13. Pijat tanda kutip

26.7K 1.2K 21
                                    

     Andira mengguncang pelan bahu El, matanya masih setengah terbuka karena baru saja dia bangun dari tidur panjangnya.

"El, bangun."

Suara serak Andira menyapa telinga El, membuat El membuka matanya. "Hm?" sahutnya dengan mata sama sayu menahan kantuk dan lelah yang masih bergelantungan.

Andira mengintip selimut, ternyata sudah terpasang kaos. Barulah dia kembali menatap El penuh.

"Mau sampai kapan kita disini? Wartawan emangnya masih ada?"

El menatap Andira dengan fokus yang penuh, mengamati setiap pahatan yang ada di wajahnya dengan begitu pas.

"El?" panggil Andira saat El tidak merespon, hanya menatapnya yang justru membuatnya salah tingkah.

El mengusap bahu Andira. "Ada yang sakit? Gue ga kekencengankan semalem?" tanyanya dengan masih tanpa ekspresi.

Andira bersemu samar. "Udah baik." jawabnya singkat dan salah tingkah.

Semalam begitu panas, keduanya seolah haus dan kelaparan. Meminta lagi dan meminta lagi.

"Semoga yang semalem ga papa." El melentangkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar.

"Yang apa?" Andira mengikuti posisi El.

"Yang keluar di dalem."

Andira menciut malu, wajahnya kembali terasa panas.

Hening...

El menoleh, menatap Andira yang tengah menatap langit-langit kamar. "Kok diem?" herannya.

Andira menoleh, membuat keduanya kini beradu pandang. Sontak dia menelan ludah.

El tersenyum samar, mendekati Andira lalu mengecup singkat bibirnya. "Mandi dulu, nanti giliran." setelahnya dia beranjak turun dan menuju kamar mandi.

***

El menuntun Andira meninggalkan lobi hotel, saatnya dia pulang dan melihat langsung keadaan di apartemen Andira.

"Ga mau pulang ke Indo?" El bersuara setelah keduanya sudah berada di mobil.

Andira memasangkan sabuk pengaman sambil menggeleng. "Ga mau, belum siap." jawabnya.

El menyalakan mesin mobil. "Visa kita masa berlakunya mau habis, seminggu lagi." jelasnya.

"Perpanjang aja."

El menghela nafas. "Negara ini bikin lo sakit, Andira. Mental lo juga harus sehat." sebenarnya dia ingin kembali ke Indonesia.

"Tapi kalau pergi—" Andira menjeda ucapannya. "Gue ga bisa ketemu ayah bayi." lirihnya.

El terhenyak sesaat. "Bukannya lo ga butuh—"

"Dia harus tahu bapak aslinya, El. Setelah itu kita bisa bawa dan urus dia berdua kalau lo bersedia."

El melirik Andira sekilas. "Hm." responnya.

"Sekarang, fokus nyetir aja."

"Hm."

"Nanti cari Fahrizal, sekarang gue udah siap ketemu."

***

El membukakan pintu mobil untuk Andira sambil mengedarkan pandangan, sepertinya sudah tidak ada wartawan.

One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang