18. tipe pria tina

1.7K 407 149
                                    

pengen bgt deh pagi2 ada yg liatin tante kek gini 🙄💭

Philipp POV

Aku melirik Tina dari kaca spion, tanpa sadar tersenyum tipis.
Senyumanku ini terbit bukan tanpa alasan.
Semalam aku melihatnya jatuh tertidur di atas kursi setelah dia selesai makan.

Aku pikir Tina akan langsung kembali ke kamar dan tidur di sana, ternyata dia tertidur begitu aku mengecek kenapa tiba-tiba suasana menjadi hening di antara kami.

Perempuan itu tampak lelap, mungkin karena lelah seharian bekerja. Aku sudah berusaha membangunkan Tina untuk melanjutkan tidur di kamarnya tetapi tidak berhasil.

Tina malah semakin meringkuk di atas kursi walaupun kelihatan tidak nyaman.

Semalam aku menatap telapak tanganku sendiri yang tidak sengaja memegang payudaranya agar tidak terjatuh karena kakinya yang keram.

Merasa antara beruntung dan tidak beruntung dua kejadian berlanjut dalam hitungan detik.

Wajahnya jatuh ke atas pahaku, dan yang tidak aku pernah bayangkan sebelumnya adalah tubuh kami menumpuk karena Tina kehilangan keseimbangan ketika dirinya hendak berdiri.

Wajahnya di atas tubuhku tampak merah dan terlihat kaget, bibirnya, aku menatapi bibirnya yang sedikit terbuka. Bayangan bibirnya yang berada di atas wajahku mampu memenuhi pikiranku.
Sehingga semalam aku tidak bisa menahan godaan untuk menciumnya.
Pengecut memang.
Aku melakukan tindakan tidak terpuji di mana mencium bibir perempuan yang sedang tertidur.

Pagi ini merasa antara menyesal dan tidak menyesal telah melakukan hal tersebut. Semoga saja Tina tidak menyadari tindakan pengecutku itu.

"Aduhh..!" Pekik Tina karena aku tidak melihat ada polisi tidur di depan.
"Maaf, maaf" Ucapku kaget lalu mengerem pelan tapi mendadak.
Yang terjadi berikutnya, tubuh Tina maju sehingga menubruk punggungku dari belakang.

Glek...
Aku menelan ludah, terasa kekenyalan dari anggota tubuh Tina yang menabrak punggungku.

"Elu sengaja ya?!" Bentak Tina sambil memukul pundakku.

"Bawa motornya yang bener dong!!" Lanjutnya dengan suara yang terdengar kesal di belakang.

"Maaf, maaf" Balasku lagi sambil membuka kaca helm.

"Berenti di depan, pinggirin motornya sini biar gue yang bawa" Suara Tina di belakangku masih terdengar kesal, aku meliriknya lewat kaca spion, wajahnya cemberut dengan bibir melengkung ke bawah.

"Bisanya apa sih lu? Bawa motor matic yang gampang aja gak bisa, polisi tidur yang gak salah apa-apa main di terjang aja" Suaranya masih terdengar kesal.

Aku memelankan laju kendaraan tetapi tidak berhenti seperti yang di minta Tina.

"Gue bilang berenti, sini gue yang bawa motornya" Tina kembali menepuk pundakku.

"Tanggung, biar saya yang bawa" Kataku dengan ringisan di wajah.

"Ngeyel banget di bilangin, berenti gak" Tina membenturkan helm kami.
Kepalaku maju ke depan akibat benturan helmnya dari belakang.

"Tina, jangan bergerak-gerak, kita sebentar lagi sampai" Kataku memberi alasan.

"Lagian bawa motornya yang bener, kaya bocah baru belajar aja" Balas Tina.

"Sabar-sabar" Tanpa sadar tanganku menepuk-nepuk lututnya.

"Idih, apaan sih pegang-pegang" Tina kembali membenturkan helm kami.

Sekali lagi kepalaku maju ke depan dan merutuki diri sendiri kenapa bisa reflek menepuk lututnya.

Sepanjang sisa perjalanan kami lalui dalam diam, memang biasanya juga kami tidak pernah bercakap-cakap ketika berkendara.

My Ex Step BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang