pas tante pajang photo ini, tante ga sadar nelen ludah, pdhl photonya biasa aja ya
wkwkwkw 😅😆Philipp POV
Aku sudah tidak dapat menahan diri lagi. Apa yang aku tahan setengah mati akhirnya kalah ketika melihat Tina pagi ini.
Dan keinginanku untuk menciumnya karena di sebabkan oleh suatu hal lainnya yang ingin aku ketahui.
Bibirku langsung menghisap bibir Tina dengan hisapan penuh hasrat, aku ingin memberitahukan padanya kalau diriku, tubuh ini, bibir ini merindukannya.
Tina memberikan reaksi terkejut seperti yang aku duga, walaupun sebelumnya aku pikir dia akan mendorongku seperti yang pernah dia lakukan waktu aku hendak menciumnya di depan kamar mandi rumah mutter.
Hisapan bibirku di bibirnya perlahan kecepatannya berkurang. Aku ingin meresapi kelembutan bibir Tina.
Tanganku mengusap punggungnya lembut, tubuh Tina yang tadinya kurasakan tegang perlahan berkurang.
Tina membalas ciumanku, aku tersenyum tipis, rasanya senang.
Walaupun aku tahu, Tina hanya sekedar membalas ciuman bukan membalas perasaanku.Aku semakin merapatkan tubuh kami, kedua tangan Tina mencengkram kaus yang aku kenakan.
Bunyi suara decapan dua bibir yang bertemu terdengar.
Aku mengerang pelan di sela-sela ciuman kami ketika lidahku masuk ke dalam mulut Tina.
Dengan wajah menunduk dan mata perlahan memejam aku menikmati apa yang sedang kami lakukan.
Rasanya seperti ini, berciuman dengan Tina dalam keadaan sadar.
Hisapan kembali terjadi, kali ini aku menghisap bibir bawah Tina dengan rakus.
Tina mendongak tinggi, kedua tangannya kurasakan melingkar di leher belakangku. Bibirnya membalas hisapanku.
Rasanya tidak bisa aku ungkapkan, dadaku bergemuruh dengan detakan jantung berdetak kencang.Tanganku turun memegang bokong Tina lalu merapatkan kedua pinggul kami.
Aku sangat-sangat berhasrat, Tina tersentak, aku tahu dia merasakan bukti hasratku yang sudah sangat keras di bawah sana."Saya ingin kamu Tina" Ucapku serak di sela-sela ciuman kami.
Mata Tina melebar kaget. Bibir kami terlepas. Tangannya mendorong tubuhku ke belakang.
"Ha?" Tanyanya bingung.
Aku kembali mencium bibirnya berkali-kali.
Kepalaku rasanya ingin pecah karena menahan hasrat yang sudah hampir meledak.
Ciuman aku akhiri, kening kami menempel, tangan kananku menangkup wajahnya.
Aku kembali mencium bibir Tina dengan lembut dan hati-hati.
"Ingin memiliki kamu sepenuhnya" Ucapku setelah bibir kami terlepas.
"Ha? Mana bisa" Tina kembali mendorong tubuhku ke belakang dengan sekali dorongan.
"Saya tahu, kita..."
"Ibu bakalan ngomel kalau tahu" Tina memotong perkataanku.
"Saya tidak peduli" Kataku dengan menarik pergelangan tangannya ketika Tina hendak melangkah.
"Kita gak boleh begini" Tina menghentakkan tanganku sehingga terlepas.
"Kita gak bisa begini" Ucap Tina lagi.
"Kenapa?" Tanyaku tidak mengerti.
Tina menatapku lama.
"Apa karena kita dulu bersaudara?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Step Bro
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 20/2/22 -