16. Andira Terluka

18.2K 1.2K 15
                                    

"Ahh.. Sakit, El."

"Tahan, sebentar lagi."

"Ahss, ga kuat."

El tetap fokus menggerakan jemarinya, menekan sesekali.

"Stop-stop!"

El menyudahi, meraih penutup luka dan menempelkannya di telapak kaki Andira yang tergores pecahan kaca setelahnya merapihkan kotak obat di sampingnya.

"Ga berperasaan! Tadi itu sakit!" bibirnya bergetar dengan tatapan menajam marah.

El tidak merespon, dia beranjak untuk menyimpan kotak obat itu ke tempat semula.

Andira beringsut mundur, membawa tubuhnya untuk bersandar di kepala ranjang hotel mewah itu.

"Jadi papa sama mama kapan pulang? Udah bosen di sini."

El menghampiri Andira, menyandarkan tubuhnya juga di atas kepala ranjang.

"Kita honeymoon dulu, mereka tahunya gitu."

"Honeymoon tuh bukan kayak gini! Masa cuma diem di hotel."

El menatap Andira lekat, membuat Andira gugup.

"Kata siapa kita diem aja di sini?"

Andira menggigit bibir bawahnya, sambil menatap El usil dan seksi. "Ah iya, kita mau itu ya?" diusap dada El, menepuknya seolah ada debu.

El menjauhkan jemari nakal itu, sepertinya saat ini yang muncul Andira si mesum.

"Gimana kakinya?"

Andira sontak berekspresi murung. "Sakit banget." adunya sambil pasrah saat El menarik kepalanya untuk bersandar.

"Ceroboh!"

Andira memejamkan matanya saat nyaman mulai menjemput, mengabaikan El yang mengatainya ceroboh karena memang nyatanya dia ceroboh.

***

Andira menggeliat dari pelukan El, menjauh hanya untuk meraih air di nakas lalu kembali mendekat pada El.

Keduanya tengah nonton, untuk melakukan kewajiban suami-istri rasanya mereka masih lelah.

"Kasihan, cinta ga selamanya indah." ceplos Andira seraya jemari mulai menjejali mulutnya dengan makanan ringan.

El tidak merespon, dia hanya fokus memperhatikan alur film.

"Oh jadi si cowok sakit.." kepala Andira mangut-mangut mulai paham.

Mereka terdiam, hanya ada suara dari film yang mengisi ruangan.

"Ck! Tragis hiks ga suka." Diseka air matanya yang jatuh.

El masih diam, Andira pun kembali diam walau sesekali menyeka air matanya.

"Ga suka banget sama dia, keluarga macam apa yang bahagia di saat yang lain berduka? Gila kali ya!" amuknya dengan kembali menyeka air matanya.

El tetap diam.

"Kalau gue sih nyesel parah, ahhh! Kasihan mereka."

El pun menoleh, mengecup pipi Andira singkat. "Fokus, Dira. Jangan bawel." balasnya.

El menyeka air mata Andira, dasar si lebay! El mana ada tuh sedih-sedihnya karena dia tahu kalau film hanyalah fiksi, hanya untuk sekedar hiburan di waktu luang.

"Gimana ga bawel! Mereka bikin sedih sama kesel." tunjuknya pada televisi dengan kesal namun juga sedih.

El mengusap kepala Andira. "Kita cari yang lain." diraihnya remot lalu mulai mencari.

Andira menyandarkan pipinya di dada bidang El, ternyata asistennya itu begitu nyaman.

"Jadi, honeymoonnya cuma begini?"

El menghentikan gerak jemarinya lalu menoleh pada Andira.

"Mau yang lain. Emang ga cape?"

"Cape sih.."

El mengecup kening dan hidung Andira lalu kembali memilih acara televisi yang menurutnya tidak akan membuat Andira menangis dan kesal.

Andira tersipu dengan jantung berdebar, tidak menyangka kalau dia dan El akan seperti ini, seintim ini.

***

El membuka matanya, suara televisi menyambut dengan Andira yang nyaman memeluknya.

El melepaskan pelukan Andira, mencari remot dan setelahnya mematikan televisi.

El memutuskan turun, meraih sebungkus rokok lalu di bawa ke balkon dengan ponsel tidak lupa dia bawa.

Sudah cukup lama pesan dari seseorang tidak masuk, membuat El semakin waspada. Makanya dia ingin pulang ke tanah air, agar Andira tidak hanya di jaga olehnya saja.

El akan menghubungi teman-temannya yang memang beberapa ada yang menjadi preman, anak geng dan anak tongkrongan lainnya.

El mematikan ponsel setelah semua dia kirimi pesan.

El meraih rokok, menyalakannya dan menghisapnya dengan tenang hingga tanpa sadar hampir setengah bungkus dia menghabiskan rokok dengan pemikiran yang tidak pernah diam.

El harus menghentikan mereka karena Andira tidaklah salah.

El menoleh cepat saat Andira memeluknya dari belakang. "Gue itu penakut, kenapa ditinggal sen-mph"

El terus menyecap bibir candu Andira, mengusapnya dengan lidah.

El merambatkan kedua tangannya ke pinggang Andira, terus ke pantat dan paha bawahnya lalu dia angkat untuk dia gendong.

Andira melenguh, pagutannya sempat terlepas namun El kembali menyatukannya.

El membawa Andira masuk, merebahkannya di kasur.

"Kakinya sakit, badan ikut sakit, El."

El memeriksa kening Andira yang ternyata panas, istrinya demam. El beranjak, gairahnya menguap begitu saja.

El memperhatikan luka di kaki Andira yang masih saja basah dan menganga, sepertinya harus ditangani pihak yang seharusnya.

"Kita ke dokter."

"Tapi-"

"Lo panas." El berlalu meraih jaketnya dan jaket Andira.

"El, besok jug-"

"Pake."

"Tapi, El-"

El langsung memakaikan jaket itu pada Andira, tandanya dia tidak mau di bantah.

One Night Stand (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang