatap wajah adiknya dengan seksama. Mencari celah kebohongan dalam raut wajah dan pancaran mata adiknya. Sayangnya tidak ada, Yeri jujur padanya saat ini.

"Mudah bagimu untuk memintaku tidak membahas hal ini lagi, Yer. Aku juga tahu kau berusaha menyatukan aku kembali dengannya. Tapi maaf. Itu kemungkinan yang tidak akan pernah terjadi. Ia mencampakanku tepat sebelum kejadian ini terjadi, tidak masalah jika hanya mencampakanku tapi mimpiku juga ia lenyapkan", Yeri mengangguk mengerti dengan kalimat kakaknya.

"Dan kau... Aku sulit untuk memperlakukanmu sama seperti dulu lagi. Hubungan kita akan sulit untuk sama. Tapi aku akan berusaha demi eomma dan appa", Yeri tersenyum pahit. Penolakan terang-terangan dari kakaknya. Perasaan bersalahnya semakin dominan.

"Aku sudah tidak lagi bisa menari. Penghasilanku tentu akan berkurang. Aku akan mulai menjual lukisan-lukisan yang pernah kubuat. Aku akan ke Paris bersama dengan June", Yeri membulatkan matanya.

"Tidak boleh! Kau mau meninggalkanku? Chae...", rengek Yeri.

"Yeri. Kau harus mengerti. Untuk sementara Seoul memberikan aku beberapa kenangan buruk yang beruntun. Aku tidak bisa... Mengertilah", tegas Chaeyoung.

"Eomma dan appa? Mereka juga pas.."

"Mereka mengijinkanku", potong Chaeyoung.

"Bagaimana dengan June? Ia sudah menyakitimu! Ia meninggalkanmu demi kuliah dan karirnya",

"Setidaknya bukan karna wanita lain. Jangan salah paham. June hanya membantuku mengurus visa dan keperluan lainnya. Aku tidak kembali bersama dengannya. Hanya sekedar partner bisnis karna aku akan mengadakan pameran disalah satu galerinya",

......................................................................

"Kau datang?", Jungkook menyambut wanitanya dengan sebuah pelukan. Ia mencium bibir milik Yeri lembut. Yeri tersenyum kecil dengan tingkah prianya yang semakin hari semakin menggemaskan saja.

"Kook... Astaga. Nanti dulu ciumannya", Yeri berujar sambil menahan dada Jungkook yang dapat ia pastikan akan kembali menyerangnya dengan ciuman sebentar lagi. Yeri menjauhkan tubuhnya dari Jungkook dan berjalan mendekati ayah Jungkook yang masih terbaring di kamar rumah sakit yang sama.

"Ahjussi. Cepatlah bangun... Ayahku tidak sabar ingin bermain golf lagi denganmu", hati Jungkook menghangat pria itu berjalan mendekati Yeri yang berdiri pada samping ranjang ayahnya terbaring. Memeluk pinggang Yeri dari belakang dan mencium pipi kanan Yeri beberapa kali.

"Yya! Kook-ahh... Janganhh", ujar Yeri tertahan karna Jungkook menjilat dan menggigit kuping miliknya saat ini.

TBC

.............................................................

Gimana? Udah siap sama yang panas2 gak next chap? WKWKWK vote up 50++ auto up ya

BLOOM (M) JUNGRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang