28. ini bukan mimpi di pagi hari kan?

2.4K 453 156
                                    

beneran deh, ngapa sih pose2nya anak didik tante suka bener posenya mamerin ketek 🧐🙄😑

Tina POV

"Jadi elu tau Philipp kost di mana?" Tanyaku pada Irma yang sedang memeriksa sweater sebelum di bungkus ke dalam plastik.

"Ya gitu deh" Jawaban acuh tidak acuh Irma membuatku meradang.

"Di mana?" Tanyaku lalu berjalan mendekat.

Irma mendongak dengan tatapan jenaka.

"Di sebelah" Jawab Irma singkat.

"Ha?" Kepalaku menoleh ke arah kamar sebelah yang di tunjuk oleh Irma.

"Dia sekamar sama bang Affan?" Lanjutku kaget.

"Ya nggaklah, gila aja sekamar, bang Affan udah gak ngekost lagi di sini" Jawab Irma.

"Kok reaksi elu kaget gitu, emangnya dia gak bilang ngekostnya di mana ke elu sama ibu?" Tanya Irma kemudian.

"Kalau gue tau juga gak bakalan nanya ke elu dan gak bakalan kaget gini" Jawabku ketus.

Sudah tiga hari Philipp tidak tinggal bersama kami, dan sejak itu pula ibu selalu menyalahkan aku karena menurut ibu, Philipp pindah karena aku terlalu galak padanya.

Gimana gak galak? Masa aku harus memperlihatkan perasaanku sebenarnya pada mantan saudara tiriku itu? Terus kalau ibu tahu aku suka Philipp dan menyebabkan dirinya kaget, gimana?

Aku harus memendam perasaanku rapat-rapat atau lebih baiknya aku harus menghilangkan perasaan ini pelan-pelan.

Kayanya lebih baik seperti itu, kalau ibu tahu atau lebih parahnya Philipp tahu perasaanku akan bikin runyam.

Mantan saudara tiri menjadi kekasih, apa kata vati?

Tanpa sadar aku menghela nafas panjang dengan pundak merosot.
Mataku mengedar mencari keberadaan sosok Philipp yang sejak tadi tidak terlihat.

"Philipp lagi beli sarapan, tadi dia bilang ke gue pas papasan di depan" Irma berkata seakan tahu apa yang sedang aku cari.

Pundakku semakin merosot mendengar perkataan Irma, aku menyadari sejak Philipp pindah, kami jarang mengobrol.

Apabila aku hendak menyapanya, Philipp seperti menghindar. Aku harus mencari cara agar dapat berbincang dengannya.

"Beli apa Phil?" Tanya Irma.

Aku memutar tubuh ke arah pintu di mana Philipp masuk sambil menyisir rambut coklatnya.

Mantan saudara tiriku terlihat menawan seperti biasanya. Malah terlihat semakin menawan, apa karena kami sudah tidak pernah serumah ya?
Apa yang biasa kita lihat jadi terlihat berbeda.

"Nasi uduk, mau?" Philipp mengangkat plastik yang dia pegang ke arah Irma.

"Gak beli gorengan?" Tanya Irma lagi.

"Nggak" Jawab Philipp singkat sambil berjalan melewati kami ke arah dapur kecil tanpa menoleh atau melihat ke arahku.

Pundakku semakin merosot ke bawah, apa yang aku harapkan sih?
Philipp menegurku? Atau Philipp mengedipkan matanya padaku?

Sadar Tin, mana ada orang yang mau melakukan hal tersebut setelah elu mengeluarkan kata-kata yang terdengar mengusirnya dari rumah.

Philipp mengambil duduk di samping Irma persis sehingga lutut mereka berdua bersentuhan.

Mataku fokus melihat ke arah lutut Philipp dan sepertinya pria itu tidak ada niat untuk bergeser atau bergerak menjauh dari Irma.

Aku berdiri dengan dengusan pelan, berjalan ke arah meja kerja dengan langkah gontai.

My Ex Step BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang