26. keputusanku sudah final

2.1K 420 123
                                    

tin, klo di bonceng ma philipp pas make kaos begini jgn mau ya, keknya musti pake masker double 😷😆
canda philll😂

Philipp POV

"Gimana-gimana?" Irma memintaku untuk mengulang pertanyaan.

"Kamu udah cariin kostan yang saya mau belum?" Tanyaku sambil memasukkan sweater ke dalam plastik.

Irma kali ini menyuruhku untuk memasukkan sweater atau kaus saja ke dalam plastik sedangkan Irma bertugas membungkus paket sesuai pesanan customer.

"Beloman, gue pikir elu gak jadi" Jawab Irma lalu menoleh ke arah Tina yang terlihat sibuk bekerja di balik meja sejak dia datang.

"Jadi, dan sekarang saya makin yakin mau pindah" Kataku pelan.

Percuma saja hidup satu atap tetapi tidak ada interaksi di antara kami.
Aku sadar, Tina menjauhiku sejak aku hampir menciumnya. Aku merutuki diri sendiri karena nyaris kehilangan kendali.

Kalau saja mutter tidak datang, mungkin bibir Tina sudah habis aku lumat dengan penuh hasrat.

Tina membuatku turn on sejak berada di atas motor, bagaimana tidak turn on karena merasakan kedua payudaranya menempel di punggungku.

Aku bukan manusia suci, merasakan hal seperti itu membuat juniorku keras sepanjang perjalanan. Rasanya sangat sakit apalagi dalam keadaan mengendarai motor.

Hasratku akhirnya keluar setelah bermain solo, dan yang menbuatku terkejut Tina menghampiriku ke kamar mandi.

Melihatnya berdiri di depanku, akal sehat tidak lagi aku pikirkan. Aku nyaris mencium Tina karena hasratku kembali naik.

Beruntung mutter datang, beruntung Tina mendorong tubuhku sampai mengenai pintu kamar mandi.
Beruntung aku tidak menciumnya.
Kalau itu terjadi, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ciuman kami padahal tidak terjadi tetapi sampai saat ini Tina tidak pernah memulai percakapan dan sikapnya sangat dingin padaku.

Lebih baik aku keluar dari rumah dan tinggal berpisah dengannya dari pada menahan rasa suka padanya sebelah pihak.

"Tetap mau cari yang kamar mandinya di dalam?" Tanya Irma.

Aku langsung menganggukkan kepala menanggapi pertanyaan Irma.

"Harganya pasti mahal, eh sebentar deh, denger-denger sih orang yang kost di kamar sebelah mau di usir sama bibi gue karena udah kelamaan gak bayar-bayar, elu mau di situ?"

Mataku langsung melebar semangat.

"Mau" Jawabku tanpa berpikir panjang.

"Eh tapi bentar, elu masih jorok kaya waktu pertama kali kita ketemu gak?" Tanya Irma kemudian.

Aku terkekeh.

"Saya udah lumayan bersih" Jawabku dengan nada bangga, tanganku menepuk-nepuk dada.

"Beneran? Gue sih udah gak pernah nanya-nanya Tina lagi soal kebiasaan elu sekarang ini"

"Terus emangnya elu sanggup bayar biaya kost nya?" Irma menatapku ragu.

"Sanggup, memangnya kenapa?" Tanyaku bingung.

"Yah kan bayarnya lumayan, kalau elu ngekost, jatah uang jajan elu entar berkurang banyak" Jawab Irma dengan tangan masih sibuk bekerja.

My Ex Step BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang