28. Anggota Baru.

17.3K 1.1K 23
                                    

Sabtu, 6 Mei. Dini hari.

Andira gelisah, El yang terlelap jelas membuka matanya. Gerakan kecil Andira selalu berhasil membangunkannya.

Benar-benar siaga.

"Mama, papa udah dateng?" tanya Andira lemah.

"Nanti pagi, kenapa?" El mengusap peluh di pelipis Andira.

"Kontraksi lagi.." jelas Andira, dia hanya ingin banyak orang menemaninya, menyemangatinya dan meyakinkannya kalau dia bisa melahirkan anaknya.

Cukup lama Andira selalu merasakan kontraksi yang mulai teratur hingga sabtu jam 5 pagi kurang lebih, dia semakin tidak sanggup saat merasakan panas di pinggang dan pantatnya.

"Kita ke bidan tanpa nunggu mama sama papa ya? Mereka biar langsung nyusul ke tempat aja."

"Iya." balas Andira lemas.

El berusaha tidak panik saat mendengar sesekali ringisan keluar dari mulut Andira, tangannya memegang stir satu dan yang satunya sesekali mengusap perut Andira atau pipi dan kepalanya.

Merafalkan do'a agar anaknya baik tidak membuat Andira menunggu lebih lama lagi.

"kuat, sayang." El mengecup kening Andira lalu membantunya untuk turun dari mobil dengan hati-hati.

El merapihkan dan mengeratkan jaket Andira, cuaca dini hari jelas masih sedingin malam.

Sepupunya yang bekerja sebagai bidan itu menyambut, ikut memapah Andira dan setelah sampai di ruangan mulailah memeriksa.

El menggenggam jemari Andira, mengusapnya lembut dengan mata fokus ke layar dan sesekali pada Andira.

"Ini udah pembukaan 5." jelas bidan lalu membantu Andira agar tidur menyamping ke arah kiri. "begini dulu posisinya biar cepet pembukaan selanjutnya." lanjut bidan yang ternyata sepupu El itu.

El mengusap pinggang Andira, menyeka peluhnya lalu melepaskan genggaman.

"Titip bentar, kak. Telepon dulu orang tua Andira." El pun mulai sibuk dengan ponselnya, mengabari ipar-iparnya juga.

El tahu kalau Andira ingin semua kumpul dan membantunya dengan do'a.

Tak lama setelah Atha dan Dini datang, bidan memberi kabar kalau Andira akan segera melahirkan.

Ketegangan langsung memeluk mereka, terutama El.

El meraih jemari Andira, mencoba tenang dan menyemangati Andira yang berjuang melahirkan buah hati mereka.

"Bisa, sayang."

"Eugh.. El sakit." ujarnya lirih dengan nafas tersengal.

El mengecup kepala Andira, mengusap dan memeluk sesekali kepalanya.

Intruksi bidan Andira dengarkan dengan begitu baik, air mata yang keluar dari sudut mata Andira El seka dengan cepat, tak lupa menanamkan ciuman di kening dengan tidak bosan.

"Bisa sayang, dorong lagi." bisik El yang mampu membuat Andira kembali bertenaga.

Peran suami ternyata penting di saat seperti ini, walau Andira hanya bisa mencakar lengan El hingga memerah bahkan ada yang memunculkan darah.

Andika dan Amika datang, ikut menunggu dengan cemas di ruang tunggu. Berdo'a agar semua lancar.

Tak lama dari itu,

Anita dan kekasihnya pun datang, bertepatan saat bayi itu lahir. Saat suara nyaring bayi menangis menggelegar, menyentuh hati mereka dengan rasa lega yang teramat lega.

Andira terharu di sela-sela lelah dan sakitnya, bayi merah itu diletakkan di dadanya untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini atau IMD.

El menatap haru keduanya, jemarinya mengusap bahu Andira. Mata El memerah dan berkaca-kaca. Sungguh tidak menyangka akan ada keturunan.

One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang