ga ada yg nongollll, tante kecewa zoom sampe polll 🙈😩
Tina POV
Tanganku mengusap kening lalu memijit-mijit pangkal hidung, rasanya enak sekali walaupun rasa pusingnya tidak terlalu berkurang banyak.
Sudah dua hari berlalu sejak Philipp tinggal bersama aku dan ibu, selama tuan besar berada di rumah, aku tidak pernah berhenti menyuruhnya bersih-bersih.
Sekarang targetku adalah membuatnya bisa mengerjakan pekerjaan rumah, setidaknya bisa menyapu tidak perlu mengepel karena aku harus mengajarinya satu demi satu.
Lucu juga ketika melihatnya menyapu seperti saat ini, aku memang menugaskan dia untuk menyapu rumah sebelum kami pergi ke tempat kerja.
Gerakannya canggung, tetapi sudah lumayan ketimbang pas pertama kali dia memegang gagang sapu dengan wajah bingung dan bertanya apa fungsi kayu yang ada rambutnya itu.
"Mister, mister ngapain?"
"Mister di sini jadi pembantu ya?"
"Rajin banget pagi-pagi nyapu"
Philipp tersenyum pada mereka sambil melambaikan tangan.
"Ini bocah-bocah pada ngapain sih seneng banget ngumpul liatin om Philipp, memangnya om Philipp sarimin?" Ibu mengusir anak-anak yang selalu berkumpul apabila Philipp berada di teras rumah kontrakan kami.
Adanya Philipp di rumah kami memang pemandangan tidak normal di daerah padat penduduk di tempat kami berada, mana ada bule yang tinggal di rumah kontrakan tiga petak seperti dirinya.
Apalagi melihat pemandangan bule sedang menyapu, yang pasti menjadi pemandangan aneh tapi nyata."Sarimin apa mutter?" Tanya Philipp dengan wajah polosnya, aku yang sedang mengelap kaca jendela terbatuk karena tersedak.
"Hiburan orang-orang menengah ke bawah, nanti kalau sariminnya lewat ibu kasih tau hehehe..." Ibu meringis sambil melirikku.
"Nih sarapan dulu, mau pisang goreng apa nasi uduk?" Tanya ibu memberikan Philipp pilihan sebelum meletakkan dua piring ke atas meja kecil di teras.
Selama dia di sini, mantan saudara tiriku ini kalau di tawarkan makan pasti langsung menghabiskan semua makanan yang ada, padahal salah satunya adalah jatah makananku.
Mau marah ya tidak bisa, akhirnya ibu selalu menawarkan pilihan terlebih dahulu agar dia tidak langsung menghabiskan semua makanan yang ada.
"Nasi uduk aja mutter, saya suka" Jawab Philipp sambil meletakkan sapu di pojokan dekat pintu.
Bibirku melengkung ke bawah, padahal aku ingin sarapan nasi uduk hari ini. Seharusnya ibu menawarkan dulu padaku bukan ke Philipp atau seharusnya ibu menanyakan pada kami mau sarapan apa agar kejadiannya tidak berulang seperti ini lagi.
"Pisang gorengnya punya Tina ya, jangan di makan juga" Pesan ibu sebelum masuk ke dalam rumah.
"Iya mutter" Sahut Philipp senang.
"Sini Tina kita sarapan dulu" Philipp menyuruhku bergabung dengannya sambil tersenyum lebar.
Aku berjalan mendekat setelah membersihkan tangan lalu mengambil duduk di kursi teras yang sempit.
Philipp makan dengan lahapnya, mantan saudara tiriku ini kalau di perhatikan sepertinya berat badannya naik selama tinggal bersama kami, wajahnya tidak lagi terlihat tirus seperti waktu pertama kali kami bertemu.
Jelas saja gemukan, kerjaannya kan menghabiskan jatah makananku."Hari ini pakaian-pakaiannya datang ya?" Tanyanya dengan mulut penuh.
"Di telan dulu makanannya baru ngomong" Kataku lalu menyomot pisang goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Step Bro
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 20/2/22 -