20. Satu Ciuman Satu Pertanyaan

16.1K 1.2K 36
                                    

      El menyiapkan diri, dia akan menerima jika nanti di akhir Andira akan marah dan membencinya.

El tidak mau memperburuk keadaan, dia tidak mau Andira tahu dari Selly atau Fahrizal yang pasti akan di lebih-lebihkan dan berakhir dia akan di pojokan.

El begini pun karena tugasnya, karena amanat yang di berikan mendiang papanya.

Awalnya begitu,

Hingga seiring berjalannya waktu, El merasa kalau hidupnya kian berwarna. Dekat dengan perempuan hanya dengan Andira saja.

Kalau untuk s*ks pernah namun dia tidak menghitungnya karena itu hanya kebutuhan, hanya iklan lewat saja baginya.

"Siap?"

El menatap lekat Andira yang terlihat antusias, menyiapkan tempat duduk dengan karpet bulu, menyiapkan minuman dan cemilan.

El hanya bergumam menyambutnya.

El melirik perut buncit Andira, dia pun harus memikirkan soal kesehatan anaknya. Haruskah dia jujur sekarang di saat Andira masih agak rentan.

"Yang gampang dulu deh." Andira diam, berpikir.

El masih menatap dengan sesekali melirik perut Andira yang sudah terlihat jelas.

"Makanan yang paling di suka apa?"

El mendekat, mengecup bibir Andira sekilas.

Sontak Andira menepuk bahu El sebal. "Ciumnya abis beres jawab, El!" tegurnya gemas.

El cuek-cuek bebek. "Kamu." di kecup lagi bibir Andira.

"Ihh kan udah tadi! Jawabannya serius, soal makanan!"

"Kamu."

"Ihhh!" Andira mendorong bahu El yang hendak mendekat, dasar suaminya itu!

"Daging, ga suka sayur." El memberikan bonus dalam jawabannya.

Andira tersenyum merekah. "Oke, giliran kamu." balasnya.

"Mulut atau p*nis?"

Andira terbatuk-batuk setelah mendengar pertanyaan dari El yang begitu frontal.

El tetap menatap datar.

Andira meneguk air lalu menatap El dengan wajah memerah, sungguh terasa panas.

"Yang bener ahh, ga suka!" Andira memilih marah dari pada menjawab.

El tetap mengecup bibirnya.

"Giliran kamu."

Andira menghela nafas lega karena El tidak mendesaknya untuk terus menjawab.

"Siapa orang tua kamu? Waktu yang datang ke nikahan om kamukan? Aku ga tahu soal orang tua kamu, selalu aja ga jawab kalau aku tanya, sekarang harus jawab!" tegasnya.

El menatap Andira beberapa saat lalu membuka suara. "Elbarak G Jabuz, G nya Georgie.. mendiang papa Yus Georgie, mendiang mama Yevana Moren." jawabnya.

Andira kira El hanya lari dari keluarganya, ternyata El tidak memiliki orang tua?

"Yus Georgie? Om Yus? Kok aku ga tahu kamu anaknya om Yus? Aku tahunya kak Selly sama kak Tino aja, jadi yang anak cowok misterius itu kamu?"

Bukan, sebenarnya anak yang misterius itu Fahrizal. El memang di sembunyikan juga karena anak dari perempuan simpanan sedangkan Fahrizal memang hanya tidak suka di ekspos.

"Eh tunggu! Yevana? Kan istri om Yus itu tante Fadila?"

"Aku anak istri kedua." jawab El untuk menghilangkan raut bingung di wajah sang istri.

Andira diam.

El mendekat mengecup beberapa kali bibir Andira lalu kembali duduk sambil meraih beberapa cemilan.

"Jadi, om yang aku tolong waktu itu istrinya ada dua." gumamnya sangat pelan.

"Giliran aku—" El tidak tahu di mulai kapan beraku-kamu, tapi tidak buruk. "Udah cinta aku belum?"

Andira terdiam dengan jantung berdebar.

"Hm?" El menatap Andira sama lekatnya.

"Udah? Ga tahu, yang jelas aku butuh kamu, suka di peluk, suka di cium." jawab Andira agak salah tingkah.

El tersenyum samar, di raih tengkuk Andira dan menciumnya agak lama.

"Ayah dari bayi itu aku."

Andira sontak mendorong dada El saat mendengar gumaman El di depan bibirnya yang terengah.

"Ma-maksud kamu?" suara Andira agak bergetar karena syok.

"Bukan Fahrizal, tapi aku cowok malem itu." jelas El dengan masih memeluk pinggang Andira walau Andira ingin menjauh.

"Jangan ngaco!" Andira menatap El takut dan teramat syok.

El mengusap perut Andira. "Semua ada alasannya, Andira."

Andira menepis El, menjauh dengan rasa tidak percaya. "Apa alasannya? Kenapa bohong?" suaranya bergetar dengan kedua mata basah.




One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang