17|Pengorbanan

336 33 3
                                    

Di bawah rembulan yang masih bertahta di gelapnya malam, seekor kuda berpacu dengan cepat. Layaknya perlombaan, Defras membiarkan kudanya berlali tanpa jeda menuju kediaman Jouse. Tak ada waktu esok hari untuk menjalani misi pencarian gadis yang pertemuan pertama menarik hatinya.

Defras akan memberitahu Hans bahwa ia pun berguna dalam pencarian ini, karena Defras telah memiliki informasi di mana keberadaan Ajeng. Kuda pun dihentikan tepat di depan gerbang rumah yang kini terbuka lebar itu.

Defras keheranan, ia berjalan masuk ke halaman rumah dan di sana matanya melihat kejadian menegangkan. Di mana beberapa pria Belanda berpakaian misterius menodongkan senjata pada tiap-tiap anggota keluarga Jouse, termasuk Hans dan para jongosnya. Mereka tengah berdebat, Defras bingung apa harus ia ikut campur?

"Saya tekankan pada kalian, pulang ke negara asal atau mati di negeri orang lain oleh tangan bangsamu sendiri."

Defras sedikit tercengang mendengarnya. Sesuai dengan dugaan, bahwa keluarga Jouse pun ikut ke dalam masalah ini dan menerima ancaman.

"Apa hakmu atas hal itu?!" teriak Hans penuh emosi.

"Hans, jangan emosi," ucap pelan tuan Jouse.

"Kami hanya mendukung seseorang yang sudah kami anggap keluarga sendiri, dan itupun sesuai dengan kebenaran. Ada yang salah dalam hal itu?" Anne bertanya dengan nada tinggi, matanya berkaca-kaca. Bukan karena takut, akan tetapi karena kecewa akan bangsanya sendiri.

"Diam kau wanita—"

"Kau yang harusnya diam!" Pada akhirnya Defras akan ikut campur dalam perdebatan itu. Dia berseru seraya melangkah berani ke arah mereka.

Tampak Hans meringis atas tindakan bodoh Defras. "Defras, pergi saja dari sini! Jika saya mati, maka kau yang akan mencari Ajeng!"

Defras menoleh pada Hans. "Kau pikir pengorbananmu itu keren? Dan satu hal, saya melakukan ini untuk orang tuamu dan para manusia tidak bersalah itu." Dagunya mengkode pada sekumpulan jongos yang berlutut tak berdaya karena ditodong senjata.

"Waw!" Sebuah tepuk tangan terdengar dari salah satu pria misterius tersebut, sepertinya dia adalah ketua dari komplotan ini.

"Dua pria tengah bersaing menjadi pahlawan! Mengesankan," katanya. Lalu pria itu melirik Defras. "Kau seorang prajurit, tapi melakukan pengkhianatan."

"Lalu, apa bedanya dengan kau?" Dafras sangat tak mau kalah.

"Saya hanya membungkam mulut orang-orang pengkhianat seperti kalian!"

Defras terkekeh geli, sehingga membuat orang-orang di sana menatap heran. "Melawan pengkhianatan dengan cara mengkhianati. Lucu sekali."

Tampak pria yang beradu agumen dengan Defras itu semakin emosi, lantas membuat ia mengacungkan senjata pada Defras. "Ancaman ini pun berlaku untukmu!"

Defras mengangkat sebelah alisnya seolah tertantang, dengan seperkian detik kakinya menyerang sehingga senjata yang ada di tangan pria misterius itu terjatuh dan lalu tangan Defras memberikan tinjuan di bagian rahang.

"Oh, shit!" geram pria itu.

Dor!

"Tidak!" jerit Anne tepat sebuang peluru keluar menyerang salah satu jongos.

Defras berdesis atas jatuhnya korban, sungguh tega sekali mereka. "Hey! Lihatlah ke mari, janganlah kalian menyerang orang-orang tidak bersalah itu."

Defras berhasil mengambil senjata yang jatuh tadi lebih dahulu dan lalu menodongkannya pada sang ketua yang tadi mengacungkan senjata padanya. Melihat hal itu, para pria misterius lainnya sempontan menodongkan senjata pada Defras, terdapat banyak peluru yang akan menyerang Defras di segala sisi.

Nona Inlander [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang