30. ngeces

2.7K 440 106
                                    

lepas aja phil, lepas, jgn ragu2 🤭😆

Tina POV

"Gila, beneran bengkak" Aku mendekatkan bibirku pada cermin yang menempel di kamar mandi ruang kerja kami dengan seksama.

"Untung si Irma otaknya lagi gak normal" Lanjutku kemudian. Aku lalu memutar tubuh dan bersender pada dinding.

Tanganku menekan dada kiri yang masih berdetak kencang.
Ternyata bukan mimpi di pagi hari. Wajah ini langsung terasa panas.

Entah berapa lama kami berciuman sampai menyebabkan bibir kami terlihat bengkak.
Dan bagaimana tidak bengkak kalau Philipp menciumku seperti itu.

Melahap bibir ini layaknya makanan. Mana pakai bonus merasakan keras bukti hasratnya lagi.
Dan yang lebih gila, Philipp mau meniduriku.
Bahaya banget kan.

Sepanjang kami berciuman dengan pinggul menempel, otakku ini teringat pertanyaan Irma soal sudah atau belumnya Philipp di sunat.
Pikiranku melayang memikirkan yang di bawah sana bentuknya seperti apa kalau keras seperti itu.

Ya ampun Tin, udah gila lu ya? Ngapain mikirin kaya gitu sih? Ini otak kenapa jadi mesum banget?
Aku menepuk-nepuk kening untuk mengusir pikiran yang kembali berpikiran aneh.

Suara gedoran pintu terdengar dari luar menyebabkan tubuhku berjengit kaget.

"Tinnn... woi masih lama gak lu di dalam? Gue kebelet pipis nih" Suara Irma terdengar tidak lama kemudian.

Tanganku membuka kunci pintu setelah yakin bahwa wajahku tidak terasa panas dan detak jantung kembali berdetak normal.

"Ngapain sih elu di dalam? Gak tau apa orang kebelet gini" Sungut Irma dengan raut wajah kesal.

"Kan bisa pipis di kamar elu kali, kamar tinggal ngedip juga nyampe, ganggu orang aja lu" Kataku sambil melewatinya.

"Berisik lu, misi ah udah kebelet banget gue nih" Irma mendorong tubuhku ke samping karena menutupi aksesnya masuk ke kamar mandi.

Suara pintu menutup dan pintu di kunci terdengar kemudian. Aku melangkah pelan-pelan sambil mengedarkan pandangan mencari sosok Philipp.
Aku masih belum sanggup berhadapan dengannya.

Bibir ini belum siap di hisap dan di kecup berkali-kali, aku menggelengkan kepala kuat-kuat ke kanan dan ke kiri, muncul lagi deh pikiran mesum tanpa di undang.

"Sini cepetan" Philipp tersenyum padaku dengan tangan melebar menyuruhku berjalan mendekat ketika mata kami bertatapan.

Jantungku kembali berdetak kencang.

"Mau ngapain?" Tanyaku bingung melihat tangannya yang masih merentang lebar.

"Mau peluk kamu" Jawabnya dengan senyuman makin melebar.

Mata sayunya tampak berbinar senang.

"Gak ah, nanti Irma keluar" Tolakku cepat, berdiri dengan jarak tiga langkah di mana Philipp duduk di atas lantai.

"Irma lama di kamar mandi, tadi dia bilang mau poop" Philipp menarik tanganku dengan tubuh condong ke depan.

"Lah, tadi dia bilang mau pipis" Aku melongokkan leher ke arah kamar mandi.

"Kamu salah denger" Philipp kemudian memeluk tubuhku erat setelah berhasil menjangkauku.

"Ini ngapain sih?" Tanyaku bingung dengan menahan rasa geli karena wajah Philipp menyeruak ke relung leherku.

"Saya mau peluk kamu, memangnya gak boleh?"
Mulut Philipp bergerak di leherku sehingga menimbulkan sensasi menggelitik.
Tak lama kemudian kurasakan bibirnya menempel di leherku.

Pikiran mesum kembali datang, aku langsung mendorong tubuh Philipp agar pria itu tidak bertindak lebih jauh seperti apa yang sedang aku pikirkan.

"Jangan coba-coba bikin jejak di leher gue ya" Kataku ketus karena melihat wajahnya bingung.

"Bikin jejak?" Tanya Philipp.

"Jejak merah, elu mau ngisap leher gue kan?" Tanyaku lalu duduk dan bergeser menjauh agar Philipp tidak dapat menjangkauku.

"Nggak" Jawab Philipp cepat.

"Memangnya kamu mau lehernya saya hisap?" Philipp tersenyum menggoda.

"Ihh" Tubuhku reflek bergidik.

"Nanti ya pas ciuman berikutnya, kayanya enak sambil hisap leher" Philipp berkata dengan tatapan benar-benar menggoda.

"Ihh, apaan sih?" Seumur-umur aku tidak pernah melakukan hal seperti itu.
Tubuhku lagi-lagi bergidik.

"Gak mau? Sensasinya enak, bisa bikin kamu mela..."

"Kerja yang bener, cepetan di bungkusin" Aku melempar sweater yang sudah terbungkus ke wajah Philipp ketika melihat Irma yang muncul dari arah kamar mandi.

Aku berdiri lalu melangkah ke arah meja kerja.

"Kenapa Tin?" Tanya Irma begitu sampai di dekat Philipp yang terlihat menunduk sambil meremas bungkusan sweater lalu mendongak menatapku sedih.

"Philipp kerjanya lama, elu aja Ir yang bungkusin paketnya" Jawabku setelah berdeham, kaget banget karena tiba-tiba Irma muncul, untung udah gak pelukan.
Coba kalau Philipp masih memelukku, Irma mungkin akan teriak dan menghebohkan penduduk sekitar.

"Ya emangnya kapan dia kerjanya cepat?" Irma melemparkan cengiran lebar ke arah Philipp.

"Mending elu siap-siap aja Phil, kita ngambil photo lagi, kaus hitam yang kemarin mana Tin?" Irma mengulurkan tangannya ke arahku.

"Di atas kursi noh" Tunjukku ke arah kursi di belakang Philipp.

"Sana ganti baju Phil, gak usah sisiran, rambut elu acak-acakan gitu keren" Irma mendorong tubuh Philipp yang masih terdiam sedih.

Mantan saudara tiri yang sekarang menjadi pacarku itu berdiri dengan gerakan tidak semangat.

"Eh, eh, ganti bajunya di kamar mandi Phil!!!" Irma menutupi wajahnya memakai tangan walaupun jemarinya terlihat renggang.

Irma sudah pasti masih bisa melihat Philipp berganti kaus.
Pemandangan yang sangat menggiurkan.

Philipp memang sering kami lihat shirtless ketika pemotretan tetapi melihatnya membuka kaus yang dikenakannya untuk memakai kaus yang hendak kami jual itu masih saja membuat aku dan Irma histeris.

Philipp menatapku dengan pandangan tidak terbaca, gerakannya sangat pelan membuka kaus nyaris seperti slow motion.

Tubuhnya yang berotot, perutnya yang berjendolan oleh otot-otot perut mampu membuatku menelan ludah banyak-banyak.
Philipp dengan sengaja menurunkan ban celana cargo yang di pakai sampai ke pinggulnya.
Aku tidak tahu apa nama garis yang berada di kedua sisi pinggulnya itu, garis itu terlihat jelas sampai menghilang di ban celananya.

Garis itu mengarahkan pikiranku ke arah pangkal paha Philipp, apakah sekarang Philipp sedang berhasrat? Apakah bukti hasratnya itu sudah mengeras?
Jadi ingin merasakannya lagi.

"Ya ampun Tin, elu ngeces ya?"

Aku menoleh ke arah Irma yang berdiri di dekatku dengan mata melebar.

"Jorok dih dia ngeces, mikirin apaan lu?" Tanya Irma dengan pandangan jijik melihatku.

Telapak tanganku mengusap sudut bibir yang memang ternyata mengeluarkan air liur.

Ya ampun, ngebayangin Philipp sampai ngeces, bikin malu.

Tbc

gpp tin, tante juga kayanya bakalan ngeces klo liat philipp begitu juga 🤤🤤🤤

19/6/22

My Ex Step BroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang