9. Kesibukan Dan Sakitnya Andira

22.4K 1.6K 25
                                    

S
Lepasin Fahrizal!

El hanya membaca pesan itu, dia terlalu malas merespon mereka yang begitu serakah.

"Kenapa?" fokus El kini pada Andira yang lunglai setelah lama di kamar mandi.

El menyimpan bubur yang baru dia beli untuk Andira itu di nakas, di hampiri sang istri dadakannya dengan menyorot datar.

"Muntah," Andira pasrah saat El menggendongnya dan merebahkannya di kasur.

El menarik selimut hingga sebatas perut Andira.

"Bubur udah beli?" Andira melirik nakas.

El tidak menjawab, dia tahu kalau Andira tahu jawabannya.

"Jangan di buka, belum mau." tolak Andira lemas.

El tidak menurut, dia harus memaksa karena takutnya perut kosong Andira bahaya untuk kandungannya.

"Belum mau, El!" kesal Andira walau lemas.

***

Andira kembali memuntahkan bubur yang baru masuk beberapa sendok itu, rasa mual yang tidak sanggup Andira bendung.

Andira menyeka air matanya lalu bibirnya dengan nafas terengah pelan, mengabaikan El yang membantunya dari belakang.

El menggendog Andira ala pengantin, membawanya keluar rumah tanpa kata. Andira sontak bingung di sela-sela lemasnya.

"Kemana? Lemes, El."

El tidak merespon, mengabaikan beberapa pasang mata yang berpapasan. El hanya fokus pada satu tujuan.

Membawa Andira ke rumah sakit.

El memasukan Andira ke dalam mobil, mengabaikan pertanyaan dan penolakan Andira.

El sudah berhak mengatur, dia sudah memiliki status yang jelas. Dia suami Andira.

***

Andira ternyata memang membutuhkan dokter, bahkan harus di rawat selama 3 hari.

"Kemana?" tanya Andira cepat saat melihat El hendak keluar ruangan. "Ga mau di tinggal! Diem di sini!" tegasnya walau lemah.

El menghela nafas pelan, memutuskan untuk tidak keluar. El kembali sibuk dengan ponsel dan tabnya.

Skandalnya dengan Andira malah semakin panas, semoga saja Andira tidak ngeh soal kabar ini setidaknya sampai agak reda.

El tidak mau mengotori pikiran ibu muda yang tengah hamil itu.

Andira melirik El. "Lo sekarang sibuk, main ponsel, tab atau laptop." keluhnya dengan wajah di tekuk bosan.

S
Gue otw terbang buat jemput Fahrizal! Bahkan gue bakal bertindak tegas!

Me.
Silahkan.

El mematikan ponselnya dengan malas lalu menatap Andira yang sebelumnya mengeluh.

"Mau sesuatu bilang aja."

"Gue maunya lo, El." tatapan sendu itu menyorot kedataran El, berharap tembok yang datar itu runtuh.

"Gue punya lo." balas El acuh sambil melirik ponselnya yang kembali menyala.

S
kita semua kecewa sama lo, El

El kembali bodo amat.

"Belum! Lo ga mau sentuh gue, sejijik itu." kedua mata Andira berkaca-kaca.

El menghela nafas lelah, Andira lagi-lagi membahas itu. El pun beranjak dari sofa, dia duduk di pinggiran kasur Andira.

"Sembuh, biar gue bisa sentuh lo."

Andira menjatuhkan air matanya, hormonnya begitu hebat sampai membuatnya secengeng ini dan sebaper ini.

El menyeka air mata Andira. "Berhenti nangis." titahnya datar.

Ha! Andira lelah melihat kedataran El yang terasa hambar. Padahal selama ini El memang begitu, kenapa sekarang dia mulai terganggu?

Andira meraih jemari yang tengah menyeka air matanya itu. "Sibuk ngapain? Sampe gue muntah, lemes di kamar mandi pun lo ga ada kemarin." lirihnya. "Kenapa pergi ga bilang?" lanjutnya dengan suara bergetar dan agak tercekat.

"Nanti bilang." balas El singkat, menarik jemarinya yang di genggam Andira untuk kembali menyeka air mata sang istri.

"Gue takut, kemana pun lo harus bilang, sesibuk apapun!"

El mengangguk pelan, mengecup kening Andira.

One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang