Ruangan dengan lampu panggung yang memancar dengan silau itu begitu riuh. Suara tepuk tangan dan sorakan kemeriahan. Seorang wanita di atas sana melambaikan tangan kearah kursi penonton paling depan.
"Kau lihat kakakmu? Dia benar-benar cantik", ujar pria dengan lesung pipi itu. Lawan bicara yang duduk disampingnya hanya menatapnya jengkel.
"Kalian menggelikan sekali", ujar Yeri. Lalu ia meneruskan sesi tepuk tangannya dan membalas lambaian tangan kakaknya.
"Anakku! Itu anakku yang diatas sana!", ucap Kijoon atau tuan Kim terkesan pamer pada beberapa penonton yang duduk di kursi belakang mereka. Wajar saja ia begitu bangga saat ini.
"Sayang! Hentikan... Jangan membuat malu", tegur Soyeon pada suaminya. Yeri tertawa kecil melihat tingkah ayah dan ibunya.
"Biarkan saja... Lagi pula memang fakta bahwa Chaeyoung itu anakku", balas Kijoon acuh. Soyeon tertawa kecil dan mengangguk setuju. Wanita matang itu menatap kesamping kanannya memandang wajah anak bungsunya yang sumringah sambil memeluk bouquet raksasa yang membuat tubuh mungil nya tenggelam lalu memeluk putrinya hangat.
"Eomma juga tidak sabar menunggu putri eomma wisuda dan berdiri diatas panggung seperti itu", ujar Soyeon lembut pada putri kecilnya.
'astaga... Bagaimana ini? Astaga aku bahkan sudah di drop out', Yeri meracau dalam hatinya sendiri. Pikirannya langsung berubah menjadi benang kusut. Tak lama kemudian acara concert musical solo yang mereka hadiri usai.
"Putri ayah!!", ujar Kijoon lalu menggendong putri sulungnya dan berputar-putar. Persis seperti apa yang ia lakukan saat putri-putrinya kecil dulu.
"Appa!", pekik Chaeyoung sambil tertawa meminta ayahnya untuk segera menurunkannya. Yeri segera memeluk kakaknya dan memberikan buket dengan ukuran besar yang ia rangkai seharian siang ini. Chaeyoung tersenyum begitu lebar dan mengusap kepala Yeri lembut. Keanggunan ibunya turun pada Chaeyoung dan itu sangat terlihat. Bahkan jiwa seninya juga mengalir persis.
"Gumawo", ujar Chaeyoung. Sedangkan pria dengan lesung pipi itu melebarkan tangannya meminta kekasihnya untuk memeluknya erat.
'CUP!', bibir keduanya menyatu. Jaehyun pria itu baru saja mengecup bibir milik Chaeyoung didepan mereka semua. Membuat Kijoon memandang kearah istrinya.
"Sayang aku juga mau", ujar Kijoon. Pipi wanita itu merona tapi dengan tegas ia berucap.
"Ingat umur Joon-a", Yeri terbahak atas tingkah kedua orang tuanya. Membuat Kijoon mendekati putri kecilnya dan menggelitik putrinya jahil.
"Menertawai ayah ya?! Berani-beraninya",
......................................................................
Seminggu kemudian disinilah seluruh anggota keluarga kecil Kim terduduk. Yeri menggigit bibirnya beberapa kali. Ia tahu hari ini akan menjadi hari yang tidak mudah baginya. Ki Joon dan Soyeon kini bahkan menatapinya dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan padanya. Chaeyoung mencoba menetralkan emosinya dan menggenggam tangan milik Yeri lembut.
"Kau akan baik-baik saja", bisik Chaeyoung padanya. Yeri mengangguk.
"Sejak kapan?", tanya Soyeon sambil meredam emosinya. Yeri terlihat menggigit bibirnya lagi.
"Awal tahun ini eomma", jawab Yeri.
"Kenapa berhenti? Kau bahkan masih memiliki kesempatan untuk menyelesaikan skripsimu! Kenapa menyerah tengah jalan seperti ini?!", suara Soyeon meninggi.
"Sayang. Tenanglah. Pelankan suaramu", ujar Ki Joon pada istrinya. Soyeon menghela nafas kasar dan beralih menatap suaminya tajam.
"Lihat! Ini akibat kau terlalu memanjakan mereka! Kau membuatku malu Kim Yeri!", marah Soyeon pada Ki Joon dan Yeri secara bersamaan. Ki Joon menatap istrinya tidak terima.
"Aku sibuk bekerja dan kau tahu itu! Kau sebagai istri juga tidak mampu untuk membesarkan mereka dengan baik", balas Ki Joon kesal. Yeri rasa kepalanya mau pecah saat ini juga. Harusnya ini menjadi persidangan yang mempermasalahkan dirinya dan keputusannya. Tapi kenapa malah orang tuanya yang bertengkar.
"AKU DARI AWAL TIDAK MAU BERADA PADA JURUSAN ARSITEKTUR ITU. Kalian berdua memaksaku untuk melanjutkan bisnis appa. Kenapa tidak Chaeyoung saja? Ia bisa memilih apapun yang ia inginkan sejak kecil. Aku? Aku hanya boleh mengikuti jejak yang ia ambil. Apa benar aku putri kalian?",
"Kim Yeri! Beraninya kau bertanya seperti itu pada kami!", Soyeon menatap putrinya tajam. Ia benar-benar marah besar hari ini. Yeri membalas tatapan itu tak kalah tajam dengan keadaan mata berkaca-kaca. Ki Joon kembali terduduk memijit pelipisnya. Rasanya darah tingginya akan kambuh. Atau bahkan sudah kambuh?
"Masuklah ke kamarmu, Kim Yeri", ujar Ki Joon lembut dan mencoba tersenyum pada putrinya. Ia tahu putrinya sedang tertekan dan istrinya jelas sedang shock. Pembicaraan ini tidak akan menghasilkan apapun.
"Aku belum selesai bicara Joon!", protes Soyeon sambil bergerak mengejar Yeri yang bahkan sudah berlari menuju kamarnya. Chaeyoung menyusul Yeri.
"Anak kita juga tidak sedang baik-baik saja sayang", Soyeon menghela nafas lalu memilih untuk mulai menangis dan memeluk suaminya.
"Ia putri kandungku, Joon. Tapi kenapa malah Chaeyoung yang selalu membuat kita bangga?
Yeri membaringkan dirinya begitu saja pada kamar bernuansa beige miliknya. Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Perasaannya begitu kacau. Ia mengingat segala hal-hal menyakitkan yang ia pendam.
"Yer.. kau tahu kan eomma tidak bermaksud?",
"Tapi apa yang ia ucapkan juga benar, Chae! Aku tidak secemerlang dirimu dalam bidang apapun", ujar Yeri. Chaeyoung menggeleng dengan cepat.
"Tapi kau seorang pemimpi yang berani, Yer! Aku terkadang iri denganmu", Chaeyoung berucap dengan ekspresi sendunya.
"Semua yang kau hasilkan indah. Seluruh tulisanmu bahkan membangkitkan orang-orang yang merasa gagal. Maka dari itu. Teruslah gapai apapun yang kau mau", ujar Chaeyoung sungguh-sungguh.
"Apa Jaehyun juga boleh?", tanya Yeri.
"A.. apa?", tanya Chaeyoung memastikan apa yang ia dengar. Yeri menggeleng dan mencoba untuk tertawa.
"Aku hanya becanda!", jawab Yeri. Chaeyoung mencoba untuk tertawa. Meskipun tawa keduanya terdengar begitu sumbang dan canggung.
"Terimakasih Chae! Kau selalu ada untukku", ucap Yeri tulus sambil memeluk kakaknya erat.
'Sesungguhnya aku serius. Apa Jaehyun juga boleh ku gapai?', ucap Yeri dalam hati.
TBC
.............................................................
Semoga kalian suka sama book yang ini ya. Ini karya JUNGRI pertama ku. Dan aku harap para BANGTANVELVET yang membaca ini bisa terhibur. Jangan lupa vote n Komen ya agar aku up part selanjutnya lebih cepat
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOM (M) JUNGRI
De TodoAku dapat menyimpan semuanya sendiri. Aku akan menutup kisah ini rapat-rapat sebelum ada yang tersakiti. Tidak masalah jika aku yang menelan bulat-bulat semua rasa sakit itu. Karna aku sudah terbiasa. Aku mungkin terlihat seperti bunga mawar yang me...