33. rasanya malu bangettt

2.2K 446 130
                                    

ada yg nonjol tapi bukan bakat 😌🤭
klo photo ginian sih ga ketempelan stiker ibu duh gusti, masih aman 😅😆
tante masih ngeri2 sedap mo pasang mulmed phil semvakan 🙈

Tina POV

"Sejak kapan kalian pacaran?"
Ibu menatap kami bergantian keesokan harinya.
Semalam ibu langsung menyuruhku masuk kamar dan menyuruh Philipp pulang ke kostannya.
Sebelum Philipp pulang ibu berpesan padanya untuk datang ke rumah lagi pagi-pagi.

Dan di sinilah kami berdua, duduk berhadapan dengan ibu yang menginterogasi kami dengan pertanyaan awalan dan membuat kami terdiam lama.

"Sejak kapan kalian pacaran? Tina? Philipp?" Ibu kembali mengulang pertanyaan untuk kedua kalinya. Tatapannya menyeramkan, aku mendongak cepat lalu kembali menunduk dan tidak berani menoleh ke arah Philipp yang melakukan hal yang sama denganku, malah pria itu lebih menunduk dalam sedari tadi.

"Tina?" Suara ibu kembali terdengar, sarat akan kemarahan yang tertahan.
Aku menganggap hal itu wajar, orang tua mana yang tidak akan marah melihat putri semata wayangnya dipeluk pria di dalam rumahnya sendiri.

"Belum lama ini bu" Jawabku takut.

"Sejak kapan tepatnya? Belum lama ini kapan? Kemarin? Lusa? Semalam?" Tanya ibu lagi, tidak puas akan jawabanku.

"Kapan ya?" Gumamku pelan sambil mengingat-ingat, lupa hari jadian dengan Philipp.

"Kapan? Kamu gak inget kapan kalian mulai pacaran?" Pertanyaan ibu makin membuat otakku kosong, sejak ibu mendapati kami berpelukan, lebih tepatnya Philipp memelukku, otakku seakan beku tidak bisa berpikir apa-apa.

"Belum ada seminggu, mutter"
Aku melirik Philipp, pria itu akhirnya berani bersuara walaupun suara yang keluar dari mulutnya sangat-sangat pelan seakan sedang berbisik.

"Apaan?" Tanya ibu sambil mencondongkan tubuhnya ke depan.

Tuh kan, ibu beneran tidak mendengar suara Philipp.

"Belum ada seminggu, mutter" Ulang Philipp dengan wajah masih menunduk, dari sudut mataku, bibir Philipp tampak menggemaskan mengerucut dari samping seperti itu. Bibir yang pernah melahap bibirku sampai bengkak.

Kepalaku menggeleng cepat, bisa-bisanya lagi di omelin begini malah mikir bibirnya Philipp.

"Belum ada seminggu tapi udah berani peluk-pelukan?" Ibu tampak berang, aku langsung menunduk.

Inilah alasan kenapa aku tidak ingin ibu mengetahui hubungan aku dan Philipp.
Ibu sudah pasti marah dan tidak akan setuju.

"Kok bisa kalian pacaran? Kamu bukannya kesel sama Philipp, Tin?" Pertanyaan ibu tidak dapat aku jawab.

"Apa selama ini kamu pura-pura galak padahal di belakang ibu kamu perhatian sama ke Philipp sampai kalian pacaran?"

Aku meremas jariku sehingga terlihat memutih.

"Gak mutter, Tina gak pura-pura galak, dia masih galak walaupun sudah jadi pacar"

"Buktinya saya sakit aja dia gak mau meluk atau kasih saya ciuman, padahal buat saya itu obat paling bagus untuk bikin saya sembuh"

Aku menoleh ke arah samping, Philipp berkata dengan wajah polos.
Perkataannya terlalu jujur. Gak baca situasi banget sih ini orang, udah tahu ibu lagi marah, malah ngomong soal pelukan sama ciuman.

Dengan cepat aku menyikut perutnya sehingga Philipp mengaduh kesakitan.

"Tuh mutter, Tina galak, kan?" Philipp meringis sambil memegang perutnya.

Ibu mengamati kami secara bergantian dengan tatapan menyelidik.

"Ibu gak percaya kalian baru pacaran"

Aku hampir menghela nafas lega, ibu tidak marah mendengar ucapan Philipp.

"Masa gak percaya? Mutter mau buktinya? Tadi kan mutter liat sendiri saya meluk Tina, mutter mau liat saya cium Tina?"

"Gila lu Phil!!" Sikutan kedua aku berikan ke perut Philipp sampai pria itu mengerang keras dan mundur ke belakang.

"Tina! Kamu ngapain sih?" Ibu meleraiku ketika hendak melancarkan serangan kedua terhadap Philipp.

"Udah, udah ibu percaya kalian pacaran" Ibu menarik tubuhku menjauh dari Philipp yang terlihat kesakitan.

"Kamu gak boleh gitu sama pacar sendiri, galak banget sih jadi perempuan" Ibu memukul tanganku dengan mata melotot.

"Yang lembut sama pacar, masa pacarnya minta dipeluk sama dicium aja gak mau"

"Ibu apaan sih? Malah nyuruh Tina begitu? Ibu nyuruh Philipp ke sini bukannya mau di omelin?" Tanyaku bingung dengan sikap ibu.

Ibu malah memperlihatkan cengiran lebar.

"Siapa yang mau ngomelin? Malah ibu senang kalian pacaran, setidaknya kita bisa berkumpul jadi keluarga lagi" Ucap ibu kemudian.

"Jadi keluarga?" Tanyaku masih bingung.
Ibu ngomongin apa sih?

"Ya memang kalian pacaran gak ada arah mau ke pelaminan? Memangnya kamu ngajak pacaran anak ibu cuma iseng doang Phil?" Ibu menoleh ke arah Philipp.

"Ha? Arah mau ke pelaminan?" Philipp terlihat gelagapan.

"Itu loh ke arah perkawinan, nikah, nikah, abis itu bikin anak, yang ibu liat kamu tuh kayanya lagi masuk musim kawin"

"Ibu!" Kali ini aku yang memukul tangan ibu.
Gak Irma gak ibu, kenapa mereka berdua omongannya tidak senonoh semua?

"Kenapa sih? Memangnya ibu salah ngomong begitu? Kamu jangan pura-pura gak tau Tin, semalam Philipp ke kamar mandi pasti abis ngebuang calon anak kalian ke dalam kloset"

"Ibuuuu....!!!" Aku sudah tidak sanggup lagi mendengar perkataan ibu. Wajahku terasa panas.
Calon anak ibu bilang, ya ampun.

Pacaran belum ada hitungan bulan sudah ngomongin calon anak.

"Dari pada sering dibuang ke dalam kloset kan lebih baik dibuang ke tempat yang tepat, eh kok ngomong nya dibuang sih, disalurkan ya Phil, benar gak?"

Kepalaku menggeleng kuat-kuat, rasa malunya lebih malu ketimbang berbicara hal intim dengan teman sendiri, ini ibu sendiri loh yang ngomong.
Rasanya malu bangettt.

Tbc

yakkk baiklah, kemungkinan 2 chap lagi lapak philipp the end 😁
lanjut lapaknya om beb yesss 🤭

3/7/22

My Ex Step BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang