5. bantu philipp packing

2.1K 447 162
                                    

laki2 made in jerman emang bikin meleleh 😍 jadi inget dek dimas yg produk jerman juga 🤭

Tina POV

"Bawa yang perlu aja" Kataku setelah melongok ke dalam kamar Philipp sore harinya.

Setelah meminjam uang ke sana-sini dengan menebalkan muka alias tidak tahu malu dan berjanji akan mengembalikan secepatnya, akhirnya terkumpul juga uang untuk membeli satu tiket tambahan buat Philipp.

Semoga saja ide Irma menjadikan Philipp model produk kami membuahkan hasil. Kalau tidak, entah uang darimana lagi kami mengembalikan uang tiketnya.

Masa mau gali lubang tutup lubang?

"Pokonya Philipp itu jaminannya elu ya Ir, kalau dia gak bisa menghasilkan uang sebagai model, gue bakalan ngegadein kamera elu" Kataku setelah menyenderkan punggung di dinding depan kamar Philipp.

Menjadikan Philipp model adalah gambling, resikonya besar, belum tentu dia bisa bekerja membantu kami.
Penghasilan kami berdua saja pas-pasan dan sekarang kami mengambil satu orang yang tidak mempunyai modal sama sekali sebagai karyawan.

Philipp bisa di katakan karyawan bukan ya? Karena tidak mungkin dia mitra kerja kami apalagi penanam saham.
Penanam saham apaan, beli tiket sendiri aja tidak mampu sampai aku harus pinjam duit ke sana-sini.

Aku menghela nafas dari mulut dengan kasar.

"Elu boleh ngegadein motor gue, elu boleh ngegadein rumah emak gue, elu boleh ngegadein ginjal gue, asal jangan elu coba-coba sentuh kamera gue Tin" Ucap Irma dengan berapi-api.
Mungkin dia kesal karena sedari pagi aku sudah mengingatkannya berkali-kali.
Dan yang lebih jelasnya lagi karena aku mengungkit akan menggadai kamera kesayangannya.
Bagi Irma apapun boleh di senggol kecuali kamera.

"Motor elu mana laku di gadai, yang ada juga gue musti ngasih uang dulu buat nyogok orang gadainya" Balasku.

Irma tidak menanggapi perkataanku, ku lihat dia serius melongok ke dalam kamar Philipp.

"Kita gak bantuin dia berkemas Tin?" Tanyanya dengan wajah normal, Irma memang seperti itu, mood nya gampang sekali berubah. Barusan kesal, belum ada hitungan menit dia bisa tertawa.

"Elu aja, gue sih ogah masuk ke kandang babi" Tolakku dengan tubuh bergidik karena melihat secara jelas kotornya lantai kamar Philipp efek dari matahari sore yang bersinar.

"Kita bantuin lah Tin, lama banget berkemasnya udah hampir setengah jam, apaan aja sih yang dia bawa?" Irma terlihat tidak sabar setelah melirik ke pergelangan tangannya.

Aku menghela nafas panjang, entah sudah berapa ratus helaan nafas panjang keluar dari mulutku sejak aku bertemu dengan Philipp.

Akhirnya aku melangkah masuk ke dalam kamar, mengingat riwayat Philipp yang tidak bisa apa-apa, aku jadi yakin dia juga tidak bisa berkemas walaupun hanya sekedar memasukkan pakaian-pakaiannya secara asal ke dalam koper.

Tanganku mengusap hidung yang tiba-tiba gatal karena mencium bau aneh ketika sudah berada di dalam kamar Philipp. Kepalaku mendadak pusing melihat isi kamarnya yang tidak layak di huni.

"Ya ampun, dari tadi dia ngapain aja sih?" Tanya Irma heran begitu melihat Philipp yang duduk di tepian ranjangnya.

"Kamu udah packing belum?" Tanyaku dengan satu tangan menutup hidung.
Kok bisa ya dia tidur di kamar ini?
Sumpek, kotor, lantainya di penuhi sampah, hanya ranjang saja yang terlihat kosong dan bisa di bilang sedikit bersih.
Kolong ranjangnya? Kulihat banyak plastik berserakan.
Aku yakin apabila mengangkat satu barang dari lantai itu aku menemukan sarang kecoa.

My Ex Step BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang